Invert Pro

Selamat Datang...

Lemping Pena adalah Blog Inet Bean. Semoga menikmati suguhannya... :)

MULAIGabung

Senin, 02 Oktober 2017

Tentang Alasan, Pertemuan, dan Perpisahan


Kenapa orang suka mencari alasan? Atau selalu penasaran dengan alasan? Tapi bukankah hidup ini juga adalah untuk mencari alasan? Segalanya soal alasan. Jadi apa alasanku menulis ini? Kamu penasaran? Baiklah akan segera kutuliskan alasannya biar rasa penasaranmu terjawab.

Ini adalah soal pertemuan. Tapi juga perpisahan. Ini soal hidup yang katanya setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Dengan seorang laki-laki berketurunan Jawa tulen katanya. Kukira sudah bisa kutebak dari namanya. Benar-benar Jawa. Aku suka, namanya maksudku, sudah kubilang, aku cinta budaya lokal, kutulis ditulisan aku tempo hari.

Sebenarnya ini tidak adil, aku harus menulis sesuatu tentangnya tapi aku tidak terlalu banyak tahu, dia soalnya yang banyak nanya sih. Tapi okelah, akan kuusahakan, biasanya orang yang suka nulis banyak akal.

Malam itu aku seperti orang hilang di kota orang, dua teman perempuanku tega meninggalkanku sendiri. Okelah mereka sedang ada perlu. Perlu untuk pulang, karena ada keperluan. Jadi ceritanya aku sedang mengikuti acara workshop jurnalistik selama dua hari, dan sehari untuk Deklarasi PPMI (Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia) DK Purwokerto, tentu saja di Purwokerto. Dan dia itu BPNas Media PPMI, baru tadi aku tahu, pun karena nanya via dirahasiakan.

Setelah mandi dan istirahat sejenak di kos teman kenalan saat di sana, aku balik ke tempat workshop yang terasa sepi, sunyi, sendiri, aku benci. Dan tidak ada gelas yang bisa dipecahkan. Beruntung ada yang memanggilku agar gabung ngobrol.

Dari situ kita akhirnya kenalan dan ngobrol. Setelah sesaat dikacangin pada ngobrol, lagian aku gak tahu pada ngobrol apaan, alhasil menjadi pendengar setia saja.

Dia nanya namaku, setelah kujawab, lalu aku balik nanya namanya, namanya Joko katanya, benar-benar Jowo kan namanya? Aku kira nama Joko hanya menjadi cerita di legenda, cerita rakyat, atau mitos, ternya ada juga di tulisan blog Lemping Penaku.

Lalu obrolan lebih banyak tentangku, tentang nama Inet, tentang blog Lemping Pena, yang tidak perlu kutuliskan menurutku. Dia juga blogger loh, yeah aku nemu temen blogger, alamat blognya jokomanunggal.blogspot.co.id silakan bagi yang mau main. Mungkin ada tulisan tentang aku atau belum, soalnya dia sendiri yang ngajakin buat tulisan tentang kita, eh, tentang aku dan dia, ah gimana sih bahasanya, jadi dia nulis tentang aku, aku nulis tentang dia. Nah gitu.

Terus dia juga suka nggambar, wah kok sama lagi sih? Tapi bedanya dia nggambar di hape, aku juga sempat dikasih aplikasinya. Walaupun sampai sekarang masih bingung gunainnya, meski sempat diajarin dikit. Tapi makasih ya. Pasti akan bermanfaat.

Yaudah sih ya, gitu aja, besok malamnya dia pulang, lebih dulu pulang daripada aku, dia bersama Bruno Mars, konco mesranya katanya, mirip Bruno Mars sih, jadi kupanggil Bruno Mars. besok lusa mungkin kutulis ditulisan yang khusus nulis tentang Bruno Mars.

Satu lagi tentang dia, orang bilang aib itu gak boleh diumbar, tapi menurutku ini bukan aib, ini adalah soal pilihan hidup. Dia tiga hari enggak mandi, sedangkan aku di sana mandi dua kali sehari, lebih giat mandi aku di sana, ah ini benar-benar fenomena aneh. Padahal di sana airnya dingin dan mendung mulu. Kata Bruno Mars dia mau mandinya di Malang aja. Memangnya mandi di Purwokerto sama di Malang apa bedanya sih? Apa bedanya Mas? Jawab Mas Joko....


