Membaca Sejarah dapat Melembutkan Hati
Artikelhttp://psikologan.blogspot.co.id/2015/08/3-cara-agar-anak-gemar-membaca.html |
Membaca Sejarah dapat Melembutkan Hati. Demikian kesimpulan saya setelah membaca buku biografi Rasulullah. Selang dua hari setelah membaca, ada suatu kejadian yang membuat saya marah, bukan karena marah pada seseorang itu, tapi marah karena betapa orang-orang sekarang barangkali tidak sedikit yang begitu, acuh terhadap kesusahan orang lain, ketika dirinya sudah mendapat kenyamanan dan diusik.
Pagi itu saya masuk kelas, sudah ramai, tapi belum ada
dosen. Tampak temen-temen sudah duduk melingkar bergerombol dengan kelompok
seperti biasa. Terlihat tidak ada kursi tersisa di kelompok saya, lantas
pandangan saya menyapu kelas, mencari kursi sisa.
Di pojok kelas masih ada kursi tersisa, mungkin sulit untuk
diambil, karena di depannya sudah membentuk lingkaran pula kelompok lain,
sementara itu kelompok saya ada di depannya.
Saya meminta seorang perempuan yang saya kenal, untuk
bergantian kursi. Mengingat pasti sulit untuk membawa kursi yang tersisa menuju
ke kelompok saya. Dia tidak mau, menggelengkan kepala dengan mimik wajah masam.
Kemudian saya minta tolong perempuan sebelahnya, dia tidak berekspresi, sambil
menggelengkan kepala.
Di gedung kampus lama, kursinya memang menggunakan dua jenis
kursi, kursi dari kayu dan kursi pekuliahan seperti biasa. Mungkin mereka malas
untuk duduk dikursi kayu, setelah itu saya permisi untuk mengambil kursi
tersebut. Tidak lama seorang laki-laki menawarkan saya untuk bergantian kursi
ketika melihat saya baru saja mau memindahkan kursi.
Pada mulanya saya mau marah pada dua perempuan tersebut. Tapi
ketika saya mengingat perkataan Nabi saw. Kemarahan itu lenyap, berganti dengan
rasa kasih. Mereka melupakan sesuatu, melupakan akhlak panutannya, Muhammad
saw.
Pada saat diposisi mereka, tidak menutup kemungkinan saya
juga bersikap acuh, namun dengan kejadian tersebut, mengingatkan diri saya
bahwa sekecil apapun bantuan dari kita pada orang yang membutuhkan, akan berarti
besar bagi orang yang sedang kesusahan.
Rasulullah bersabda, “Permudahlah dan jangan mempersulit. Berilah
kabar gembira, bukan kabar buruk.” (HR al Bukhari-Muslim)
Nabi saw. Menekankan keringanan yang diberikan kepada
umatnya untuk mempermudah pelaksanaan ajaran agama, dan membawa kabar baik,
yaitu yang membuat hati gembira, bukan kabar buruk yang melahirkan kesulitan
dan ketidaksukaan.
Dilain kesempatan, beliau pernah berkata, “Orang kuat
bukanlah orang yang dapat mengalahkan musuhnya!” Para sahabat merenungkan
kalimat tersebut, kemudian bertanya. “Jadi, siapakan orang yang kuat itu?” Nabi
saw menjawab dengan jawaban yang membuat mereka harus merenung lagi, “Orang
kuat adalah orang yang dapat mengendalikan diri ketika sedang marah.” (HR. Al-Bukhari-Muslim)
Nabi Muhammad bersabda, “Kekayaan tidak terletak pada harta
yang kalian miliki!” para sahabat memikirkan hal itu, kemudian beliau menjelaskan,
“Sesungguhnya kekayaan sejati adalah kaya hati.” (HR. Muslim)
-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.