Jumat, 29 April 2016

Bukan Siapa Pun


Bagaimana aku menuliskannya ketika aku menulis, mereka justru menuduhku semakin jauh dari apa yang mereka kenal tentangku. Jika itu menyangkut diriku sendiri bukankah itu sudah menjadi hak privasiku? Namun kenapa mereka bertanya-tanya akan keputusanku? Jahatkah aku dengan perubahanku? Padahal aku tetap berfikir bagaimana cara untuk berfikir.

Membaca sudah menjadi kebutuhan hidupku. Sehari saja tidak membaca, aku merasa semakin kurus kering. Dan tidak berarti apa-apa. Karena hidupku tidak terlalu kaya, miskin pun tidak. Aku bahagia akan hidupku. Sederhana adalah posisi terbaik di dunia ini. Karena orang hebat hanya membutuhkan ruangan sunyi, bukan emas permata.

Dari itulah, aku tahu bagaimana yang benar dan salah. Masih dalam perspektif pendirianku. Kita dapat mencuri kebaikan dari buku-buku itu. Lalu menjadikan pelajaran bagi yang berseberangan. Membaca dan pegalaman, bukankah mereka adalah guru terbaik?

Jangan hanya membaca, lalu lepas dari aksara-aksara yang dirangkai itu. Ambilah cahaya darinya. Ya, aku telah menggabungkan pengalamanku dengan bacaanku. Hingga membuatku seperti sekarang ini, jilbabku lebih lebar. Aku menutup fisikku, namun tak menutup pikiranku.

Kenapa pandanganmu terlihat sinis? Apa yang kamu pikirkan tentangku? Anggaplah aku sepertimu, mungkin kau beralih gaya busanamu karena tren-tren masa kini. Sedangkan aku? aku lebih memilih beralih ke kesederhanaan, aku memakai apa yang membuatku nyaman. Bukan apa yang mereka inginkan. Jadi tidak ada hubungannya dengan aliran-aliran apa pun. Bukankah Dia tidak melihat apa yang kita pakai? Hanya Hati. Dan percayalah, hatiku belum tentu lebih bercahaya dari hatimu.

Aku ingat, seorang guru pernah berkata kepadaku sewaktu di Madrasah Aliyah Salafiyah, tepatnya pada siswi-siswinya. Di situ siswi memakai jilbab segi empat putih polos, berneci, dan tidak transparan, benar-benar sederhana.

“Jilbab seperti yang kalian pakai sudah bagus, sederhana dan menawan,” Ujar guru itu dengan senyum wibawa.

Kamu ingat kan? Aku hanya mengikuti apa yang dikatakan guru kita. Memakai apa yang kusebut rasa nyaman dan sederhana. Bukan karena dipengaruhi oleh siapapun. Tapi ini adalah hasil dari perenunganku melihat pengalaman dan tulisan-tulisan.

Namun aku tidak lantas menganggapmu aneh seperti sorot matamu padaku. Aku membuka lebar-lebar pikiranku tentang bagaimana para pemikir merenungkan perbedaan-perbedaan pendapat. Anggaplah itu sebuah kekayaan wawasan. Bukan suatu sekat-sekat yang mengikat.

Aku bukan sang pembawa emas dan gula-gula yang mencoba menawarkan kebahagiaan padamu. Bukan pula sang pembawa pedang dan belati yang melarangmu berbuat sesukamu. 

Aku bukanlah siapa-siapa. Hanya pengagum pikiran-pikiran Socrates, Plato, Aristoteles, Ibnu Sina, Ibnu Maskawih, Al-Ghazali, Muhammad Abduh, Nietzsche, Sigmund Freud, dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu, hanya menuliskan nama-nama yang terlintas saat menuliskan tulisan ini.

Ketahuilah, mereka tidak akan membawamu pada kengerian. Karena Ilmu itu bagaikan cahaya dalam menunjukkan. Ingatkah ungkapan yang dulu kita temui pada mata pelajaran Balaghoh? Al-Ilmu Kannuuri Fil Hidayah.

Khikmah Al-Maula
29 April 2016

#OneDayOnePost

Kamis, 28 April 2016

Charge Semangat

gambaran amatir dengan tangan sendiri

Pernahkah merasa beban hidup ini begitu berat hingga hampir menyentuh jurang keputus asaan? Mungkin hampir sebagian besar manusia pernah merasa seperti itu. Entah ketika masih sekolah, kuliah hingga bekerja. Masalah yang dihadapi begitu kompleks dan tentunya berbeda-beda.

Bagi yang masih sekolah, mungkin cobaan terberat mereka sewaktu akan mengikuti ujian nasional. Berbagai daya dan upaya dilakukan untuk menyukseskan ujian nasional. Mulai dari jam belajar tambahan sampai menggelar doa bersama. Bahkan ada anak yang merasa tidak siap UN, dia nekat bunuh diri. Duh dek, hanya karena UN saja sampai begitunya. Maka dari itu dibutuhkan hembusan angin kasih sayang yang bermelodi spiritual untuk menanggulangi hal-hal semacam itu.