2 Oktober 2017, ditulis Inet Bean di Hari Batik Nasional, dengan bangga memakai batik Pekalongan.

Selasa, 26 September 2017

Kerjarlah Dia

izwie.com
Menurutku kata cinta terlalu indah untuk diucapkan dengan bercanda. Jadi aku tidak suka pada siapapun yang bermain-main dengan kata itu. Itu bagiku, tentu saja siapapun juga boleh berbeda denganku.

Termasuk kamu, terserah jika kamu anggap itu biasa saja. Tapi tidak bagiku, maka ketika kamu bilang mencintainya, jangan pupuskan sepercik harapannya bahwa kata-katamu itu memang benar adanya menurutnya, jikapun tidak, mungkin belum.

Maka kerjarlah dia, dan pastikan dengan sepasti-pastinya dia juga mencintaimu, aku ini perempuan, jadi tidak mau menyakiti hati sesama perempuan, kamu sudah memutuskan untuk mengejarnya, jadi kejarlah.

Dan jangan menggodanya dengan sesuatu yang membuatnya merasa tidak pasti kepadamu, karena dia juga butuh kepastian, bukan hanya kamu.

Aku kira memang aku tidak berarti apa-apa buatmu, jadi aku sudah mengambil keputusan yang benar. Bukan karena aku cemburu, aku hanya tidak ingin menyakiti perasaan perempuan.

Aku pernah merasakan disakiti, jadi kukira tidak perlu perempuan itu merasa tersakiti juga. Jika dia tidak sekuat aku gimana? Ah, itu mengerikan, aku dengar perempuan kalau sakit hati bisa sampai bunuh diri. Dan aku tidak mau membunuh siapapun, walau secara tidak langsung sekalipun.

Dan kamu pun tak perlu mengkhawatirkanku, tapi apakah kamu mengkhawatirkanku? Kurasa tidak. Aku hanya ingin kamu tahu, aku baik-baik saja. Aku sudah pernah merasakannya, jauh lebih menyakitkan, jadi yang terjadi sekarang tidak ada apa-apanya.

Cinta selalu butuh kepastian, kamu membenci sesuatu yang tidak pasti, aku juga, makanya aku membiarkanmu mencari kepastian hatimu. Membantumu mencari kepastian hatimu.

Aku telah mencoba sesuatu yang seharusnya tidak perlu kucoba, tapi tidak perlu kusesali, setidaknya aku merasa lebih berani daripada kamu.

26 September 2017, ditulis Inet Bean saat sedang duduk.

Sabtu, 23 September 2017

Musik Koplo dan Kecintaan Millenials akan Bahasa Lokal

Kompasiana.com

Biar tidak ada salah paham atau paham salah. Akan aku sebutkan musik koplo itu apa, jangan berprasangka dulu, oke? Karena sesungguhnya prasangka itu hanyalah prasangka. Apasih?

Jadi, musik koplo atau juga dangdut koplo adalah aliran suatu sub aliran dalam musik dangdut. Dengan ciri khas irama yang menghentak dari gendangnya. Aliran ini dipopulerkan oleh grup musik melayu atau yang biasa disingkat dengan OM.

Oke, itu kata wikipedia begitu, kalau mau lebih lengkap buka dan baca sendirilah, karena aku bukan mau menuliskan sejarah musik koplo, dan yang mau kubahas adalah musik koplo yang berbahasa Jawa, tahu kan?

Di antaranya yang berjudul Konco Mesra, Bojo Ketikung, Ditinggal Rabi, Kimcil Kepolen, Sayang, Jaran Goyang, dan lain-lain.

Nah, lagu-lagu itu lagi hits nih, aku tahu lagu-lagu itu gegara saat di kantor mahasiswa, kan sering tuh aku ngadem sekalian ngewifi gratis di situ, nah pertama denger, eh nih musik kok asik juga didengerin, lama-lama jadi suka, witing tresno jalaran soko kulino, wkwkwk....

Seperti dalam berteman yang gak pemilih, dalam menikmati musik pun, aku tidak pemilih, pemakan segala genre musik. Dari sholawat hingga murratal, dari pop hingga dangdut, dari jazz hingga hiphop, asalkan enak didengarkan mah lewat.

Dan yang membuatku senang, lagu itu berbahasa Jawa. Yang secara enggak langsung, tuh lagu ikut andil dalam upaya pelestarian budaya lokal, yakni bahasa Jawa. Asal kau tahu, aku ini termasuk manusia yang cinta budaya lokal.

