Bukan untukku, begitu pula bukan untuk Mereka
Cerpenhttp://lifestyle.liputan6.com/read/2428669/unik-danau-danau-alami-ini-berbentuk-menyerupai-hati |
Seperti daun yang pasrah dilarung air, menuju sungai, danau,
laut, samudra, entah terbawa ke mana, aku tidak peduli, bahkan ke empang tempat
engkong nongkrong di pagi hari pun, aku tidak peduli. Nyatanya hidup tak selalu
berbau wangi, kadang-kadang bau busuk akan datang dengan atau tanpa ijin.
Aku berpikir, hidupku seharusnya memang lebih menyenangkan
sekarang, aku selalu ingin hidup sepeti danau yang tenang, dalam, dan jernih.
Setidaknya di mataku sendiri, begitulah diriku.
Tapi bukan soal perjalanan hidupku yang akan kubicarakan,
melainkan tentang perasaanku yang seperti badut di acara ulang tahun ponakanku,
atau di acara sunatan adik temanmu jika pernah kau lihat.
Lucu bukan? Badut-badut itu berusaha melucu dengan kesadaran
penuh. Ah, bukankah itu adalah kerjaanya? Meski dari rumah dilepas dengan
makian istri karena utang dan uang. Badut-badut tetap melucu, tidak peduli pada
hati terdalamnya yang tengah berkecamuk.
Seperti itulah perasaanku. Perasaanku yang lucu. Lucu karena
berusaha agar terlihat lucu. Jika tak kau pahami, marilah kita pahami bersama
di paragraf selanjutnya, tapi aku tidak janji kau akan mendapatkan jawabannya.
Karena aku lucu.
Ketika aku melihatnya sepintas, kurasa tidak ada yang spesial
dari dia, seperti aku melihat wanita pada umumnya. Tapi suatu keadaan membuatku
lebih dekat dengannya, dia tidak seperti wanita pada umumnya, tidak mainstream,
lebih mendekati aneh sih.
“Aku sebal,” katanya.
“Kenapa?” kutanya.
“Gapapa, hehe.” Jawabnya, tapi sedetik kemudian cerita aja apa
yang membuatnya sebal. Dan akhirnya meluncur pula kalimat ini pada ucapannnya,
“Aku sebal, tapi ketiduran tadi.”
“Aneh, haha.”
“Ngantuk soalnya.”
Ah itulah, dia sukanya jadi manusia seutuhnya, walau sedang
sebal sekalipun. Biasanya mah wanita kalau lagi sebal uring-uringan gak jelas.
Ah, aku kan jadi suka, hehehe.
Iya, kurasa aku menyukainya, tapi untuk beberapa sebab, aku
tidak ingin dia menyukaiku, dan aku juga tidak ingin siapapun disukainya.
Egois? Ah itu kan urusanku, kalau dia mau suka aku atau orang lain, itu
urusannya.
Sebab aku menginginkan hal itu? Besok atau lusa saja
kutuliskan alasannya, sebab kopiku hampir dingin, tidak mungkin kubiarkan kopi
mendingin, aku harus menyelamatannya agar tetap hangat di tubuhku
2 komentar
Tulis komentarSebalnya jangan lama-lama ya, Inet :)
ReplyMeski sebal tapi tetap nulis. Siip :)
Siap, Bun, hehe
Reply-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.