Terlambat
Cerpenhttps://id.aliexpress.com/popular/digital-photography-art.html |
Bayangan di cermin bergeming, tidak menunjukkan untuk segera
bergegas. Sementara tik-tok arloji lebih terdengar seperti gesekan pedang yang
siap menghunusku. Mataku beradu dengan bayangan itu, berbisik, ‘pengecut,
pengecut, pengecut’.
Selalu seperti ini, kakiku terpaku pada bumi, mengakar dalam
tanah tandus. Sudah berlalu tiga ratus detik tanpa gerakan apapun. Anginpun enggan
menyelinap melalui kisi-kisi jendela kamarku. Baju yang kubeli seminggu yang
lalu ini tidak ada gunanya, jaket yang kucuci dengan satu liter pewangi tidak
berfungsi. Bahkan aku tak kuasa meraih ponsel yang sedari tadi berbunyi.
Tidak bisa seperti ini, atau kejadian itu akan terulang
kembali. Saat hujan basahi bumi, aku menduga bahwa alam tak merestui pertemuan
kita. Kau menunggu di bawah kanopi taman, menadah hujan dengan tangan indahmu. Aku
hanya memandangmu dikejauhan, berharap kau melihat kearahku, jika itu terjadi
aku akan menghampirimu, mengungkapkan perasaanku padamu. Lalu kita duduk di
bawah kanopi taman berirama hujan.
Namun kau tak pernah melihat ke arahku, kau sibuk bermain
air, memandang ke langit, dan tersenyum. Dan bodohnya aku menyalahkanmu karena
itu, aku menyalahkanmu karena tidak memandang kearahku, sedangkan aku berada
pada tempat yang tak mungkin dijangkau mata teduhmu. Aku egois dengan
menyalahkanmu atas kesalahanku. Aku berharap kau menghampiriku, tanpa
memedulikan kau di sana sedang menungguku.
Tidak lama seseorang menghampirimu, membawa payung sebiru
langit menjelang malam. Tenang dan meneduhkan. Ah bukankah dia sahabatmu? Tapi bagaimana
mungkin dia tiba-tiba menghampirimu? Mungkinkah
kau menghubunginya? Apakah satu jam terlalu lama bagimu untuk tetap menantiku? Egoiskah
diriku?
Dia menyerahkan payungnya padamu, dia menyuruhmu memegang
payungnya. Lalu kalian berjalan berdua di bawah payung. Hatiku basah sekaligus
panas. Kalian terlihat berbincang dan tiba-tiba sahabatmu itu berlari di bawah
rintikan hujan. Kau meneriakinya, mengejarnya dengan payung yang hampir terbang
karena kau berlari.
Hatiku kembali basah dan panas mengingatnya. Tidak akan
kubiarkan lagi itu terjadi. Terlambat yang kubuat sendiri. Kupendam keraguan
yang menyusup dalam hatiku. Apapun itu,
hujan, panas, badai, aku akan tetap menemuimu.
Baru berlangsung enam ratus detik, aku harus bergegas. Membiarkan
bayangan itu beranjak, atau aku akan kembali menelan pil pahit. Tidak, itu
tidak boleh terjadi. Baiklah aku tidak akan menunda lagi, tidak akan. Aku datang,
aku mencintaimu.
Poselku kembali berbunyi, menyanyikan lagu Terlambat, Adera.
Sementara aku bergegas menemuimu.
tuk ungkapkan isi hati kepadanya
mungkin dia jadi milikku, bahagiakan hariku
oh tetapi kenyataan tak begitu
Di saat ku mencoba merajut kata
dan berharap semua jadi sempurna
tiba-tiba ada yang lain yang mencuri hatinya
hilang sudah kesempatanku dengannya
Terlambat sudah semua kali ini
yang ku inginkan tak lagi sendiri
bila esok mentari sudah berganti
kesempatan itu terbuka kembali
akan ku coba lagi
Cukup sudah kesalahan kali ini
jangan sampai semua terulang kembali
keraguan dalam hatiku harus ku buang jauh
bila ingin mendapatkan yang terbaik
Terlambat sudah semua kali ini
yang ku inginkan tak lagi sendiri
bila esok mentari sudah berganti
kesempatan itu terbuka kembali
akan ku coba lagi
Pengalaman pahit yang ku jadikan pelajaran
dalam hidup yang tak akan terlupakan (terlupakan)
oh jangan menunda sesuatu untuk dikerjakan
jangan tunda jangan tunda
4 Januari 2017
2 komentar
Tulis komentarSukaaa, keren.
Replysipp mission complate
Jadi laper eh baperr wkwkwk
Reply-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.