APAKAH AGAMA ITU WARISAN? BUKAN, TENTU SAJA BUKAN.
Artikel
Saya tidak
akan menggunakan dalil salah satu agama untuk beragumen. Tentu itu dapat dengan
mudah dipatahkan dengan mengatakan itu hanyalah klaim agama itu. Tetapi untuk
mengatakan agama adalah warisan pun, itu tidak lebih dari opini semata. Maka kita
akan lihat dengan kacamata sejarah, karena warisan tidak lepas dari yang
namanya sejarah.
Tidak usah
jauh-jauh, di Indonesia agama mayoritas adalah Islam. Apakah itu merupakan
warisan? Perjalanan agama di Indonesia tidaklah singkat, dulu sekali paham
animisme dan dinamisme yang menjadi kepercayaan di Indonesia, kemudian
Hindu-Budha, lalu Islam dan Kristen.
Jika agama
itu warisan, maka tidakkah sekarang seharusnya orang Indonesia beragama
animisme dan dinamisme? Itu produk asli Nusantara, maka itulah warisan
sejatinya, begitu bukan? Namun sayangnya beberapa kali Nusantara berganti-ganti
agama. Jadi agama warisan itu tidak lestari dengan baik, maka agama bukanlah
warisan, teman.
Lantas jika
bukan warisan? Maka agama adalah pencarian tiada akhir. Lihatlah sekarang,
masih adakah paham animisme dan dinamisme? Ternyata dalam pencariannya,
Nusantara akhirnya mempunyai lima agama, itu tentu tidak terlepas dari
pencarian, suatu pencarian tidak dilaksanakan dalam satu tahun dua tahun, namun
beratus bahkan beribu tahun.
Manusia
mempunyai akal tentu untuk berpikir, dalam pencarian agama, tentu manusia
menggunakan segala inderanya untuk menyimpulkan agama apakah yang sempurna,
setidaknya bagi pencariannya. Dan benar, kita tidak bisa memaksakan agama kita
yang paling benar, tetapi kita harus mengimani bahwa agama kita yang paling
benar.
Sang Budha
harus meninggalkan segala gemerlap kerajaan, menjalani sikap hidup penuh
kesucian, bertapa, berkalwat mengembara untuk menemukan kebenaran, dekat tujuh
tahun lamanya, dan di bawah sebuah pohon, iapun memperoleh hikmat. Nabi Muhammad
SAW harus berkhalwat di Gua Hira. Menghabiskan banyak waktunya sendirian untuk
berdoa dan berspekulasi tentang aspek penciptaan. Ia mulai prihatin terhadap
kesenjangan sosial, ketidak adilan, diskriminasi, perang antar suku, dan
penyalahgunaan kekuasaan, tiga mil jauhnya dari Mekah untuk berkontemplasi dan
berefleksi diri.
Tidak hanya
dua agama di atas, begitu pula agama-agama lain diperoleh tidak dengan cara
instan. Apa yang mereka dapat dari hal itu? Agama, Keimanan. Semua ada proses
pencariannya, tidak lantas orangtua mereka memberi maklumat bahwa mereka harus
beragama seperti orangtuanya.
Dan jaman
sekarang tidak ada paksaan atas agama yang mau kamu anut, Teman. Kita bebas
menentukan agama mana yang akan kita anut. Jika kamu merasa agamamu warisan,
maka boleh jadi kamu belum melakukan pencarian tiada akhir, cari agamamu, dan
katakan, agamaku bukan warisan, sebab aku lebih suka warisan berupa emas atau
tanah.
1 Ramadhan 1438 H.
1 komentar:
Tulis komentar😄 lugas sekali,Kak
Reply-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.