Sesaat Setelah Senja
Puisihttp://tipsfotografi.net/tips-fotografi-memotret-bulan.html |
Sesaat setelah senja, atas dukungan semesta mata kita
bertemu. Lalu untuk beberapa waktu kita tertegun, seolah kau adalah bayanganku
dan aku adalah bayanganmu. Sebuah perjumpaan yang melenakan.
Kita selalu berpikir pertemuan itu adalah paradoks. Di satu
sisi itu terlalu mudah bagimu dan di sisi lain sulit untukku terjemahkan. Sementara
itu semesta tidak peduli dengan kebingungan-kebingungan yang ditimbulkannya.
Nikmati saja, katamu. Ketika pelangi tidak sengaja muncul di
tengah gersang padang pasir, tetap harus dinikmati keindahannya. Keindahan yang
langka. Meskipun sebelum pelangi menghilang, dahaga telah mencekik tenggorokan.
Lalu aku mengeryitkan dahi. Sebelum pelangi menghias, akanku
tampung butiran-butiran air sebelum terjatuh ke pasir, hingga tak lenyap begitu
saja. Dan seharusnya aku bisa menikmati warna-warni itu dengan mereguk
kesegarannya.
Pada kesimpulannya kita adalah paradoks. Pada perdebatan-perdebatan
yang kau luncurkan dan pada asumsi-asumsi yang kulontarkan. Dan semesta semakin
tidak tahu malu.
Sesaat setelah senja, harus kuakhiri perdebatan dalam
hatiku. Tidak terlena dengan keramahan semesta atau kebengisannya. Keduanya menjadi
benalu. Aku telah terbiasa membuang keduanya, membakarnya, melarungkannya ke
samudera maha luas.
Dan kini aku berdiri di atas kakiku sendiri. Dengan segenap
mimpi-mimpi yang belum sempat melompat dalam ranah realis. Janji itu ada dan
selalu terngiang sesaat sebelum mataku terpejam dan ketika dinginnya fajar
kedua membuka kelopak mataku.
Kau dengan persepsimu, dan aku dengan sebenarnya diriku.
Seharusnya kau tahu itu, dan tak perlu tawar-menawar dengan diriku. Hanya diriku
yang mengetahui apa yang menjadi impianku. Tidak ada yang boleh mengusik
mimpiku, tidak juga kau.
Karena walau sudah kugenggam mentari dan kuikuti cahaya
rembulan, namun tetap ku hanyalah manusia biasa yang bisa terluka.
Sesaat setelah senja, telah kupendam segala hal yang membuat
dingin dapat menelusup pada celah-celah hati. Menatap mentari dengan sejuta
mimpi, dengan hati sebening embun, dan menapaki jalan menuju dunia yang lebih
baik.
5 Maret 2017
Inet Bean
-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.