Tapi kan bahasnya tentang percintaan, Net? Alah, alasan basi. Toh lagu-lagu sekarang tentang cinta semua, Bojo Ketikung dan Tak Selamanya Selingkuh itu Indah masih satu saudara, Konco Mesra dan Teman Tapi Mesra masih sedarah, Ditinggal Rabi masih sahabatan sama Melewatkanmu. Ah, dan bandingkan saja dengan lagu-lagu lain.

Masih mending tuh lagu bisa mengantarkan anak bangsa untuk mengerti dan suka bahasa Jawa. Toh Jaran Goyang dan Despacito lebih (sensor) mana coba?

Faktanya, bahasa daerah sekarang itu sudah mulai dilupakan orang tua dalam hal mengajari anaknya. Lihat saja, lebih banyak anak kecil yang bisa bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dibanding bahasa lokal, kek Jawa, Sunda atau pun Batak.

Dan, menurutku tidak terlalu buruk millenials yang suka musik koplo. (Ah itu pembelaanmu saja, Net.) Daripada Despacito? Nah loh nah loh... (Wah yo gapapa, asal gak tahu artinya.) Asem... wkwkwk.

Oke, pada akhirnya, harapanku adalah, bukan hanya ngefans sama pelantun lagunya wahai millenials, tapi ngefans jugalah sama budaya lokal, bahasa Jawa. (Ah, koe yo nulis nganggo bahasa Indonesia terus, Net) Ah, ribut koe.

23 September 2017, ditulis Inet Bean sambil mendengarkan “Konco Mesra”

Jumat, 22 September 2017

Intinya Saja

vemale.com

Pernahkah kamu seolah dipaksa menjadi peramal yang harus tahu apa saja maunya, tanpa dia katakan. Dan pernahkah, perbuatanmu serba salah dimatanya? Hanya dia yang seolah benar, hanya dia saja yang sibuk mengertimu, hanya dia saja yang berjuang.

Jika pernah, berarti kita senasib. Pernah dalam sehari dia tidak mengabariku, lalu untuk menunjukkan perhatianku, aku mengirim pesan dan menelponnya, tapi tidak ada balasan. Selang beberapa jam aku kembali menghubunginya.

Entah dia itu ke mana, apakah sedang amat sibuk dengan pekerjaannya atau apa. Paginya dia baru mengabariku, dan aku agak kesal karena dia baru mengabariku paginya. Memangnya semalam semenit saja tidak bisa menyempatkan untuk mengirim pesan padaku?

Dan alangkah terkejutnya aku, justru dia yang marah-marah padaku. Katanya aku seharusnya mengerti dia, katanya aku tidak perlu kesal padanya, katanya aku harus peka, katanya kalau dia tidak mengabari berarti sedang sibuk. Kenapa jadi aku yang jadi terdakwa sih?

Di lain waktu saat dia seharian tidak ada kabar, aku pun tidak menghubunginya sama sekali. Bukan karena aku marah padanya, tapi bukankah itu kemauannya? Paginya dia tidak mengabariku lagi.

Baru malamnya dia mengirim pesan padaku. Pesan yang menyebalkan. Dia menyalahkanku karena aku tidak menghubunginya. Damn!

Itu orang maunya apa sih? Kok kzl ya?

Jika kamu mengira dia itu perempuan, kamu salah. Dia seoarang laki-laki. Jadi, perempuan selalu benar itu bagiku mitos. Mitos tersebut sengaja dibesar-besarkan, justru agar terlihat bahwa laki-laki sesungguhnya yang selalu benar. Merekalah yang selalu tersiksa. Padahal sesungguhnya semua itu hanyalah relativitas.

Dan please. Siapapun kamu, laki-laki atau perempuan. Katakan intinya saja. Terlebih jika dia tidak peka. Pasanganmu bukan peramal. Tidak tahu apa yang sesungguhnya kamu inginkan.

22 September 2017, Pekalongan kota spesial.

Kamis, 21 September 2017

Dialog Inet dan Bean

Boredpanda
“Jauh lebih mudah bagi laki-laki sepertimu untuk memilih hidup bagaimana, daripada aku yang terlahir sebagai perempuan.”

“Kamu terlalu banyak berpikir”

“Karena perempuan makhluk pemikir”

“Perempuan makhluk perasa”

“Boleh aku bertanya?”

