30 Menit yang Tidak Biasa
Kisahku
Bicara
tentang pengalaman yang paling berkesan tentu banyak tersimpan di memoar otak
pengalaman-pengalaman berkesan. Selama 19 tahun mengembara di muka bumi ini
bagiku semuanya berkesan. Bahkan saat kecil pipis dicelana, jatuh dari sepeda
dan ditertawakan, dibonceng Ayah naik sepeda ketika senja. Semua itu berkesan.
Bagiku
terlalu banyak hal yang berkesan dihidup ini. Bahkan aku ingin menjadikan tiap
detik berkesan. Waktu bagaikan pedang. Tergantung bagaimana pemakainya menyikapi
benda tajam itu. Bisa menjadi penjaga, namun tidak menutup kemungkinan akan
menjadi bumerang.
Terlepas
dari beribu-ribu pengalaman yang tersimpan dalam semestaku. Maka akan
kukisahkan pengalaman berkesanku yang baru kemarin terjadi, tepatnya hari
jum’at 18 Maret 2016. Yang betapa waktu tidak bisa kompromi dengan ego.
Melangkah atau mundur. Mencoba atau mengabaikan. Berjuang atau pecundang.
***
Jam setengah
dua tepat aku baru meluncur ke tempat acara. Sebagai ketua panitia aku merasa tidak
teralu bertanggung jawab. Padahal acara mulai jam satu. Lagian tadi aku pulang
dari prepare jam setengah satu. Jadi pulang untuk sekedar rehat sejenak, sholat
dan makan.
Di tempat
acara ternyata sudah mulai ramai tamu undangan. Aku memarkir sepeda motor
kemudian masuk ke gedung. Wah, senangnya semua sudah rapi. Ketika sedang
senyam-senyum, ketua panitia dari pihak IPNU menghampiriku. Dari raut mukanya
menunjukkan kepanikan tiada tara.
“Net, kamu
jadi moderatornya ya?” Ucap Mas Yan mengejutkan.
“Apaah???” Teriakku seperti gaya di sinetron-sinetron.
“Duh Net,
sekarang bukan waktunya lebay. Serius ini,” ujarnya kemudian.
“Lah kan
tadi udah ada pengganti moderatornya mas? Kok jadi aku sih, gak mau ah,”
jawabku sembari memikirkan siapa kira-kira yang bisa menggantikan menjadi
moderator.
“Orangnya
tiba-tiba gak bisa bilangnya, ayolah,” mohonnya. Air muka Mas Yan dibikin
semelas mungkin.
“Wah, gimana
ya?” ucapku menggantung.
Coba
bayangkan. Aku baru saja makan. Masih kenyang-kenyangnya. Datang ke acara, baru
masuk udah di sodori untuk jadi moderator. Seakan makanan itu mau kumuntahkan
saking terkejutnya aku.
Tahu moderatornya
gak bisa aja udah membuatku kaget. Lah ini ditambah aku disuruh jadi moderator.
Mending kalau moderator dalam presentasi di kelas. Ini bukan di kelas lagi, tapi
di masyarakat. Mana pembicaranya Kyai dan organisator yang berpengalaman lagi.
Di lain sisi
sebagai ketua panitia dari pihak IPPNU aku merasa belum memberikan kontribusi
yang maksimal dalam acara ini. Karena emang kegiatanku yang begitu kompleks.
Dan kapan lagi aku di beri kesempatan jadi moderator dialog interaktif dalam
waktu setengah jam sebelum acara dimulai.
Batinku pun
bergejolak. Antara mau dan tidak mau. Jika menuruti ego, aku pastilah tidak
mau, aku belum siap. Andai saja setidaknya malamnya dikasih tahu. Mungkin besar
kemungkinan aku terima tawaran itu.
“Net, oke
ya, kamu jadi moderatornya.” Ucap Mas Yan membuyarkan lamunanku.
“Eh, aduh….
Iya deh, eh maksudnya gak aja deh,” jawabku belepotan.
“Please Net,
ayolah, kesempatan ini tidak datang dua kali loh.”
“Kalo gitu Mas
Yan aja deh.”
“Loh, akutuh
memberi keempatan untuk yang lebih muda Net. Jadi jangan sia-siakan kesempatan
ini,” ujarnya meyakinkanku.
“Iya deh
Mas,” jawabku pasrah.
Walaupun
sepertinya aku pasrah. Padahal batinku riuh banget. Bagai ada pawai drumband. Sudah
menyetujui tapi masih setengah-setengah antara mau membatalkan atau lanjut.
