Minggu, 13 Agustus 2017

Kadang Dunia Ini Memang Sialan

satugoresanpena.blogspot.com

Kadang dunia ini memang sialan. Di antara berjuta gadis kenapa harus kamu yang kucintai? Aku mengutuk sepenuh hatiku. Aku membenci sekaligus menikmati perasaan ini. Perlu kamu tahu, kamu adalah cinta pertamaku. Dan sialnya kamu sudah punya suami. Jika cupid atau dewa amor itu benar-benar ada, kenapa dia membuatku cinta pada perempuan yang sudah bersuami? Tidakkah itu hanya konspirasi jahat untuk menghancurkan hati?

Kenapa pula kamu muncul di depan mataku? Siapa yang menyuruhmu datang membawakan makanan untukku? Bukankah kamu bisa menolak ketika di suruh Ibuku untuk itu? Atau jangan-jangan kamu ini memang perempuan genit yang pandai menghancurkan hati lelaki. Aku tidak ingin berkata seperti itu, tapi separuh hatiku seakan mengiyakan, separuh lagi berkata cinta tidak pilih pandang. Begitu saja muncul, seperti kamu begitu saja muncul di depan mataku.

Di saat sepi, tanpa bisa kukendalikan, senyummu muncul begitu saja lantas menghilang ditelan kepahitan. Bayangan-bayangan kebahagiaan lalu muncul lagi, seakan aku bisa memelukmu, lalu menciummu dengan begitu halus, sehalus makhluk halus yang tak terlihat, iya kamu memang tidak terlihat lagi sekarang. Ah!

Aku bukanlah tipe perebut istri orang, tapi jika kamu memberikan kode seolah kamu memperbolehkan aku mendekatimu, apalagi di saat aku dimabuk cinta. Apa yang bisa kuperbuat? Aku rela memberikan apa-apa yang kamu inginkan, bahkan keperjakaanku saja aku rela berikan untukmu, asal kamu balas cintaku.

Nasibku ini seperti Rahwana yang mencintai Shinta. Jika kamu tahu, tidak ada cinta semenakjupkan cintanya Rahwana. Rama? Cintanya hanya seujung kuku cintanya Rahwana pada Shinta.

“Bagaimana dengan cintamu?” Tanyamu di suatu senja yang hujan.

“Cintaku padamu?”

“Iya.”

“Mungkin aku ini reinkarnasinya Rahwana, yang hanya bisa mencintai satu perempuan saja dalam hidupnya.”

“Menurutmu apa sejarah akan terulang?”

“Itu tergantung kamu.”

“Jadi kamu akan menculikku?”

“Tidak.”

“Kalau begitu itu tergantung kamu.”

“Tapi kalau kamu mau diculik, aku mau.”

Dan kamu hanya tertawa kecil, manis sekali. Boleh aku cicipi?

***
“Katakan apa yang kamu lakukan pada Istriku?” Desis suamimu padaku.

Aku belum menceritakan kenapa tiba-tiba suamimu menculikku. Ini lucu sekali. Aku menculikmu lalu suamimu menculikku. Saat itu aku sedang di kantorku, tiba-tiba suamimu yang polisi itu mencidukku bersama dua temannya. Aku di bawa ke ruang interogasi. Jika kamu melihat, lucu sekali wajahnya, merah dan melihatku dengan tatapan seakan jijik kepadaku.

Dan aku? Aku benar-benar bersikap biasa saja, semestinya aku biasanya, cool.

“Heh jawab brengsek!” Bentaknya.

“Dia sudah kembali padamu kan? Tanyakan ke dia.”

“Jawab bajingan!”

“Memangnya kenapa? Kamu akan jijik pada istrimu kalau sudah kuapa-apakan?”

“Sialan!!!”

Dia memukuliku bersama teman-temannya. Sampai aku hampir mati. Entah apa yang terjadi, aku siuman sudah di ruang rumah sakit. Orangtuaku bilang aku sudah seminggu koma. Bersamaan dengan aku sadar, aku hanya mengingatmu. Bagaimana keadaanmu? Apakah dia memukulimu? Seharusnya aku tidak mengatakan semua itu pada suamimu.

Sebelum aku pingsan. Dia sempat memaksaku berbicara akan pertanyaannya. Aku jelaskan. Bahwa dia pecinta yang gagal. Aku yakin kamu sudah menjelaskan apa yang kita lakukan. Duduk mengobrol tentang betapa kamu mencintai suamimu, meskipun dia begitu. Kamu hanya mencari romantis dariku. Tapi hatimu untuknya. Kamu hanya sedikit lelah dengannya, kamu ingin sejenak mengenang bagaimana perlakuan manisnya dulu padamu. Tapi seseorang yang sudah dimakan api cemburu seperti suamimu mana mau percaya begitu saja.


Aku bilang, bahwa dia adalah pecinta yang gagal. Dia hanya siap memiliki tanpa siap kehilangan. Seseorang yang siap memiliki harusnya siap kehilangan dulu. Dengan begitu, dia tidak akan menyia-nyiakan cinta. 

Inet Bean, 13-08-2017

Rabu, 09 Agustus 2017

Review Si Te

www.akibanation.com

Review     : Si Te
Penulis     : Wiwid Nurwidayati
Blog          : http://wiwid-nurwidayati.blogspot.co.id

Berdasarkan tugas kelas fiksi ODOP kali ini adalah me-review tulisan bergenre fiksi dari sesama teman ODOP. Nah, aku mendapat tugas mereview tulisan dari Bunda Wiwid. Mak-mak ODOP yang sekaligus menjadi PJ kelas fiksi. Wah, jadi agak gak enak. Tapi aku enak-enakin aja deh, daripada enggak ngerjain tugas, ya kan Bund?

Oke, jadi dilihat dari judulnya yaitu “Si Te” terdengar begitu singkat, padat dan misterius. Jadi, begitu baca judulnya, minat untuk membaca tiba-tiba meningkat secara signifikan. Untuk apalagi selain ingin tahu Si Te itu apa? Makhluk yang seperti apa? Atau jangan-jangan makanan dari mana?

Maka, akupun mulai membaca paragraf awal, dimulai dari sang Aku yang memaparkan kebiasaan seseorang, di sini penulis begitu detail menjelaskan ciri-ciri fisik seseorang yang dia tuturkan.

Lalu pada paragraf selanjutnya, penulis mulai memperkenalkan perangai tokohnya yang baik namun agak royal, yaitu ketika si tokoh mempersilakan tempat duduknya untuk seorang Ibu yang sudah tua dan saat si tokoh mengeluarkan rokok yang berkelas. Dan di paragraf selanjutnya masih tetap memaparkan perangai baik si tokoh.

Di paragraf terakhir, penulis membiarkan pembaca menebak kenapa si tokoh misterius tersebut disebut Si Te oleh sang Aku.


Tulisan tersebut bisa disebut flashfiction, di mana hanya terdapat konflik yang sederhana, namun penulis dapat menarik pembaca untuk menuntaskan membacanya. Mengenai kekurangan, tidak begitu besar, hanya terdapat typo sedikit.

Inet Bean, 9 Agustus 2017