Sementara yang sudah kuliah seperti saya. Cobaan seringkali menimpa, yaitu ketika para dosen kompak menganugerahkan tugas-tugas yang belum tentu berperi kemanusiaan. Karena umumnya manusia butuh tidur normalnya tujuh jam dalam sehari. Tetapi gara-gara banyaknya tugas, jam tidur berkurang menjadi 3-4 jam saja dalam sehari. Sedangkan bagi mahasiswa semester akhir, skripsi menjadi momok tersendiri ketika ditanya sudah sampai bab berapa. Boro-boro nulis bab, judul aja belum di-ACC. Dan sebagai penyegar dahaga jiwa, dianjurkan meminum seteguk demi seteguk air kesabaran dalam memikul cobaan-cobaan itu.

Sedangkan bagi yang sudah bekerja. Cobaan tidak luput mengikuti. Misalnya ketika dimarahi atasan karena laporan kurang tepat dimatanya, padahal dikerjakan dengan menyediakan tujuh gelas kopi hitam dan merasakan panjangnya malam. Ternyata berakhir pada sebuah luapan emosi dari atasan. Mau marah segan, tidak marah membuat hati dongkol. Suasana seperti itu dapat dilumerkan dengan pancaran sinar-Nya yang senantiasa menunjukkan pada jalan yang indah

Apa yang seharusnya dilakukan agar energi negatif dapat diganti menjadi energi positif? Sabar dan Sholat. Sabar memang tidak ada batasnya, karena jika sabar ada batasnya maka tidak akan ada kata sabar. Batas-batas hanya kiasan ketika emosi yang terkumpul tidak dapat dikendalikan lagi, hingga meluap-luap. Itu terjadi karena tidak dapat memanage emosi menjadi hal yang lebih elegan.

Untuk meluapkan emosi, luapkan dengan Ibadah. Dalam rangka pencarian kita terhadap pancaran cahaya-Nya. Jika kita merasa semangat kita kian terkikis dan kemudian melemah, serta jiwa diselimuti oleh kegelapan. Maka berlindunglah di bawah naungan pancaran sinar-Nya.

Cahaya itulah yang dapat mengembalikan semangat kita. Kekuatan semangat ibarat baterai handphone. Ada kalanya kuat dan ada kalanya melemah. Jadi ketika lowbet, maka perlu dicharge kembali untuk menghidupkan handphone itu, dan dapat digunakan dengan baik seperti semula.

Khikmah Al-Maula
28 April 2016

#OneDayOnePost

Rabu, 27 April 2016

Untukmu, Fika dan Aira


Hari ini tiba-tiba aku ingat Fika dan Aira. Mereka adalah teman seperjuanganku, teman angkatan 96ku, dan kini mereka telah meninggalkanku dari ODOP batch 2.  Tak pernah terbesit dalam fikiranku mereka akan keluar. Justru aku berpikir mereka pasti akan bertahan sampai akhir. Karena mereka terlihat semangat sekali. Kini aku merindukan keramaian grub yang ditimbulkan mereka.

Fika dan Aira. Mereka yang memulai dulu japri ke aku. Senang rasanya mereka langsung terasa akrab denganku. Pertama kali Fika membicarakan tentang tampilan grubnya, meminta saran padaku, padahal aku juga nihil pengetahuan tentang blog. Hingga semakin lama pertemanan kami semakin akrab. Pernah dia mengajak untuk membuat postingan dengan tema yang sama. Jadi, kita janjian untuk membuat puisi, ah Fika memang hebat dalam meramu puisi.

Tapi pada suatu pagi aku dikejutkan dengan keluarnya dia dari grub WA (WhatsApp). Ada apa dengan dia hingga memutuskan untuk keluar? Kenapa harus keluar? Kenapa sebelumnya tidak ada kabar? Dalam hati aku menyesalkan kepergiannya, ingin sekali memarahinya. Seenaknya saja keluar dari grub tanpa pamit, kalau pamit kan setidaknya aku bisa berusaha membuatnya berubah pikiran untuk tetap tinggal.

Lalu ku japri dia lewat WA, lama tak ada jawaban, aku PING BBMnya. Lumayan lama aku menunggu, Fika membalas via WA. Dan tahukah jawabannya? Masa’ katanya mau nyari angin sih? Gak ada jawaban yang lebih menyebalkan apa? Okelah, Fika itu emang sedikit misterius orangnya. Aku kulik-kulik juga pasti jatuhnya kita malah cengengesan. Fika mah gitu, katanya kalau sama aku gak bisa serius. Mungkin dia saking terpesonanya dengan keanggunanku. (Please, jangan tabok aku Fik…)

Kalau tentang Aira, ketika aku mengganti dp BBM dengan cover novel Gadis Jeruk, dia berkomentar, katanya dia juga udah baca tuh novel sekitar enam bulan yang lalu. Lalu kita bercatting ria tentang tentang novel itu. Dan ketika dia mengganti dp BBMnya dengan cover novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu, aku mengomentari juga punya novel itu. Ah, jadi dua novel itu yang membuat obrolan kita asik.

