Habib Luthfi
Artikel Islami
Siapa
yang tak kenal Habib Luthfi? Tentu saja banyak yang belum kenal beliau, boleh
jadi malah mendengar namanya pun baru kali ini. Tapi beliau pasti dikenal anak
kecil yang menyenandungkan sholawat nabi, remaja-remaja yang cinta maulid Nabi,
orang dewasa yang hobi mengunjungi majelis Rasulullah, dan tentu saja
ulama-ulama, hingga ulama luar negeri.
Habib
Luthfi adalah alim ulama asal Pekalongan, beliau sosok ulama berhati teduh,
tatapan matanya tajam tetapi menentramkan, ucapannya berserasian dengan petuah
Baginda Nabi Muhammad SAW, perangainya memanusiakan manusia, dan yang tak kalah
penting cinta tanah air.
Tetapi
siapa yang peduli selama masih ada ulama yang tiap hari diberitakan tv? Entah itu
pemberitaan negatif atau positif, tetap saja itu ulama. Apa saja yang
dilakukannya selalu benar. Begitulah sebagian orang berfikir. Ulama selalu
benar. Benarkan? Bukankah yang Maha Benar adalah Tuhan? Bahkan Rasulullah yang
dijamin perangainya pernah berlaku kurang baik hingga mendapat teguran dari
Allah. Ingatkah saat Allah menegur Nabi dengan menurunkan surat Abasa yang
artinya Bermuka Masam?
Jadi
ungkapan ulama selalu benar tidak bisa diterima oleh akal. Ulama juga adalah
manusia yang mempunyai nafsu dan iman, yang tentu saja dapat berbuat khilaf.
Percaya pada ulama itu dianjurkan, tetapi manusia diberi akal, agar tahu
membedakan apa yang benar dan apa yang salah. Jadi percayalah selama ucapannya
berserasian dengan Rasulullah, tetapi ingkarilah jika ada sesuatu sebab yang
melatarbelakanginya. Sebab, masih banyak ulama yang bisa dijadikan panutan.
Pada
orang-orang yang merasa kehilangan sosok ulama dan membutuhkan sosok ulama
untuk diikuti, maka kuperkenalkan ulama sederhana yang ceramahnya menyejukkan,
menyatukan, sekaligus menentramkan. Beliau adalah Habib Luthfi bin Yahya.
Memang
beliau tidak riwa-riwi masuk tv, tapi tanyakan pada tetanggamu yang sering
menghadiri majelis maulid Nabi, pasti beliau tahu, bahkan mengidolakan
sosoknya. Jika beliau mau, beliau bisa muncul di tv setiap waktu, itu mudah
saja. Beliau ini ketua perkumpulan ulama internasional (mudahnya bisa dikatakan
seperti itu), sudah dua kali beliau mengadakan perkumpulan ulama internasional,
jika beliau mau, pasti konferensi itu dengan mudah akan ditayangkan di tv.
Apalagi
mengerahkan massa? Itu sangat mudah, setiap kali beliau diundang dalam acara
maulid, dihadiri sekitar seribu orang, kalikan dengan setiap malam tiada henti
beliau selalu diundang untuk menjadi penceramah dalam acara maulid, maka
jumlahnya akan sangat banyak. Itu mudah sekali bagi beliau, satu kali saja
perintah, tidak ada yang menolaknya.
Tetapi
Abah (Panggilan akrab untuk beliau) adalah sosok ulama sederhana, mana mau
beliau begitu? Bagi beliau yang terpenting adalah kesatuan NKRI, NKRI Harga
mati, cinta tanah air, beliau mewarisi perangai ulama Indonesia yang menjadi
kontribusi bagi kemerdekaan negeri ini, Hubbul Wathon Minal Iman, begitu jargon
yang dilantangkan KH. Hasyim Asy’ari, cinta tanah air adalah sebagian dari
iman. Maka, lihatlah, beliau begitu menghargai pemimpin negeri ini, begitu pula
sebaliknya.
Tahukan?
Negara akan maju jika pemimpinnya amanah, ulamanya mendukung pemerintah, dan
tentu saja rakyatnya mendukung pemimpinnya. Maka, negeri akan aman, bahkan
maju. Tetapi lihatlah negeri ini, terpecah, seolah ada dua golongan, yang
sebenarnya mereka adalah satu.
Jika
saja, penduduk negeri ini kenal pada sosok ulama sekeren, sehumanis, secerdas, sealim,
seulama (dan sese yang lain) beliau. Pasti kalimat berikut bukan angkan kosong;
Alangkah indah negeri ini.
1 Ramadhan 1438 H.
1 komentar:
Tulis komentarSangat bermanfaat Mbak ... terima kasih. Ditunggu tulisan selanjutnya. 😊
Reply-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.