Blue Rose (Lemping 6)
Cerpen
Baca juga Blue Rose
Aku melihatnya, dia mengenakan kemeja biru tua dan
celana hitam. Lengannya di lipat hingga siku. Tampak keren sekali di mataku.
Garis wajahnya benar-benar tegas menyiratkan kelaki-lakian. Aduh, aku
berpikiran apa sih. Tapi dia benar-benar ada di depanku. Dadaku bagai sedang
naik mobil butut yang lewat jalan berlubang-lubang. Riuh sekali.
“Iya, ini Bang Fandi. Kamu kenapa sih? Kok seperti
terpana gitu….” Ucap Bang Fandi menyadarkanku dari dunia absurd yang baru saja
menarikku ke dalamnya.
“Apa? Terpana? Bukan gitu, katanya Bang Fandi gak
bisa datang?” jawabku dengan kosa-kata tidak tertata. Seakan baru diselamatkan
dari tenggelam. Gelagapan.
“Sorry Rose, itu cuma keisengan Abang…” Bang Haris
menyahut dengan cengar-cengir.
“Ih, nyebelin banget sih kamu Bang…” aku memasang
muka cemberut.
“Kan biar surprise, Fandi minta tolong Abang,
katanya gimana caranya ngasih kamu kejutan, dan ternyata ide Abang berhasil….”
Bang Haris menjelaskan, masih dengan muka cengengesannya.
“Iya, Sorry ya Rose….” Timpal Bang Fandi.
“Dasar, ternyata kalian sekongkol…. Oke, tunggu
pembalasanku,” rutukku, sayangnya tidak disertai bunyi petir yang menggelegar.
Justru tawa mereka berdua dan keluargaku yang menggelegar.
Tetiba Bang Fandi menyembulkan tangan kanannya yang
sedari tadi diumpetin dibelakang punggungnya. Dan, hei dia membawa sesuatu yang
lumayan tidak biasa. Biasanya orang kalau ngasih hadiah wisudawan itu kan sekuntum
bunga yang di susun dengan rapi tuh.
Nah, ini dia malah menyodorkan bunga mawar biru bersama potnya. Mukaku antara
seneng, aneh, dan heran. Silahkan ekspresikan sendiri di depan cermin.
Tangan Bang Fandi memegang pot mawar biru yang
ditengadahkan di depan wajahku, pot itu kecil, mungkin seukuran apabila dua
tangan menengadah berdoa.
“Ini untuk kamu Rose, aku tau raut wajahmu aneh
gitu. Mungkin kamu berharap aku memberimu sekuntum mawar biru, dan tentu saja
tanpa pot. Tapi aku ingin beda, ini adalah mawar biru yang kutanam sendiri,
kusiram setiap hari dengan cinta, kupupuk dengan rindu, dan kurawat dengan
kasih sayang.”
Aku speechles mendengar penjelasan Bang Fandi, mulut
ini ternganga. Mungkin aku sudah terpukau, terpana atau apalah istilahnya. Duh,
romantis banget sih.
“Dan aku harap kamu bisa meneruskan merawat mawar
biru ini, Rose….” Lanjut Bang Fandi.
Seketika aku berusaha menahan melting yang
sedang kurasakan, “Eh, iya Bang. Makasih, pasti aku rawat dengan cinta juga.”
Semuanya pun ketawa lagi, ada yang salah kah dengan
jawabanku? Atau aku sangat terlihat salah tingkah.
Kita semua keluar dari Balairung untuk makan
bersama. Dan ketika keluar dari pintu, aku terperangah. Ada MMT yang sudah
terpajang berukuran sekitar lima kali empat meter, bertuliskan “Selamat atas
diwisudanya Blue Rose” dan dibawahnya ada tulisan “Will You Marry Me, Rose?”
Aku memandang Bang Fandi, dia tampak salah tingkah,
tapi berujung pada senyuman dan tatapan “Gimana jawabannya Rose?” Lalu aku
mengangguk pelan.
***
“Kak, dipanggil Mama sama Ayah, katanya disuruh ke
ruang keluarga sekarang,” Juna setengah berteriak dari balik pintu kamarku.
“Ada apa Jun?”
“Gak tau, penting katanya…, cepet gih sana.”
Aku segera ke ruang keluarga. Benar saja, di sana
sudah duduk takjim Ayah dan Mama. Aku duduk di sebelah Ayah, tapi kenapa raut
wajah mereka seperti ada sesuatu yang serius.
“Rose, tidak terasa kini kamu sudah menjadi gadis
yang cerdas dan cantik, baru kemarin sepertinya Ayah menggendongmu melihat
bunga-bunga di pagi hari ketika weekend….” Ucap ayah seraya tersenyum kepadaku.
“Ya, putri kecil Mama sudah menjadi gadis yang amat
cantik….” Mama menyahut dengan tersenyum pula.
“Itu berkat kalian Ayah, Mama. Oh ya, sebenarnya ada
apa aku dipanggil ke sini?” Tanyaku, karena sudah sangat penasaran mereka mau
membicarakan apa.
“Tadi siang kamu dilamar seorang Pria, itu artinya
kamu sudah akan menikah Rose, mungkin ini waktunya memberi tahu kamu,” Ayah
berbicara dengan akhir menggantung.
“Memberi tahu apa Yah?”
“Ayah sangat menyayangimu Rose, tapi mungkin Ayah
tidak bisa menikahkanmu….” Ujar Ayah, yang membuat keningku berkerut.
“Maksud Ayah?”
To be Continued….
Inet Bean
8 Mei 2016
#LanjutanCerbung
#OneDayOnePost
8 komentar
Tulis komentarWah...kenapa tuh si ayah gak bisa menikahkan?!!!
ReplyTenang... Tenang... Semua pertanyaan akan segera terjawab...
Reply*huftt, PENASARANNN....
Apakah Rose bukan anak kandung Ayah??
ReplySo sweet, romantis banget,
Replyromantisnya..
Replytapi kenapa ayah tidak bisa menikahkannya?
Waaah kok tidak bisa menikahkan
ReplySiapa yg dtg melamar...?
ReplyHuft.. Penasaran
Ini baru namanya Setelah dapat Ijazah langsung Ijab-sah.
ReplyAyah pasti bercanda tuh
-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.