Hingga waktu terus bergulir, Aira tiba-tiba keluar juga dari grub. Aku merasakan kehilangan kembali, sama seperti saat Fika keluar. Kenapa mereka kompak sekali untuk keluar sih? Tega sekali mengurangi angkatan 96 di ODOP batch 2, kini angkatan 96 tidak sekuat dulu ketika mereka masih di grub. Sekarang angkatan emak-emak lah yang mendominasi. (Peace emak-emak…)

Setelah ku japri, Aira beralasan sesuai kesepakatan, setelah lima hari berturut-turut tidak posting berarti harus keluar dari grub. Aku sangat menyayangkan keputusannya. Aira bilang gak enak banget setelah keluar dari grub ODOP, galau katanya. Lalu kita saling menyemangati, tetap semangat menulis Aira...

Fika, Aira…., mungkin aku bisa merasakan apa yang kalian rasakan. Kesibukan yang melanda benar-benar tidak peduli pada kita, bahwa kita juga ingin menulis, terlepas dari kesibukan-kesibukan itu. Kalian hebat, mampu meluangkan waktu untuk menulis sejenak, terlepas dari kerangkeng mobilitas. Tetapi mereka semakin menghimpit waktu, hingga kita dibenturkan pada pilihan.

Aku tahu pilihan kalian sudah dipikirkan matang-matang. Menulis bisa dimana pun, maka tetap menulislah, hingga tulisan kita bertemu pada jodohnya…., dan kita tahu, bahwa jodoh pasti bertemu. Salam rindu dan kangen dariku, untuk kalian…

Khikmah Al-Maula
27 April 2016


#OneDayOnePost

Selasa, 26 April 2016

Apa Kata Nietzsche?


Lah Nietzsche aja gak kenal, ngapain juga dengerin kata Nietzsche? Dia siapa sih? Hayoh? Ada yang sudah tahu?

Bagi yang belum tahu, sekedar informasi, Nietzsche itu seorang filsuf dan sastrawan yang melegenda. Pemikirannya dikaji oleh para cendekia-cendekia. Kalau pengen tahu lebih banyak mending tanya sama google deh.

"Kalian sungguh menggelikan bagiku, wahai orang-orang masa kini! Terutama ketika kalian takjub pada diri kalian sendiri!" 

Itulah kata Nietzsche tentang fenomena-fenomena yang terjadi saat ini. Sangat pas dan menghentak sekali. Baru-baru ini dunia maya diramaikan dengan trend membuat meme, yang bertuliskan "dear mantan, maafkan aku yang dulu" disertai foto perbandingan antara dulu dan sekarang.

Jika dipandang dari psikologi. Itu adalah salah satu bentuk narsistik. Istilah ini pertama kali digunakan dalam psikologi oleh Sigmund Freud dengan mengambil dari tokoh dalam mitos Yunani, Narkissos (versi bahasa Latin: Narcissus), yang dikutuk sehingga ia mencintai bayangannya sendiri di kolam. Tanpa sengaja ia menjulurkan tangannya, sehingga ia tenggelam dan tumbuh bunga yang sampai sekarang disebut bunga narsis (en.wikipedia.com). Dan dalam istilah ilmiah disebut Narcissistic Personality Disorder (NPD/Penyakit Kepribadian Narsisistik)

Nah, itulah sedikit sejarah narsis, yaitu perasaan cinta diri sendiri yang berlebihan. Kembali ke fenomena dear mantan, Mereka ingin eksistensi mereka diakui. Artinya mereka butuh perhatian, modus-modus yang tersirat dan tidak tersirat juga turut ada dalam individu-individu yang ikut trend itu. Seperti kata Nietzsche, mereka takjub pada diri sendiri.

Kita cari modus-modus yang mungkin ada. Pertama, sebagai afirmasi bahwa, "ini loh, aku yang sekarang lebih ganteng atau pun lebih cantik dari yang dulu, nyesel kan kamu pernah mutusin aku?" Jadi, besar kemungkinan mereka belum bisa move on dari masa lalu. Karena berusaha nunjukin bagaimana perubahannya, bahwa dirinya lebih baik dari yang dulu secara lahir. Entah secara psikis.

Kedua, dalam rangka mempromosiin diri. "Nih, aku sekarang keren. Kamu beruntung deh kalo jadi pacar aku sekarang." Jadi, mereka mempromosiin diri dengan memanfaatkan moment tersebut untuk mendapat perhatian. Walaupun mungkin dulunya gak punya pacar, tapi ngaku-ngaku aja punya pacar.

Ketiga, sekedar ikut-ikutan saja. Mereka yang ikut-ikutan saja cenderung jenis orang yang sekedar meramaikan trend tersebut. "Ini loh aku juga bisa buat meme gini, aku selalu up to date." Nah, mereka cenderung belum menemukan jati diri, sehingga dengan mudah ikut-ikutan saja, yang penting ngikutin trend masa kini.

