Aku Bukan Tuhan, Bukan Pula Hantu
Filosofi
Dulu sampai sekarang. Aku meneliti dan menghayati tiap peradaban. Mulai dari Adam hingga Muhammad. Dari dinosaurus menjadi ayam. Dari kegelapan sampai pencerahan. Selalu saja terserak hal-hal menggemaskan bagiku.
Aku pernah dianggap Tuhan. Itu membuatku malu. Tapi bagaimana mungkin aku menyalahkan mereka yang memang tidak tau. Bagiku mereka tetaplah makhluk yang butuh naungan.
Maka setiap kali aku diagungkan. Aku hanya bisa miris akan kegiatan itu. Malu yang tak tertahankan pada-Nya. Tapi aku tau, Dia lebih tau dari setiap inci rahasia semesta.
Aku tidak merasa lelah, bahkan aku melakukan tugasku dengan suka cita. Berharap suatu saat nanti Dia akan mengklarifikasi siapa aku.
Detik setia merambat pada menit, untuk kemudian bertemu dengan jam, hari, pekan, dan sebutan kelompok masa lalu lainnya. Sampai aku dipertemukan dengan makhluk cantik-Nya. Kami saling bertukar kabar. Bagaimana kondisi di belahan bumi lain.
Aku bahagia. Setelah pertemuan itu. Aku tak lagi dianggap Tuhan, Dewa atau sejenisnya. Setidaknya aku tak malu lagi pada-Nya.
Tapi setelah itu ternyata aku kembali mendapat tekanan batin. Betapa tidak. Pertemuan-pertemuan selanjutnya dengan si cantik itu dianggap sebagai pembawa sial. Setelah diangungkan, aku dilecehkan. Benar-benar membuatku gemas.
Suatu hari aku mendapat bocoran langit. Bahwa akan terlahir makhluknya yang aku tak dapat menyaingi terangnya. Aku hanyalah setitik dari luas hatinya. Esensinya adalah awal dari semesta.
Semesta menyambut kedatangannya dengan suka cita. Maka keberkahan menyeruak di tiap-tiap sisi alam. Sejak itu aku senantiasa terhibur dengan teladan-teladannya. Takjub akan kelembutan perangainya.
Sejak itu pula, aku punya idola. Lebih bersemangat dalam menjalankan tugasku. Senantiasa memanjatkan keselamatan padanya. Jika saja bisa, aku ingin menjadi pengawalnya. Mengabdi dan menemaninya, dalam suka maupun duka. Bahkan akan kukorbankan diriku untuk keselamatan sang yang dipercaya.
Aku menari dengan berputar seperti para sufi. Tanpa lelah dan tiada rasa sebal. Justru merasa semakin dekat dan menyatu dengan-Nya. Tak terasa, entah yang keberapa. Pertemuanku dengan makhluk cantik itu datang lagi. Yang berakibat di belahan bumi tertentu gelap gulita.
Aku takut penduduk bumi kembali menganggap itu suatu kesusahan.
Tepat seminggu setelahnya. Ibrahim, putra sang yang dipercaya meninggal. Aku begitu sedih, merasakan kesedihan Muhammad.
Desas-desus menyebar. Bahwa pertemuan ku dengan sang cantik adalah penyebab meninggalnya putra Muhammad. Aku tersedu sedan akan fitnahan yang luar biasa kejam itu.
Ternyata tangisku terdengar oleh-Nya. Hingga Dia berbaik hati mengklarifikasi fitnah keji itu. Lalu Jibril menemui Muhammad, mengabarkan sesungguhnya tentang diriku.
"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo'alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah. "(Bukhari)
Demikian klarifikasi yang membuatku berbunga-bunga. Aku mencintaimu karena mencintai-Nya. Wahai Muhammad.
***
Refleksi Gerhana Matahari.
#OneDayOnePost
20 komentar
Tulis komentarwow..."kerennnn.....
Replyaku terkesima sama kata2nya mba inet^^
Personifikasinya mantab net 👍.
ReplyDitunggu karya selanjutnya 😄
kereeeennnn...
Replykereeeennnn...
ReplyTotally sukak
ReplyPermainan kata yg menakjubkan
Replybaguuuuuussssss banget!! ajarin akuuuuuu ayunda...T_T
ReplyNet aku padamu
ReplyKeren...
Replybtw, inspirasi dari mana yak ?
Replypas rukuknya, yang lama mungkinn
kece parah, seriuss
Inspirasi dari Gerhana Matahari, hehe
Replymakasih, serius
Weiss, makasih mba Aira
ReplyOke, makasih mba Deasy :D
ReplyAku pun padamu mba Dewi
Reply^_^
Reply^_^
Reply^_^
ReplyMakasih mba Juni
ReplyKita sama2 belajar kakanda :D
ReplyWaaaah . . .
ReplySetelah baca ini baru tau kalau ternyata dinosaurus jadi ayam . . .
-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.