Kita Hanya Sedang Lupa
Artikelhttp://otakcerdasalami.blogspot.co.id/2015/03/cerdas-mengingat-angka.html |
Hidup adalah melawan lupa. Sejak lahir manusia sudah dipaksa
lupa dari masa sebelum ia terlahir. Kemudian lupa masa-masa kecil, dan
seterusnya. Manusia dituntut untuk mengetahui asal-usulnya, super ego berusaha mengingatkan hal-hal
tersebut, agar mengetahui sesungguhnya id
yang ada dalam diri manusia. Dan ego
berperan dalam hal keduanya. Dorongan untuk menyejajarkan keduanya. Barangkali
begitu jika psikoanalisa Freud diaplikasikan.
Kelupaan-kelupaan ini, akan menimbulkan bencana bagi si
pelupa, maupun akan berimbas pada orang-orang disekitarnya. Lupa serupa
penyakit yang menular, yang tanpa sadar seseorang telah terjangkit. Maka dari
itu dibutuhkan pengingat, agar kelupaan ini tidak semakin bertambah. Karena
apabila kelupaan dibiarkan, akan sulit si pengingat untuk mengingatkan.
Pada akhir tahun sampai dengan bulan Februari kemarin, ada
fenomena kelupaan masal. Kita melihat betapa ramainya saat pilkada serentak
diselenggarakan, baik saat masa kampanye hingga saat hari-H.
Pilkada dilakukan di 101 daerah di Indonesia, tetapi
pemberitaan di media, maupun pembahasan-pembahasan di dunia maya, terforsir
hanya pada satu daerah, Jakarta. Bahkan ketua KPU Jakarta menyampaikan hal
bernada demikian ketika debat ke tiga pilkada Jakarta.
Rakyat Indonesia seolah terbagi menjadi dua kubu. Kubu Ahok
dan Kubu yang penting bukan Ahok. Barangkali penyebab ini adalah Ahok diduga
telah menistakan agama. Kita masih ingat bagaimana jutaan massa berdemo di
Jakarta.
Pasca kejadian itu, semakin bertambahlah jarak orang yang
pro dan kontra Ahok. Mereka perang opini di media sosial, tidak jarang
menyebarkan aib yang belum tentu benar. Di sini hoax mempunyai jalan, yaitu
kelupaan seseorang.
Mereka telah lupa pada hati nurani, karena derasnya informasi,
baik yang benar ataupun hoax. Pemberitaan-pemberitaan dari media pun dari judul
sudah terlihat memprovokasi. Akibatnya banyak yang tersulut, kemudian
orang-orang yang tadinya tidak menanggapi, akan mulai tertarik menanggapi.
Manusia cenderung mengikuti arus, mereka mengikuti arus agar
dilihat eksistensinya, apalagi jika menyangkut SARA. Para bedebah memanfaatkan
hal tersebut untuk maksud jahatnya dan bisa dikatakan hal itu berhasil. Para
bedebah adalah kejahatan yang secara halus menelusup di hati manusia, itulah
penyebab manusia hipokrit tercipta.
Di bulan yang baru ini, kita harus berusaha mengingat apa
yang telah terlupa di bulan-bulan sebelumnya. Tidak ada manusia yang terbebas
dari kelupaan, karena manusia memang hakikatnya terlahir untuk mengingat suatu
kelupaan. Kelupaan pada Sang Penguasa Semesta.
Membenci adalah suatu kewajaran. Tapi membenci seseorang
adalah suatu kesalahan. Karena bukan personal manusia yang layak dibenci, tapi
suatu kekejian yang telah melekatinya. Semua manusia ingin dimanusiakan dan
harus memanusiakan manusia. Hal satu ini yang sering terlupakan.
11 Maret 2017
-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.