Ada juga, yang memodivikasi hal tersebut dengan kekonyolan, sindiran, atau pun sesuatu yang menohok mereka yang membuat meme tersebut. Mereka ini golongan orang-orang kreatif yang tidak mau ikut-ikutan saja, tetapi berkarya yang berbeda.

Oke, sekian analisis dari otak kanan saya, apabila terdapat ketidaksinkronan dengan otak anda, itu semata-mata karena ketidakterlibatan otak kiri saya dalam pengerjaan tulisan ini. Dan segala hal yang menyangkut dengan imaginasi tidak dapat dipersalahkan. Maka dari itu tanpa penutup, saya akhiri tulisan ini.

Khikmah Al-Maula
26 April 2016

#OneDayOnePost

Senin, 25 April 2016

Dunia Digital

ilustrasi: by google image

Pernah nonton kartun Spongebob Squarepants? Atau jangan-jangan tidak tahu? Oke, kalau belum tahu aku kasih tahu, karena hanya tahu yang tahu, kalo tempe bukan tahu. Jadi Spongebob itu spons yang hidup di dasar laut, udah gitu tempat tinggalnya di nanas. Heran juga nanas bisa tumbuh di dasar laut. Sahabat Spongebob adalah bintang laut yang bernama Patrick Star. Nah, udah inget kan? Kartun persahabatan antara spons dan bintang laut.

Kebayang kan? Betapa seru persahabatan mereka. Ada saja aktivitas seru tiap mereka bertemu, mulai dari berburu ubur-ubur, bermain pasir di laut, nah keheranan yang kedua kenapa di laut ada laut lagi. Dan yang menyebalkan Spongebob dan Patrick tidak bisa merenang. Hello…. Bukankah mereka tinggal di laut? Di dasar lagi. Ngeselin tuh logika kartun yang satu ini. Keheranan selanjutnya sampai saat ini aku masih saja suka tuh kartun, haha….

Aku kurang tahu sebenarnya mereka anak-anak, remaja, atau sudah dewasa. Dalam beberapa episode kadang mereka menjadi anak-anak yang haus akan mainan, tapi di sisi lain Spongebob sudah bekerja sebagai koki. Dan dalam episode lain keduanya pernah mengadopsi anak. Spongebob berperan sebagai ibu, Patrick ayah, dan tahu kah? Anaknya adalah kerang mutiara.  Benar-benar keluarga ngeselin.

Oke, terlepas dari keheranan-keheranan itu. Tapi yang mau dibahas adalah persahabatan diantara mereka. Tiap dua sahabat itu bertemu pasti mereka berinteraksi,  kadang konyol, heboh, menjengkelkan, menggemeskan, dan lain-lain. Tidak pernah keduanya diem-dieman sibuk dengan dunianya sendiri.

Jadi kemarin aku bertugas sebagai penjaga stand pendaftaran seminar nasional. Inilah salah satu kegiatan mahasiswa yang aktif organisasi, ciee aktivis…. Eh tapi aku emang sedikit bangga sih jadi aktivis, walau mungkin aktivis siluman, haha… aktivis siluman itu kadang-kadang aja ke kantor. Maklum lah, tugas dari dosen banyak, hingga membuatku jauh dari organisasi.

Aku berjaga dengan beberapa teman, lebih banyak laki-laki sih. Tapi duduknya gak deket-deket kok, tenang saja. Waktu berjaga semua pada anteng, khusyuk pada gadged masing-masing. Termasuk aku, yang menyempatkan untuk BW ke blog temen-temen ODOP. Jadi suasananya hening dan mencekam. Nah, ditengah kesunyian itu ada yang tiba-tiba nyeletuk.

“Duniiiaa Digital…” Semua  ketawa. Karena sebelumnya tuh yang tadi nyeletuk ngomong apaan tapi gak ada yang nanggepin, haha… kasihan sekali.

Setelah itu, semuanya menanggalkan gadged dan membahas fenomena tadi. Maklum lah, aktivis yah gitu, kalau dihadapkan pada fenomena yang menggelitik ya bawaannya pengen bahas. Apalagi aktivis Persma, alias pers mahasiswa. Aku pun terpaksa menyudahi kegiatan BWku. Ada yang bilang, “Kebersamaan kita adalah kesendirian masing-masing.”

Iya juga sih ya. Kita kumpul bersama tapi malah sibuk dengan gadged masing-masing, bersama tapi sendiri, sendiri tapi bersama. Hayoh…, bingung kan? Gak usah dibikin bingung, intinya gitulah.
Gadged emang mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Kalau aku pikir emang gitu sih. Karena ya, emang yang aku rasain gitu. Coba deh rasain sendiri, pasti juga ngerasa gitu kan? Iya kan? Udah, gak usah boong deh sama aku.

