ADA DI SANA (Menjadi Terbodoh)
Cerpenhttps://inadwiana.wordpress.com/page/8/ |
Tidak ada tempat yang paling strategis untuk bersembunyi selain di cabang pohon kersen setinggi enam meter. Dalam keadaan biasa, Ia bisa menghabiskan buah berwarna merah merona itu seperti gemintang yang dilahab gugusan awan mendung. ‘Bersembunyi, kenapa aku harus bersembunyi dari keluargaku sendiri?’ ucap batinnya, lalu tertawa yang lebih terdengar seperti menyeringai.
Di titik ini, adalah suatu
kematian bagi dirinya sekaligus kelahiran yang baru. Sambil menengadahkan
wajahnya ke langit, ia bertekad, tidak ada yang bisa menghalanginya, dalam
desahan yang panjang, ada janji yang terpahat.
“Udah kuduga kamu di sini, turun
woy... dicari Zombi tuh, orangtua seluruh negeri ini juga nyari kamu!”
Bagas malas menanggapi, ia
menyesali satu hal. Satu-satunya yang tahu tempat persembunyiannya adalah
Danis, sepupu yang merangkap jadi sahabatnya.
“Aku gak mau ketemu Zombi lagi!”
teriak Bagas.
“Biar gimana pun dia orangtuamu.”
“Zombi gak akan bisa jadi
orangtua!”
“Tapi dia bukan Zombi beneran.”
“Bahkan Zombi beneran gak sekejam
dia.”
“Terserah lah!”
Hening. Mereka larut dalam
pikiran masing-masing. Danis terduduk di bawah pohon kersen, mata Bagas melirik
ke bawah. Sementara itu bulan mulai menggeser matahari. Seperti tergesernya ego
mereka kemudian.
“Aku....” ucap mereka bersamaan.
“Kamu dulu aja,” kejar Bagas.
“Kamu aja, Gas.”
Bagas turun, duduk beralaskan
daun-daun kering di sebelah Danis. Ia mendesah pelan, “Maaf,” ucapnya, “Ada
berita apa aja?”
Danis meninju pelan lengan Bagas,
tersenyum, “Aku juga minta maaf, rencana kita berhasil, nilaimu nol,
benar-benar sempurna menjadi terbodoh. Lucu sekali, anak tercerdas mendapat nilai nol di Tes
Ilmuan dan semua benar-benar belomba bodoh-bodohan.” Mereka tertawa. “Jadi
rencana selanjutnya?”
Bagas membayangkan, pasti sekarang
Zombi sedang kalang kabut mencarinya. Zombi adalah panggilan dari dia untuk
ayahnya, tentu saja itu ia lakukan di belakang ayahnya. Dia memberi gelar Zombi
karena menurut Bagas, sikap ayahnya seperti Zombi, semua ekspresi dipukul rata
di wajahnya. Dan alasan paling utama, ayahnya tidak berperasaan, memaksa anak
didiknya menjadi zombi intelektual. Ayah Bagas adalah Presiden Tes Ilmuan
Negeri dan menjabat sebagai kepala sekolah terbaik di Negeri ini.
“Kita harus pastikan nggak ada
yang masuk dalam Tes itu, semuanya benar-benar bernilai bodoh. Kita harus
beritahu orang tua anak-anak cerdas yang lulus seleksi dari tahun-tahun yang
lalu. Mereka nggak tahu nasib anaknya gimana, mereka hanya bangga bahwa anaknya
masuk Tes Ilmuan, tanpa tahu anak-anaknya dijadikan kelinci percobaan.”
“Kita manfaatkan kemarahan massa
pada pemerintah? Caranya?”
“Harus ada bukti.”
***
“Hei... jangan pesimis gitu dong,
biar gimana pun kamu kan jadi siswa yang mendapat nilai terbanyak di Tes
Ilmuan...”
“Gimana nggak pesimis, kalau aku
nantinya bakalan mati? Lagian apa yang mau dibanggakan dari mendapat nilai
terbaik, diantara semua yang sengaja berusaha mendapat nilai buruk. Lebih parah
lagi itu dari seluruh Negri.” Gagas mendesah, perempuan mungil yang biasanya
lincah itu kini tak ubahnya kain kucel yang teronggok tak berdaya.
“Aku hanya mau hibur kamu....”
Sisi menunduk. “Maaf ya, kalau saja aku ngasih tahu lebih awal....”
“Udahlah, Si...” Gagas
menyunggingkan senyum. “Si... benar nggak sih semua itu? Jadi aku bakalan jadi
kelinci percobaan untuk ambisi membuat manusia hidup abadi?”
“Pasti ada jalan keluar Gas, aku
bakalan bantu kamu sampai titik darah penghabisan!” Sisi berorasi layaknya
pahlawan kemerdekaan.
“Lebay.” Gagas menerbangkan
bantal ke wajah Sisi. Dan perang bantal pun tak terelakkan.
Malam sudah terlalu malam. Mereka
memejamkan mata tanpa tertidur. Menebak-nebak sesuatu yang akan terjadi ketika
Gagas pergi memenuhi undangan awal dari Presiden Tes Ilmuan Negeri.
Sementara itu Presiden Tes Ilmuan
Negeri memarahi semua staf, dari 29 provinsi, hanya ada satu nilai tertinggi. Itu
sangat mengecewakan jika dibandingan dengan tahun-tahun sebelumnya yang tiap
provinsi ada satu yang terpilih.
Inet Bean
29 Januari 2017
-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.