Masa Lalu (Aruna, Cerita tiada akhir)
Cerpenilustrasi by google image |
Musik mampu menghantarkanku pada rasa yang magis. Menjadi ekspresi
tersendiri akan apa yang sedang kurasakan. Mungkin bagi kebanyakan orang pun
begitu. Seperti apa yang telah terjadi pada Ray, dia adalah sahabatku yang
paling menyebalkan sekaligus menyenangkan. Kini musim galau telah bermukim di
dunianya, sedari pagi hingga sore, dia mendengarkan lagu masa lalu milik Zizan.
Aku pun mendadak ketularan galau, gegara dipaksanya ikut mendengar lagu itu.
Enam bulan yang lalu Ray ditinggal kekasihnya. Dia begitu
terpukul saat itu. Dan lagi-lagi aku yang menjadi sasaran menanggung derai air
mata Ray yang tak terelakkan. Kekasihnya yang begitu ia cintai, pergi
meninggalkannya, bukan hanya dia yang ditinggalkan tetapi dunia ini. Ya,
kekasih Ray meninggal dunia. Sejak itu secara misterius aku tidak lagi dapat
membaca pikirannya.
Namaku Aruna, Si pembenci akhir cerita. Aku mempunyai
kemampuan yang jarang atau bahkan tidak dimiliki oleh orang lain. Kemampuanku itu
kadang membuatku tersenyum, tertawa, sampai pada rasa sedih. Aku bisa membaca
pikiran orang lain. Termasuk orang tuaku sendiri. Tapi kadang ada orang-orang
tertentu yang tidak dapat kubobol
pemikirannya. Sejauh ini hanya ada dua orang. Yaitu Raka, entah aku harus
menyebutnya siapaku, yang pasti aku menyukainya. Dan yang ke dua Ray,
sahabatku. Dan baru-baru ini saja pemikirannya seperti dikunci olehnya.
Ray, aku kelimpungan menghadapinya. Jika dulu aku gampang
mengetahui apa yang dia mau hanya dengan membaca pikirannya, tapi sekarang
sudah tidak bisa. Sialnya dia membuatku pusing dengan apa yang dicurhatkannya. Dia
terus menerus menceritakan kisah-kasih bersama mendiang kekasihnya. Dan pada
sesi tertentu dia terbawa suasana hingga menangis.
Entah, aku tidak bisa mengikuti jalan pikirannya sekarang. Dia
menyiksa dirinya sendiri. Aku gak habis pikir. Kenapa dia masih saja
membicarakan kekasihnya yang sudah meninggal. Toh, sesering apa pun berbuat
demikian tidak akan mampu membangkitkan kekasihnya. Buat apa mencintai
seseorang yang sudah mati. Seharusnya rasa cinta Ray juga terkubur ketika jasad
kekasihnya di kebumikan.
“Ar…, gue keinget senyum manisnya,” ucap Ray. Ekspresinya asli
gak banget.
“Iye tau, terus apa yang harus gue lakukan? Haruskah menghidupkan
kekasih lo?” Aku menjawab sekenanya.
“Gak gitu juga kali, ah lo nyebelin banget sih. Sahabat lagi
galau tuh dihibur napa?” protesnya, masih dengan mata berembun.
“Yaudah, lo mau ikutin saran gue kan?”
“Iya, gimana?”
“Ganti Ray lagunya, lo gak bosen apa dari pagi sampe sore
dengerin tuh lagu mulu’, nih liat ampe kuping gue overdosis sama tuh lagu.”
“Lagu ini kan sebagai ekspresi perasaan gue Ar.”
“Nah, kan udah ketemu penyebabnya. Lo galau karena lo buat
sendiri. Hanya diri lo sendiri yang bisa nyembuhin Ray. Coba ganti lagunya
Opick yang judulnya Takdir, biar lo bangun dari tidur melek lo. Atau dengerin
lagu Bondan yang tetap semangat , biar lo semangat.”
“Gak ah Ar, gue lagi meresapi nih lagu, sesuai banget dengan
perasaan gue saat ini.”
“Tuh kan. Lo tuh pengen sembuh dari galau tapi membuat diri
lo galau. Udeh ah, pening gue seharian denger tuh lagu. Gue mau pulang,” ucapku
sembari gegas pulang. Diikuti langkah mata Ray yang mulutnya menganga.
***
Jika hari ini kamis bukankah bagaimana pun juga besok pasti
datang jum’at? Tidak mungkin setelah kamis lalu rabu. Begitulah waktu yang tak
akan mundur sedetik pun. Sedetik menjadi suatu yang amat jauh dijangkau. Karena
waktu begitu cepat melaju. Jadi buat apa masih menyesali masa lalu. Waktu terus
melaju. Tapi perasaan masih tertinggal. Sungguh
menyedihkan.
Walau begitu, Raka bukanlah masa laluku. Karena cerita kita
belum usai. Dan tak akan kubiarkan berakhir. Raka, kau di mana? Lihatlah, aku
tetap berusaha memunculkan dirimu di cerita ini. Cerita yang tiada berakhir.
NB: Cerita sebelumnya klik DI SINI
Khikmah Al-Maula
7 April 2016
#OneDayOnePost
7 komentar
Tulis komentarhm.. penasaran, apa iya?
Replybisa baca pikiran kayak edward cullen,,kerenn net^^
Replyditunggu kelanjutannya...
Jangan baca pikiranku Aruna.. karena aku sering memikirkan hal gila. Wkkkwk
ReplyJangan baca pikiranku Aruna.. karena aku sering memikirkan hal gila. Wkkkwk
ReplyKompor Gas!
ReplyKata pakde Indro.
Keren ceritanya.
masa lalu... biarlah masa lalu...
Reply#eh! hihi...
andai saja Aruna mampu menterjemahkan script-script yang ada di pikiran Ray, mungkin Aruna akan menemukan sesuatu yang membuatnya tercengang... o_O
Reply-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.