Sekarang tuh zamannya kalau ngumpul sama sahabat atau temen, ya duduk bersama aja. Tapi pikirannya melang-lang buana kemana-mana. Apalagi kalau tempat ngumpulnya ada free wifi, wah nambah deh kekhusyukan dalam memandang smartphone.

Terus apa hubungannya dengan Spongebob? Yah, dihubung-hubungin aja deh, coba dihubungin? Apa hubungannya? Jangan mikir hubunganmu dengan dia yang di PHP-in mulu’ mblo.

Udah ketemu korelasinya? Persahabatan Spongebob dan Patrick seru karena adanya interaksi yang nyata oleh keduanya. Bukan hanya duduk sebelahan saja tapi diem-dieman. Kangen gak sih dengan keseruan sebelum munculnya smartphone? Aku yakin pasti iya kan? Kecuali bagi yang masa kecilnya tidak terselamatkan, haha…, beruntung yang masa kecilnya gadged belum booming banget. Dan beruntungnya masa kecilku juga terselamatkan.

Coba deh sekali-kali kalo ngumpul sama temen atau sahabat. Gadgednya dikumpulin, terus buang deh jauh-jauh. Eh, maksudnya dinonaktivin atau gimana. Yang penting tangan gak megang gadged. Lakukan permainan apa saja, sekreatif mungkin di situ ada apa. Atau ngobrol ngalur-ngidul, diskusi tentang film, novel, atau apapun. Rasakan sensasinya… haha sensasi apaan sih? Yah, coba saja. Selamat mencoba….

Khikmah Al-Maula
25 April 2016


#OneDayOnePost

Minggu, 24 April 2016

Aku Cuma Punya Hati



Bolehkah aku berharap. Walau hanya akan sampai pada mimpi
Bukankah hidup ini hanya mimpi yang begitu nyata?
Bisakah kita bersama
Hanya kau yang membuatku terpukau
Pandanglah aku walau sedetik

Bagaimana aku tahu perasaanku berbalas ketika kau mengacuhkanku
Tak menganggapku Ada, hanya sebatas ada saja
Perlihatkan padaku secuil petunjuk untuk kujadikan peganggan cinta yang terus bersemai

Salahkah aku jika masih saja merindukanmu
Dia muncul dengan sendirinya tanpa komando dari otakku
Aku hanya bisa tersiksa akan siksaan yang menurut peggubah syair sebagai siksaan yang mengasyikkan

Pernahkah kau berdusta kepadaku
Aku tidak ingin mengingatkanmu akan itu
Bukankah aku adalah si pemaaf
Kau terlalu sakti hingga meluluhkan pertahanan hatiku.

Sekali lagi, ketika kau bercanda mesra dengan mereka
Aku tidak pernah berfikir untuk melarang
Walau sesekali kadang hatiku merasa tertusuk sembilu
Dan lagi-lagi aku tetap menerimamu di sisi hati ini.

Inikah cinta sejati?
Aku bertanya pada bulan yang masih terlihat di pagi sebelum matahari membuka matanya
Ataukah sebuah perbudakan di abad ke dua puluh satu
Adakah cinta yang membuat hati begitu luluh ketika siksaan terus mendera dari si pencuri hati

Mengapa?
Aku bertanya-tanya pada hatiku yang mulai kronis
Otakku selalu tumpul saat diajak berdiskusi tentang cinta
Lalu, ketika matahari mulai membuka matanya
Aku tahu, bahwa aku cuma punya hati.

Walau kau menghilang dari pandanganku
Tetapi dari hatiku kau tak pernah menghilang
Bukankah kita akan sempurna bila bersama?

Khikmah Al-Maula
24 April 2016

#OneDayOnePost

Jumat, 22 April 2016

Syair Sahutan



Mengapa tidak andaikan awan mendung meluruh bersama tetes butiran-butiran bening
Karena kesenyapanku lahir diantara mereka yang datang secara tetiba, lalu pergi tanpa pamit
Belum pernah kutemui pelangi mengukir indah diantara fajar dan senja
Namun kau kah pelangi yang tertutup malam
Pelangi yang melingkari bulan, cahayanya terbias sinar bulan
Jika selimut salju dapat meleleh, maka selimut pelangi lah menyejukkan
Aku tahu kau bukanlah Jack Frost, dan aku bukan Elsa

Ketika Sandman mati, maka yang ada hanyalah Black Pitch
Dunia hitam di dalam maupun di luar mimpi
Dapatkah cinta melawanya? Kau bilang
Sandman bisa kembali hidup. Hanya dengan keyakinan dan kepastian
Mimpi-mimpi buruk itu menjadi mimpi buruknya sendiri
Sedangkan mimpi-mimpi indah kembali mewarnai
Hanya dengan sebuah keyakinan.