“Dan perempuan makhluk penanya”

“Jawab saja pertanyaanku”

“Pemaksa”

“Selalu banyak yang dipertimbangkan oleh perempuan. Aku sendiri bahkan merasa muak saat aku terlalu menjadi makhluk yang penimbang, pemikir, atau apapun itu. Mereka otomatis bekerja tanpa kusuruh.”

“Jadi apa pertanyaanmu?”

“Dapatkah aku menjadi laki-laki saja?”

“Dan kamu akan menyukai perempuan?”

“Aku tetap akan menyukai laki-laki”

“Dan adakah laki-laki yang menyukai laki-laki?”

“Ada”

“Homo?”

“Kamu menyukaiku bukan?”

“Iya, kamu yang sebagai perempuan. Aku mencintaimu dengan segala kerumitanmu, jika kamu rumit, akan kusederhanakan. Jika kamu ingin bebas, maka kamu memang harus bebas, terbanglah, jangan hanya di sangkar emasmu.”

“.....”

Nb: Inet (Perempuan), Bean (Laki-laki)


21 September 2017, Pekalongan yang hobi pawai.

Rabu, 20 September 2017

Tidak Perlu Berbagi Kesedihan

http://www.farizykun.net

“Kau baik-baik saja?” tanyaku.

“Iya, bahkan aku tidak pernah merasa sebaik ini, meskipun di sini aku sebagai mentor, tapi justru aku yang belajar banyak dari mereka.” katanya dengan menyunggingkan senyum.

“Tapi kau terlihat pucat.”

“Aku hanya sedikit kelelahan.”

Masih kuingat percakapanku denganmu ketika kita sama-sama menjadi mentor pesantren ramadan di sekolah menengah atas. Waktu itu matahari memang terik, di tambah berpuasa, jadi kukira itu menjadi alasan yang tepat untuk menganggapmu hanya kelelahan semata.

Sampai pada penutupan pesantren ramadan kau masih sehat-sehat saja, atau kau yang memang pintar menyembunyikannya dariku, dari kami, dari siswa-siswa.

Dan setelah lebaran, kabar itu begitu mengejutkanku, bagaimana mungkin? Kenapa tiba-tiba sekali? Kenapa tidak ada kabar apapun sebelumnya?

Tiba-tiba saja ada kabar bahwa kau meninggal dunia. Tapi kenapa? Ketika kulihat terakhir kali tidak ada tanda-tanda kau sakit parah atau sedang menjalani pengobatan dengan tubuh kurus, tubuhmu biasa saja.

Pagi-pagi aku dan teman-teman berangkat ke rumahmu, mengantarkanmu ke peristirahan terakhir. Terlihat teman-teman lain yang sudah berkumpul di sana dengan mata sembab, satu-dua terlihat masih menangis, yang lain menenangkan.

Ah, bahkan ternyata tetanggamu pun, tidak tahu perihal penyakitmu, seorang tetanggamu menceritakannya kepadaku tanpa kuminta. Baru setelah kau pergi, kita tahu sesungguhnya apa yang sedang kau rasakan beberapa waktu belakangan.

Aku belajar banyak hal darimu, kau paling rajin mengerjakan tugas kelompok, tidak sepertiku yang hanya kadang-kadang, kau murah senyum, suka berbagi kebaikan, dan tidak suka membagi kesedihan.

Bagaimana bisa kau menyembunyikan penyakitmu? Bukankah seharusnya kau butuh setidaknya dukungan moril? Bahkan kau hanya bilang pergi untuk berlibur yang sesungguhnya untuk kemoterapi. Kau terlalu kuat, aku belajar itu untukmu, tidak perlu berbagi kesedihan, tapi jadilah lilin yang menerangi, meski sakit dan akan lenyap pada waktunya.

Kini genap sebulan kau pergi, semoga kau ditempatkan di surga-Nya. Aamiin.

20 September 2017, ditulis Inet Bean setelah melihat puisi yang ditujukan seorang teman padanya.

Selasa, 19 September 2017

Hilang Derita


Canda warnai pertemuan kita, di sudut dunia
Ketika sang surya mulai malu
Tampakkan sinarnya
Sepasang mata beradu dalam diam
Tenggelam temukan taman surga
Hilang derita
Merengkuh asa
Jatuh ke dalam diri

Tak ada kita
Tinggalah aku
Bersama rembulan tanggal tengah
Malam tak berbintang jatuh
Segalanya tampak sempurna
Sempurna....

19 September 2017, Ditulis Inet Bean ketika sedang diare.