Persepsi Cinta
Celoteh
Lihatlah dua burung merpati berwarna putih tengah berduaan.
Mereka bersebelahan tanpa malu-malu. Ada pula dua burung merpati lainnya tengah
terbang berkejaran menuju langit biru. Hari ini secara ajaib mereka berkumpul
di taman bersama bunga-bunga musim semi.
Barangkali sekarang sedang musim kawin. Atau mereka sengaja
menyindirku dengan kesendirianku duduk di bangku putih taman ini. Dua mawar
merah darah memandangku sinis, aku tak tahu apa yang tengah mereka bisikkan.
Tapi angin membawa alunan pesannya. Katanya aku seperti perenung yang kerap
duduk di sini.
Di sebelahku persis, pohon apel menaungiku dalam keteduhan. Pohon
apel satu-satunya di taman ini, tak ada apel yang menghiasi. Aku jadi ragu,
masih pantaskah pohon apel disebut pohon apel ketika tidak pernah berbuah apel.
Sepertinya pohon apel itu mandul, atau jangan-jangan karena kesendirian yang
membuatnya memutuskan untuk tak berbuah.
Tiap inci dari taman ini tak luput dari pengamatanku. Tidak
ada makhluk yang bernama manusia. Hanya para merpati yang sedang berduaan,
bersenda gurau. Tawanya membuatku penasaran apa yang tengah mewarna di hatinya.
Sedang aku hanya bisa menebak-nebak. Mungkinkah mereka bicara tentang cinta,
pengorbanan, atau awan-awan masa lalu yang pernah mereka lampaui
Aku masih duduk sendiri, mengingat asa dan cinta yang pernah
ditawarkan oleh sang filsuf. Hingga kini tak kumengerti perasaan macam apa yang
sang filsuf tawarkan kepadaku. Hati yang membawaku pada kesepian . Untuk
kesepian yang sebenarnya adalah tujuan kebersamaan.
Awan-awan itu membentuk mega mendung. Sekarang aku tak
mengerti haruskah kubilang itu suatu tipuan mata? Jikalau fatamorgana belaka.
Kenapa beberapa detik yang kesekian rinai terjatuh pelan di pipiku. Aku mencoba
bertanya kepada hujan, dia tak menjawab. Sementara hujan semakin membasahi
bunga-bunga musim semi.
Mendung itu perlahan menggelanyut di otakku. Tetes-tetesnya
kini keluar melalui sudut mata. Namun tetesan itu lebur bersama hujan. Mereka
tak pernah tahu aku juga punya hujan, karena hujanku telah menyatu dengan hujan
alam semesta.
Khikmah Al-Maula
20 April 2016
#OneDayOnePost
5 komentar
Tulis komentarKeren imaginasinya
ReplyKeren imaginasinya
ReplyDiksinya keren..
ReplyDiksinya keren..
ReplyInet selalu oke deh tulisannya.
Reply-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.