Aku tahu, ketika gelap mataku menjadi terbatas, bahkan kabut terasa sempurna membuat kesendirianku semakin dalam
Lalu kau datang dengan sekarung cahaya yang kau tangkap untukku
Dan biarkan waktu menjadi sintesis akan potongan-potongan puzzle yang terserak
Di suatu pagi aku menorehkan mimpi-mimpiku diantara bintang dan bulan
Lalu ternyata bumi mengisyaratkan padamu
Kau tahu mimpi-mimpi itu, tapi bagaimana aku tahu mimpi-mimpimu?

Datanglah untuk rindu-rindu yang masih tercecer
Saat kepastian cinta mengukir dalam balutan naungan nirwana
Untuk kemudian mengamini
Di fajar kedua, ketika gelap masih menyelimuti
Tetapi senyumku sempurna merekah…

Khikmah Al-Maula
22 April 2016

#OneDayOnePost

Korelasi Jomblo dengan Duluan mana antara Telur dan Ayam?


Persoalan tentang awal mula manusia selalu tak lekang oleh masa. Walau sudah ada teori atau pun praduga, bahwa manusia berasal dari kera. Namun hal itu justru menjadi perdebatan tiada akhir bagi yang mendukung dan menolak teori tersebut.

Namun saya tidak akan membahas tentang awal mula kehidupan manusia pada kali ini. Karena saya tidak percaya bahwa manusia berasal dari kera. Banyak keraguan pula jika dipandang dari segi ilmiah maupun agama. Manusia terlalu sempurna jika awal kehidupannya dikarenakan tidak sengaja. Sampai saat ini belum ada kehebohan kera melahirkan manusia. Jadi tak ada bukti sejarah tertulis sampai detik ini bahwa manusia adalah titisan kera. Wah, aneh banget bahasanya, manusia titisan kera. Jadi inget film Kera Sakti.

Dari pertanyaan yang berbau filosofis tentang awal mula kehidupan hingga awal mula manusia. Maka timbulah pertanyaan filosofis yang dari masa ke masa tampil eksis sebagai pertanyaan yang didiskusikan banyak kalangan. Mulai dari kalangan dunia nyata, hingga kalangan dunia maya.

Telur dan ayam duluan mana sih? Masih bingung duluan mana? Jawabannya adalah, sesuatu yang tidak dalam benak banyak orang. Jangan terguncang saat tahu kebenarannya. Jadi, jawabannya, adalah…, sesaat lagi setelah pesan-pesan berikut ini.

Kesel ya kalau nonton tv lagi penasaran-penasarannya malah di potong iklan. Emang resek tuh stasiun tv, kayak saya aja. Tapi saya tidak akan lama berpesan. Pesan saya bagi yang jomblo jangan lupa makan. Ingatlah selalu pada Tuhan. Bahwa Tuhan tidak akan memberi cobaan melebihi kekuatan hambanya. Beda dengan dosen, kalau dosen menurut survey kecil saya terhadap beberapa teman. Dia bilang dosen memberi cobaan melebihi kapasitas mahasiswanya #piss Pak Dosen.

Oke, jadi apa dong jawabannya? Tebak dulu. Simpen dalam hati. Kalau benar akan mendapat hadiah menarik dari saya. Dengan syarat dapat dibuktikan secara ilmiah bahwa jawabannya emang sesuai yang ada dalam hati.

Ketika menjawab berasal dari telur, masih bisa disanggah. Dari mana asal telur itu? dan yang mengerami telur siapa dong? Pastinya bukan para jomblo kan? Karena jomblo biasanya asik mengerami kesendiriannya dengan hal-hal yang berdikari, sistematis, dan bermanfaat. Jomblo jenis itu contohnya seperti yang nulis tulisan ini #tsaaah (jangan lempar telur ayam please…).

Saat menjawab berasal dari ayam, masih bisa disanggah pula. Berasal dari ayam betina atau jantan? Gak mungkin kan tanpa ayam jantan, telur yang ditelurkan ayam betina bisa menetas? Terus ayam kan berasal dari telur? Nah tuh ayam nyasar dari mana coba?

Tapi sekarang tidak perlu galau, pun tidak perlu risau dengan pertanyaan itu. Santai saja, kalau kata Bang Haji mah, yuk kita santai agar syaraf dan otot tidak tegang. Istilah kerennya mah keep clam. Buat para jomblo nih, santai saja kalau belum punya pacar. Kalau udah sukses mah jodoh akan datang sendiri, enggak sendiri ding, tapi bersama keluarga. Ah so sweet ya? Dan pacaran itu  lebih banyak gak enaknya dari pada enaknya, ya? Maka dari itu, santai saja kalau belum punya pacar, ya? Karena pacaran itu mendekati zina dan zina itu seburuk-buruk tindakan. Eh, kok jadi kayak Aa’ Gym gini ya?

