Blue Rose ( Lemping 7)
Cerpen
“Kau tahu Rose? Ayah sangat
menyayangimu, kau adalah anak gadis Ayah. Tapi mungkin sudah saatnya kau tau rahasia
ini, walau begitu, jangan pernah berubah pada Ayah. Ayah mohon kepadamu…” suara
berat Ayah tertahan.
“Ada apa Yah? Katakan saja.”
“Ayah bukan Ayah kandung kamu,
Rose,” Ayah tak kuasa memandangku, dia menyembunyikan wajah sedihnya.
Begitu mendengar kalimat itu aku
seperti orang ling-lung, tenagaku berhasil meluruh secara sempurna. Dunia
seakan terbalik. Bagai baru terbangun dari mimpi indah. Atau mungkin ini adalah
mimpi burukku.
“Rose…”
“Rose…”
Aku menunduk, nafasku tersengal.
Kudengar Mama dan Ayah memanggilku pelan. Tak kuhiraukan mereka. Aku belum bisa
menguasai diriku yang bagai granat siap meledak. Apakah aku harus bertanya lalu
siapa Ayah kandungku? Kenapa baru dikasih tahu sekarang? Atau kenapa aku bisa
di sini? Aku harus bagaimana?
“Lalu siapa orang tua kandungku?”
Hanya kalimat itu yang keluar dari mulutku.
“Ayah emang bukan Ayah kandung
kamu, tapi Mama adalah Mama kandungmu Sayang…”
Aku didekap Mama.
“Ayah memberi tahu ini karena
mungkin Ayah tidak bisa menjadi wali pernikahanmu, tapi Ayah tetaplah Ayahmu
Rose, Ayah sangat menyayangimu.”
“Rose tidak paham dengan semua
ini, bagaimana dengan Bang Haris dan Juna? Rose tidak sanggup mendengar apa-apa
lagi. Rose pamit ke kamar, Yah, Ma…” tanpa menunggu persetujuan, aku melenggang
dengan segera ke kamar. Mungkin saat ini yang kubutuhkan menyendiri.
Hampir bersamaan dengan aku ke
kamar, Bang Haris menghampiri Ayah dan Mama. Terdengar keributan kecil sebelum
hening, entah mereka meributkan apa. Tak jelas kudengar.
“Rose, buka pintunya Rose, Bang
Haris mau bicara…” Bang Haris setengah berteriak di depan pintu kamarku, serta
menggedor pintu.
Aku sengaja tidak merespon. Hatiku
sedang kacau. Lebih baik kuredamkan dulu api dihatiku. Maafkan Rose Bang.
Bukannya Rose tidak mau bicara sama Abang. Tapi Rose hanya butuh sendiri saat
ini.
***
Terhitung 31 jam 20 menit sejak
aku masuk kamar. Selama itu bukannya tidak ada yang menyuruhku keluar. Dari
mulai Mama, Ayah, Bang Haris dan Juna berusaha membujukku keluar untuk makan.
Mungkin aku terlalalu egois hingga mereka sama sekali tak kurespon. Aku hanya
diam di pembaringanku. Rasa lapar terkalahkan oleh rasa sesak di hati ini.
“Rose, ini Bang Fandi…. Buka
pintunya Rose….” Aku yakin, pasti Bang Haris yang memberi tahu Bang Fandi
tentang masalah ini. Resek banget sih, nambahin hatiku dongkol.
Aku tetap diam tak merespon. Lalu
Bang Fandi mulai menggedor pintu, “Rose, Abang hitung tiga kali, kalau kamu
tidak mau buka juga, Abang dobrak pintu ini!”
“Satu…. Dua…. Ti….”
Segera kubuka pintu dengan wajah
tertunduk. Mama menghambur memelukku, erat sekali tanpa kubalas pelukannya. Pundakku
terasa basah diguyur kesedihan Mama. Tak terasa aku juga menumpahkan butiran
hangat di pundaknya.
“Ma, siapa Ayah kandung Rose?”
bisikku pelan.
“Mama akan ceritakan semuanya,
tapi kamu harus makan dulu…,” sahut Mama dengan sesenggukan.
Tatapan mataku dan Bang Fandi
bertemu. Terlihat sorot matanya seakan ikut sedih melihat keadaanku, kita hanya
beradu hati, hingga merasakan tanpa adanya perkataan. Lalu seketika kutundukkan
kembali wajahku.
To be Continue…
13 Mei 2016
13 Mei 2016
Inet Bean
#LanjutanCerbung
#OneDayOnePost
2 komentar
Tulis komentarSiapa ayah kandung rose?
ReplyOke meluncur ke bag 8
Reply-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.