Tapi dalam hati kecilku aku ingin mencobanya.
Perang pun
tak terelakkan. Antara ego dan nurani.
“Jangan Net,
kalo kamu malah malu-maluin gimana?” Bisik Peri Merah sambil mengibas-ngibaskan rambut
merahnya.
“Net, ini
adalah kesempatan yang langka. Jangan sia-siakan,” bisik Peri Putih dengan mengepakkan sayap indahnya.
Setelah
mengalami pergulatan batin yang hebat. Tangan yang mendadak keringat dingin.
Dan ada acara kebelet pipis pula. Akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti
nuraniku. Ya, aku mau menjadi moderator.
Tibalah. MC
memanggil namaku untuk ke singgasana dalam rangka menjadi moderator. Aku
berjalan dengan anggun dan memesona menurut diriku sendiri. Ketiga pembicara
juga ke singgasana.
Lalu hening.
Seolah ribuan mata mengarah ke padaku. Dan ajaib sekali ketika duduk di
singgasana. Rasa grogi, gemetar dan keringat dingin, semua menguap. Di situ aku
merasa hangat menjuluri setiap aliran darahku. Begitu nyaman dan batinku tidak seriuh
tadi.
Mataku
menyapu seluruh tamu undangan. Kemudian mengucap Bismillah, salam dan ucapan
syukur dalam bahasa Arab, kemudian bla bla bla. Sampai akhir acara kuucapkan
Wallahul muwafiq illa aqwamit thariq, lalu salam. Di susul dengan tepuk tangan
yang ah membuat hatiku berdesir.
Sebelum
mengakhiri aku sempat membuat closing statement, “ Berorganisasilah, karena
kita tidak dapat menemukan pengetahuan organisasi selain dengan ikut andil di
dalamnya.”
***
Ya, itulah
pengalaman berkesan yang tidak akan kulupakan dalam hidupku. Disuruh jadi
moderator 30 menit sebelum acara Dialog Interaktif dimulai. Mungkin bagi yang
sudah terbiasa jadi moderator akan menganggap ini pengalaman biasa saja. Tapi bagiku ini
adalah pengalaman yang sangat berkesan.
Mungkin jika menolak tawaran itu aku akan
sangat menyesal. Kesempatan yang memang jarang didapatkan. Kalau kesempatan jadi moderator mungkin sudah biasa. Tapi
bagiku 30 menit itu yang tidak biasa.
Tawaran 30
menit sebelum acara. Membuatku mengerti apa arti sebuah kesempatan, tanggung
jawab, dan hati nurani.
PS: Mohon
maaf, belum ada fotonya soalnya aku belum sempat minta fotonya.
PS: IPNU=
Ikatan Pelajar Nahdhlatul Ulama’
IPPNU=
Ikatan Pelajar Putri Nahdhlatul Ulama’
Khikmah
Al-Maula
21 Maret
2016
Belajar,
Berjuang, Bertaqwa!
#OneDayOnePost
18 komentar
Tulis komentarHayyo ketahuan yg dulunya suka pipis di celana. Hehh
ReplyBenar-benar kesempatan langka Net 👍.
ReplyMungkin ini salah satu contoh yang dibilang Pak Jaya Setia Budi dalam salah satu bukunya 'The Power Of Kepepet'
Benar-benar kesempatan langka Net 👍.
ReplyMungkin ini salah satu contoh yang dibilang Pak Jaya Setia Budi dalam salah satu bukunya 'The Power Of Kepepet'
Aku banget, net.AKU suka jd mc dadakan suka jd moderator dadakan. Syngnya aku kalo d suruh Nggk prnh nolak walau dadakan, saat kaki mnggeletar, tangan berkringat pasti di atas panggung atau di depan peserta Yg hdr mndapat keajaiban
Replypengallaman seruu...
Replypengallaman seruu...
Replyseru juga itu nett....gak demam panggung kan
ReplyMenjadikan setiap detik berkesan...
ReplyI like that statement.. Lnjutkan
Aku juga ingin jadi moderator kehidupan ayunda.haha
ReplySatu kata :
ReplyMengesankan!
Keren
ReplyWihiwww.. inet keren...!
Replymantap pisan euy :D
Replyinet kereen jadi moderator dadakan^^
Replyaku malah belum pernah tuh dapat kesempatan langka kek gitu, hehe
Keren net..luar biasa pnglmannyaa
ReplyKeren net..luar biasa pnglmannyaa
ReplyMakasih semua, makasih atas judge kerennya, hehehe.... ^^
Reply-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.