Jadi untuk menjawab persoalan telur dan ayam. Kita kaji deh ayat yang menjelaskan tentang bagaimana Allah menciptakan makhluknya. Perhatikan saya, eh maksudnya ayat dibawah ini:

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.” (Adz-Dzaariyaat: 49)

Gimana? Sudah paham kan? Jadi ayat di atas dengan jelas mengabarkan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan cara berpasang-pasangan. Tidak ada ciptaan Allah yang tidak berpasang-pasangan. Begitu pula ayam, ayam jantan diciptakan berpasangan dengan ayam betina, seorang laki-laki pasangannya perempuan. Nah jadi bagi para jomblo tidak perlu risau akan jodoh. Kalau ayam saja diciptakan berpasang-pasangan. Apalagi kamu mblo? So, jangan lupa bahagia.

NB: Buku yang setia menemani saya menulis ini: Esensi Hidup dan Mati, karya dari Prof. Dr. M. Mutawalli Asy-Sya’rawi. Semoga Allah merahmati beliau.

Khikmah Al-Maula
22 April 2016


#OneDayOnePost

Rabu, 20 April 2016

Asa Lukisan Impian

ilustrasi by google image
Ketika kau punya impian, di situ terbuka seribu pintu menuju impian itu. Tulisan di MMT itu terpampang di depan gedung bergengsi di kota ini. Kini aku dapat berkata iya dengan tegas pada tulisan itu. Aku ingin mengumandangkan kepada alam semesta sejarah dari tulisan yang kini gagah menyambut para penikmat seni. Selamat datang di pameran lukisan Mahawira Candrakumara.

Lukisan-lukisan mantap menyambut tiap-tiap mata yang lapar akan seni. Tentang keindahan, misteri, impian, tangis dan tawa, apapun itu kupastikan mereka bisa mendapatkan semua itu hanya dengan menatap lukisan-lukisan itu, karena mereka bernyawa. Bukan hanya kanvas yang dikolaborasikan dengan warna-warna.

“Candra, kau Candra kan?” Seseorang memanggilku dan memastikan bahwa yang dipanggilnya memang aku, Candra.
“Iya, saya Candra. Ada yang bisa saya bantu?” Ujarku sedikit berbasa-basi.
“Wah, ternyata kau ini segagah lukisan-lukisanmu.” Puji lelaki berpenampilan aneh itu, dia memakai celana pendek dipadukan dengan kemeja, serta topi koboi menghias dikepalanya.
“Terimakasih, bagaimana kesan setelah melihat lukisan-lukisan itu?”

“Lukisanmu itu seumpama cinta seorang gadis pada pria. Si gadis tidak sanggup mendeskripsikan kenapa dia mencintai pria itu.”
“Aku bukanlah penyair, hanya pelukis. Bisa pakai bahasa yang sederhana saja?”
“Haha, ternyata kau juga lucu. Lukisanmu itu memang bernyawa. Dan aku tidak tahu bagaimana menjelaskan wujud nyawa. Bahkan mereka mampu menarik manusia-manusia mancanegara. Kau benar-benar hebat.”
“Ah, itu terlalu berlebihan, kemampuan saya belum seberapa….”

“Ah, aku tahu. Mereka yang hebat selalu merendah. Tapi kau berhak sombong sekarang. Ohya, lukisan dibelakangmu itu, boleh kubeli?”
“Lukisan ini tidak dijual, maaf.”
“Kenapa? Aku sangat menyukai lukisan itu. Pintu ditengah kegelapan, siluet-siluet keindahan pintu yang terbuka itu… membuatku ingin memilikinya… dan lagi tulisan yang ada di bawahnya. Sangat membuatku jatuh hati. Lukisan itu judulnya apa?”
“Asa Lukisan Impian…” jawabku disertai senyuman.

“Berapa harganya? Kudengar lukisanmu pernah tembus 100 juta? Aku berani membeli lukisan itu 150 juta, bagaimana?”
Aku sempat kaget dengan tawaran itu, mungkin dia seorang konglomerat yang uangnya ratusan miliyar. Hingga uang segitu baginya tidak berarti apa-apa. Tapi bagaimanapun lukisan itu sangat berarti bagiku.

“Sekali lagi maaf, lukisan itu tidak dijual….” Tegasku.
“Bagaimana jika 200 juta?” Tawarnya.
“Terima kasih atas apresiasinya, tapi lukisan itu tidak dijual.”
“Kenapa?”
“Ada cerita dibalik lukisan itu….yang membuatnya sangat berarti bagiku.”
“Ceritakan, jika aku tidak boleh membelinya.”

***
Pagi ketika liburan sekolah. Waktu itu aku kelas 4 SD. Berhubung desaku ini benar-benar permai dan sejuk. Masih banyak pepohonan yang menyebarkan udara segar. Burung-burung berkicau layaknya alunan orkestra professional. Aku menghampiri bapak yang tengah duduk di teras rumah. Ditemani kopi hitam yang masih mengepulkan aroma khasnya.

“Pak, gambarku bagus gak?” Tanyaku seraya menunjukkan buku gambar berukuran B5.
“Wah, bagus Dra… rupanya kamu mewarisi bakat melukis Bapak.” Sinar mata Bapak, benar-benar membuatku bahagia dan merasa diapresiasi.
Tiba-tiba ibu nyeletuk, “Halah, bakat melukis itu gak bikin kaya Dra, tuh Bapakmu aja gini-gini aja dari dulu…, cari bakat selain itu.”

