Senin, 29 Agustus 2016

Penulis Baper? Aku atau Kamu juga?

Penulis Baper? Aku atau Kamu juga?

Sebenarnya aku hanya ingin menumpahkan apa yang kurasakan saja. Aku beri tahu, aku menulis ini, saat ini aku sedang di kantor sendirian. Jadi pas sekali momennya untuk menulis. Aku tidak berharap tulisan ini dibaca, tapi aku memang berniat hanya menuangkan perasaanku saja.

Hei siapapun kamu yang baca ini. Kamu tahu? bagaimana sebaiknya perasaan yang digunakan saat mau menulis? senang? sedih? kesal? atau galau?

Mungkin jika hanya untuk menulis sesuai yang dirasakan hati, akan sangat mudah jadinya. Tapi bagaimana jika kamu harus menulis sesuatu yang sangat bertolak belakang dengan apa yang sedang dirasakan?

Tahu hakim kan? Seseorang yang bertugas menghakimi terdakwa di pengadilan. Nah, menghakimi dan menulis tidak jauh beda jika menyangkut perasaan yang dibutuhkan.

Seorang hakim ketika akan menghakimi, perasaannya tidak boleh sedang entah sangat bahagia, sangat sedih, apalagi sangat marah. Dengan kata lain, perasaannya netral, adem ayem, tentrem. 

Kenapa harus begitu? Karena hakim gak boleh BAPER saat menghakimi. Maka dari itu, hal tersebut untuk menghindari hakim baper ataupun sedia jaz hujan sebelum badai. Kan gak lucu juga andai hakim sedang sangat bahagia menghakimi, hukuman yang dijatuhkan ke terdakwa jadi lebih ringan. Begitu pula sebaliknya.

Oke, itu sekilas tentang hakim. Nah, bagaimana dengan penulis?

Penulis juga sama aturannya. Perasaannya saat menulis harus adem, ayem, tentrem. Karena jika tidak, akan seperti ini akibatnya. Tulisannya jadi baper.

Hei kakak2 yang baik, sebenarnya aku tuh sama sekali tidak bermaksud menunda-nunda deadline. Tapi lihatlah perasaanku? Sangat tidak menentu. Kadang pagi bahagia, siang sedih, sore sebel, malam kesel. Ah, udah kek bipolar aja.

Aku tahu tugasku banyak yang molor. Tugas di dunia kampus maupun dunia ODOP. Dan aku sadar akan hal itu. Makanya, aku hanya perlu sedikit waktu (baca: agak banyak) untuk merenung, membaca, dan kemudian menulis.

Oke kembali ke aturan perasaan menulis. Jadi intinya menulis itu harus dapat feelnya. Agar rasa itu ngalir di tulisan dan membuat rasa nyaman saat dibaca.

Cukup deh, aku mau pulang. Ini udah jam 03:59. Tadi kira-kira aku nulis dari jam setengah tiga, mohon maaf kalau ada tulisan yang tidak baku dan tidak aku Italic. Sampai jumpa...

29 Agustus 2016/ 04:02 PM

Penulis Baper? Aku atau Kamu juga?
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.

10 komentar

Tulis komentar
avatar
29 Agustus 2016 pukul 17.24

hemm, sering kayak gitu, btw templatenya bagus hehe

Reply
avatar
29 Agustus 2016 pukul 17.42

Hhaaa.. Welcome home...

Net.. Jgn kabuurrr lagii

Reply
avatar
29 Agustus 2016 pukul 19.38

Menulis, ya menulis saja, Inet. Kalau kita nyaman dengan tulisan kita, In syaa Alloh udah ada feelnya hehe.
Aku juga kangen lemping pena yang lama tidak muncul ...

Reply
avatar
29 Agustus 2016 pukul 19.49

Hakim kasus jessica ngga mungkin baper hahaa

Reply
avatar
29 Agustus 2016 pukul 19.49

Hakim kasus jessica ngga mungkin baper hahaa

Reply
avatar
30 Agustus 2016 pukul 09.06

Yeaaa welcome my home :D
enggak Mbak, aku hanya berhibernasi, haha

Reply
avatar
30 Agustus 2016 pukul 09.07

Iya Bunda, oke siap...
hihi..., jadi bersemu merah nih pipi

Reply
avatar
30 Agustus 2016 pukul 09.08

Yang baper yang nonton Bang, haha...

Reply

-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.