Menunggu
Cerpenhttp://pedulisehat.info/cara-hadirkan-suasana-romantis-saat-hujan/ |
Di bawah kanopi taman kau duduk sendiri pada sebentuk kursi
besi panjang, lalu menyandarkan tas punggungmu. Bunyi notif ponsel membuat
refleks tanganmu mengambilnya, beberapa menit kemudian ponsel di tanganmu sudah
berubah menjadi buku. Kau memang menyukai buku itu, buku bersampul legam
dengan gambar pohon lampion dan seorang
wanita dari kejauhan. Kau pernah bilang perlu beberapa kali membacanya agar kau
sempurna mencerna buku itu. Dunia Shopie.
Kau pintar membunuh waktu, selalu kau selipkan buku di antara
barang-barang yang kau bawa. Hingga kau seolah memang sedang menyendiri untuk
membaca buku. Tak ada tampang menunggu seseorang di wajahmu. Kau pasti sudah
terbang ke Dunia Shopie.
Satu jam berlalu, langit biru ditelan awan abu-abu. Bukumu
tertutup karena kau kaget akan suara petir. Bersamaan dengan itu, butiran air
mulai jatuh, besar-besar. Setelah memasukkan bukumu ke dalam tas, kau
menadahkan tanganmu pada air hujan yang jatuh di pinggir kanopi, tersenyum
meniru gaya polos anak kecil.
Entah datang dari mana, tiba-tiba seseorang menghampirimu,
membawa payung sebiru langit menjelang malam. Tenang dan meneduhkan. Dia
menyerahkan payungnya padamu, dia menyuruhmu memegang payungnya. Lalu kalian
berjalan berdua di bawah payung. Hatiku basah sekaligus panas. Kalian terlihat
berbincang dan tiba-tiba dia berlari di bawah rintikan hujan. Kau meneriakinya,
mengejarnya dengan payung yang hampir terbang karena kau berlari.
**
Sesaat setelah aku duduk di kursi taman, ponselku berdering.
Kulihat notif sms dari teman yang menanyakan keberadaanku. Setelah membalas
pesannya, aku memasukkan kembali ponselku dan beralih ke novel, Dunia Shopie. Novel
yang membuatku ingin membacanya berulang kali tanpa rasa bosan.
Aku dikagetkan oleh suara petir yang membuat novel di
tanganku tertutup. Kumasukkan novel ke dalam tas, lalu rinai mulai berjatuhan. Satu
jam sudah aku menunggu tanpa ada tanda-tanda kehadirannya. Bahkan dia tidak
mengirim sms atau menelfonku. Daripada merasa kesal, aku menyentuh rinai hujan
yang terjatuh besar-besar di pinggir kanopi. Lumayan, bisa membuatku tersenyum.
Seorang teman yang meng-smsku tadi menghampiriku dengan
membawa payung biru tua. Ia menawarkan dengan berperan seolah menjadi ojek
payung. Dia menyerahkan payungnya padaku, lalu menyuruhku memegang payungnya.
Kita berjalan berdua di bawah payung. Dia mengajakku berlari dan tiba-tiba dia berlari di bawah rintikan hujan.
Aku meneriakinya, mengejarnya dengan payung yang hampir terbang karena berlari.
***
Dia duduk di kursi
besi taman. Beberapa menit kemudian dia melihat notif pesan dariku, lalu
membalasnya dan kembali memasukkan ponsel ke dalam tas, menggantinya dengan
buku. Dia menunggu seseorang sambil membaca. Ide yang brilian.
Detik, menit, dan jam telah dia lalui dengan membaca buku. Begitu
seriusnya dia membaca hingga terkejut saat petir menggelegar. Membuat bukunya
tertutup. Dia menyimpan bukunya ke dalam tas. Sejenak memandang sekitar. Lalu dia
menadah air hujan dengan tangannya. Seolah tersenyum dengan seseorang tak kasat
mata.
Waktunya tiba, dia akan menerima tawaran payung dariku.
5 Januari 2017
1 komentar:
Tulis komentarKeren...berhasil nih
Reply-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.