“Loh, Melukis itu bisa juga bikin kaya Buk. Lah kalo Bapak ini gak pernah diberi kesempatan untuk mengasah kemampuan dan berkarya. Ibumu itu nyuruh Bapak berenti melukis Dra…. Tapi kalau kamu suka melukis, ya asah bakatmu itu, Bapak yakin kamu ini bisa menjadi orang hebat. ”
“Tapi Pak, kata Ibu….”
“Udah, kalau kata Bapak lebih baik, ya ikuti saja kata-kata Bapak. Impian itu bagaikan lumpur Dra…bukan tanah.”
“Kok gitu Pak?”

“Tanah itu mudah dipijaki. Sedangkan LUMPUR itu sulit kita pijaki. Kalau tidak sabar dan berhati-hati dalam melewati lumpur, kita bisa terjatuh. Lebih parah lagi kalau ada cidera. Nah, impian juga tidak gampang kita taklukkan, harus telaten dan sabar.”

“Oh gitu, jadi sulit banget ya Pak untuk mewujudkan impian?”
“Memang sulit. Tapi  ketika kamu punya impian, di situ terbuka seribu pintu menuju impian itu.”
“Maksudnya Pak?”
“Kalau kamu benar-benar ingin mewujudkan impian kamu, maka akan banyak jalan Dra, Insya Allah, Gusti Allah memudahkan… , kamu jangan lupa berdo’a juga....”

***
Menceritakan kisah itu, aku jadi RINDU pada Bapak. Sosok beliau lah yang kini membuatku dapat merengkuh impian yang telah kupahat dalam relung hati, impian yang telah kuterbangkan hingga bernaung pada satu BINTANG di angkasa.

Kini setelah 15 tahun silam, bocah 4 tahun itu telah menjelma menjadi bintang dari para pelukis-pelukis. Dengan keinginan kuat akan impian, usaha yang maksimal, tak lupa pula berdo’a kepada-Nya, Sang Penguasa alam semesta. Maka kita akan diarahkan pada impian kita. Karena itulah KUNCI membuka pintu impian.

Khikmah Al-Maula
20 April 2016

#OneDayOnePost

Persepsi Cinta


 
ilustrasi by google image
Lihatlah dua burung merpati berwarna putih tengah berduaan. Mereka bersebelahan tanpa malu-malu. Ada pula dua burung merpati lainnya tengah terbang berkejaran menuju langit biru. Hari ini secara ajaib mereka berkumpul di taman bersama bunga-bunga musim semi.

Barangkali sekarang sedang musim kawin. Atau mereka sengaja menyindirku dengan kesendirianku duduk di bangku putih taman ini. Dua mawar merah darah memandangku sinis, aku tak tahu apa yang tengah mereka bisikkan. Tapi angin membawa alunan pesannya. Katanya aku seperti perenung yang kerap duduk di sini.

Di sebelahku persis, pohon apel menaungiku dalam keteduhan. Pohon apel satu-satunya di taman ini, tak ada apel yang menghiasi. Aku jadi ragu, masih pantaskah pohon apel disebut pohon apel ketika tidak pernah berbuah apel. Sepertinya pohon apel itu mandul, atau jangan-jangan karena kesendirian yang membuatnya memutuskan untuk tak berbuah.

Tiap inci dari taman ini tak luput dari pengamatanku. Tidak ada makhluk yang bernama manusia. Hanya para merpati yang sedang berduaan, bersenda gurau. Tawanya membuatku penasaran apa yang tengah mewarna di hatinya. Sedang aku hanya bisa menebak-nebak. Mungkinkah mereka bicara tentang cinta, pengorbanan, atau awan-awan masa lalu yang pernah mereka lampaui

Aku masih duduk sendiri, mengingat asa dan cinta yang pernah ditawarkan oleh sang filsuf. Hingga kini tak kumengerti perasaan macam apa yang sang filsuf tawarkan kepadaku. Hati yang membawaku pada kesepian . Untuk kesepian yang sebenarnya adalah tujuan kebersamaan.

Awan-awan itu membentuk mega mendung. Sekarang aku tak mengerti haruskah kubilang itu suatu tipuan mata? Jikalau fatamorgana belaka. Kenapa beberapa detik yang kesekian rinai terjatuh pelan di pipiku. Aku mencoba bertanya kepada hujan, dia tak menjawab. Sementara hujan semakin membasahi bunga-bunga musim semi.

Mendung itu perlahan menggelanyut di otakku. Tetes-tetesnya kini keluar melalui sudut mata. Namun tetesan itu lebur bersama hujan. Mereka tak pernah tahu aku juga punya hujan, karena hujanku telah menyatu dengan hujan alam semesta. 

Khikmah Al-Maula
20 April 2016

#OneDayOnePost