MUNAFIK?
Artikel
Oleh: Inet Bean
Minggu
lalu saya menonton film yang berjudul munafik. Film itu bergenre horor, dengan
latar tempat di Malaysia, karena memang berasal dari Malaysia. Tidak seperti
film horor dalam negeri yang kerap menonjolkan aura-aura tidak senonoh daripada
setannya. Maksud saya, negeri ini film horornya sudah terkontaminasi dengan
hal-hal yang menjorok pornografi, erotisme, seksualitas. Oke, walau tidak
semua. Tapi banyak.
Film dimulai dari kejadian kecelakaan. Dia adalah seorang ustadz yang dikarunai
bisa meruqyah, istrinya meninggal dalam kecelakaan tersebut. Di sisi lain ada
seorang perempuan yang hidupnya diganggu oleh setan. Ibu tirinya mengeluhkan
keanehannya pada suaminya.
Tapi saya bukannya mau membahas film itu, melainkan letak munafiknya. Walau
belum tentu diri saya terhindar dari munafik, setidaknya berusaha untuk
menjauhinya.
Dalam film tersebut
digambarkan bahwa setan benar-benar sumber kemunafikan bagi manusia. Bagaimana
setan memanipulasi, menghasud, menakuti. Mereka melakukannya dengan mengadu
manusia. Menghasud manusia yang lemah untuk meruntuhkan keyakinan manusia yang
kuat imannya.
Jika dalam dunia nyata wujud-wujud setan terkadang tidak menakutkan, mereka
kadang berwujud uang, emas, jabatan, perempuan. Dalam film ini, disuguhkan
setan dalam wujud yang setan (barangkali begitulah wujud setan).
Itulah kiranya setan yang
berwujud setan. Mereka nyata menakuti manusia dengan kengerian dirinya. Nyata mengatakan
akan membawa serta manusia bersamanya, bersanding dengan api-api yang
beribu-ribu kali panasnya jika dibandingkan matahari. Yang dalam jarak 149,6
juta km ke bumi saja sudah nyata membuat keluhan-keluhan bertebaran di dinding
bbm, fb, twitter dan semakhluk lainnya.
Kalau kata senior saya, Ki
dalang Sujiwo Tejo, masyarakat munafik itu lebih hormat pada orang yang gak
bilang jancuk dan fuck tapi korupsi, daripada sebaliknya.
Jadi munafik itu gimana? Kita tahu, munafik itu orang yang pengucapannya
berbeda dengan yang ada di dalam hatinya. Apakah munafik hanya itu saja? di
zaman kontemporer ini kita akan menemukan munafik-munafik modern yang terwujud
tapi dianggap biasa.
Dulu ketika saya punya pacar (jadi sekarang jomblo?), saya pernah updet status
di fb yang menyertakan kata “jancuk”, selang beberapa menit, pacar saya sms,
katanya saya ngucap kata saru,
saya diceramahi habis-habisan. Padahal bahkan tingkahnya tidak jauh dari kata saru, beda saat pendekatan
(bukan curhat ataupun gosip). Makanya saya langsung putuskan saja, babay, ke under world saja kau sanah... heuheuheu.
Oke, saya akan jelaskan
asal jancuk yang merujuk pada buku karangan Ki
dalang Tejo. Bahwa jancuk itu asli kosakata Surabaya. Artinya Jaran Ngencuk.
Dulu pernah dibuatkan seminar di Surabaya, bukan umpatan, cuma salam (jadi saya
gak nyaru loh, niat aja kagak). Contoh : jancuk! Nang endi ae kon? (ke mana aja loe?)
Muatan emosinya bukan jorok, tapi terkejut ketemu teman. Kalo di bahasa
Inggris: where the fuck have
you been man? Bukan jorok,
tapi surprised.
Tapi jangan digunakan
untuk orang tua loh! Ini adalah warning keras. Bisa-bisa kamu akan disihir jadi
batu menangis. Gunakanlah untuk waktu dan sikon tertentu, untuk orang yang
sebaya dan akrab tahu luar dalammu.
Kata orang, teman yang
udah tidak direm lagi kata-katanya saat ngobrol denganmu, itulah sahabat. Ia
apa adanya, tidak ada rasa sungkan. Karena itu adalah salah satu barometer
hubungan persahabatan.
Jadi munafik itu apa? Ah saya rasa kita sudah tahu munafik itu apa?
Yang jadi pertanyaannya adalah bagaimana kita menghindari munafik? Silahkan
tanyakan pada rumput yang bergoyang kata Om Ebit G. Ade.
3 komentar
Tulis komentarHemm.. Saya bercermin dulu lah..
ReplySaya juga. Hehehe
ReplyJadi paham arti "jancuk". Makasih hehe
Reply-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.