Yang Media Tidak Katakan
Artikel
Tidak
ada yang lebih menarik bagi mahasiswa selain diskusi idealisme. Mungkin
demikian teorinya, tetapi untuk generasi millenium, bahasanya akan lain,
menjadi tidak ada yang lebih menarik bagi mahasiswa selain berselancar di media
sosial, atau wifi gratis, atau view yang unik untuk selfie.
Walaupun
demikian, percayalah masih ada mahasiswa yang mengaku tertarik dengan
idealisme, mereka adalah kumpulan kecil dari mahasiswa yang berdiri di atas
independensi. Berbicara tentang kebenaran, mencoba melawan ketidakadilan dengan
jurnalisme, lalu menyejarah melalui sastra.
Berbicara
tentang generasi millenium, mereka adalah generasi yang akan meneruskan negara
ini, baik atau buruknya nanti, mereka yang akan menentukan. Tetapi berbagai
tantangan global menggempur mereka dari sudut manapun, salah satunya media
sosial. Mereka asik mengupload foto selfie, sementara tidak tahu bahwa
dibelahan dunia lain terjadi perang. Mereka asik mengupload foto makanan yang
tengah dibeli di cafe, sementara di sudut pulau lain bahkan untuk mendapat air
bersih pun sulit.
Belum
lagi akhir-akhir ini adu domba media tidak terelakkan lagi, mereka saling
menjatuhkan sesama saudara setanah air hanya karena pemilihan pilkada di Ibu
Kota. Saling mencela, menghina, menyindir, dan entah apa yang didapatkan dari
melakukan hal-hal tersebut.
Hal
itu tentu tidak terlepas dari banjir informasi yang dengan mudah didapatkan.
Entah dari TV, koran, media sosial, dan lainnya. Tetapi sadarkah akan hal yang
sebenarnya terjadi di negeri ini?
Berangkat
dari hal-hal tersebut, tentunya sangat penting bagi kita untuk mengetahui apa
sebenarnya yang terjadi di negeri ini, dan untuk itu, kita harusnya mengerti
bagaimana memanfaatkan keterbukaan informasi tanpa termakan oleh informasi yang
disuguhkan.
Maka,
terbentuklah ide untuk mengadakan seminar yang bertema Analisis Framing Media:
Yang Media Tidak Katakan.
Seminar
tersebut terselenggara dengan lancar, dengan dua pemateri, yaitu Bapak Alex
Sobur (Pakar Jurnalistik, Dosen Unisba) dan Muhammad Haeychal (Direktur
Remotivi-Lembaga Kajian Media).
Analisis
Framing Media itu sendiri sederhananya adalah menganalisis bagaimana media
membingkai suatu berita. Berita tersebut tidaklah hoax atau fake, tetapi berita
tersebut menggiring opini publik pada pesan yang ingin disampaikan.
Misalnya
pemberitaan seputar pilpres tentang judul yang bertajuk: Paslon X menang di
daerah pelacuran, berita tersebut seakan mengatakan bahwa yang memilih paslon x
adalah pelacur, padahal banyak pula daerah lain yang memenangkannya, demikian
pula dengan berita dari media lain yang bertajuk Paslon Y menang di rutan
koruptor, seakan mengatakan yang memilih paslon y adalah para koruptor.
Siapa
yang memback up? Tentu saja pemilik media yang pendukung salah
satu paslon.
Framing
media bukan terbatas hanya kepentingkan politik, tetapi ekonomi juga. Bentuk
pemberitaan framing media pun berbagai jenis, penyebutan kata sifat dalam pemberitaan,
juga termasuk framing media.
Inet Bean
1
Mei 2017
2 komentar
Tulis komentarEmang ngeri banget peran media dewasa ini. Ini bisa masuk kategori Gowzul Fikr (perang pemikiran) juga kan, mbak?
ReplyYang membelokkan fakta adalah media massa. Yah memang begitulah.
Reply-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.