Sebentar Lagi
Mendeskripsikan gambar ini, untuk Mba Adriana |
Pada Petang...
Yang perlahan meluruhkan jingga
Sebentar lagi bulan menenggelamkan mentari di lumpur laut
yang mulai tergenang. Tahukan persamaan antara kau dan bulan yang dingin pada
pasang surut lautan?
Sebentar lagi gelap, tetapi kelihatannya menakjubkan. Anak-anak
kecil tertawa, bermain-main dengan ombak dan pasir, menunggu orang tua mereka
yang tak kunjung pulang. Seperti aku yang kini tertawa, tawa yang mengundang
keheranan.
Tiba-tiba saja aku sudah melempar kail, tak lama berselang
kau sudah menyambarnya, ikan. Suatu yang menyala memang terlihat menggiurkan,
tipuan. Anak-anak kecil itu tertawa lagi, sedangkan aku menertawakan diriku.
Anak-anak kecil, kita mempunyai beberapa persamaan, tawa
kita, cara menunggu kita, dan tentu saja permainan dengan sang pengatur maha
benar. Ayo, kita tertawakan saja...
Bukankah ini menyenangkan?
Oh, tentu saja, ini menyenangkan.
Hingga jingga menjadi sebiru luka. Orang tua anak-anak itu
tak kunjung menepi, kapal-kapal yang semakin menjauh, debur ombak yang besar
berbuih, meluruhkan kepercayaan anak-anak kecil selangkah demi selangkah. Kemudian
merapuh.
Sayang, percayalah... sebentar lagi
Sampai kapan? Permainan ini membuat kami lelah
Bagaimana lagi aku meyakinkan mereka, orang tua anak-anak
yang ada di kapal-kapal, sengajakah mereka membuat permainan ini demi menipu
mereka?
Aku tertawa, anak-anak kecil itu ketakutan. Tawaku semakin
keras. Membuat ikan yang baru tertarik kailku urung, bersembunyi diantara batu
karang.
Apakah kubiarkan saja permainan yang tak kumengerti
aturannya terus membuatku salah, atau kubiarkan saja sang pengatur maha benar
terus mempermainkanku, atau sebaiknya kuselesaikan dulu tawaku ini.
Anak-anak kecil
Sederhana
Suaramu adalah penawarnya
Inet Bean
17 Januari 2017
1 komentar:
Tulis komentarGood.. Mari kita tertawa bersama, mba.
Reply-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.