Selasa, 07 Maret 2017

Lelaki Kitab Kuning

Lelaki Kitab Kuning

http://www.andikafm.com/news/detail/8248/1

Senja itu adalah senja yang melelahkan. Dengan jalanan yang berdebu, bunga-bunga yang menguncup, dan deru motor yang bergegas meninggalkan kampus. Sementara itu, aku masih bergelut dengan beberapa teman demi tugas yang tak kunjung selesai.

Untuk sesaat aku tak melihat adanya sesuatu yang istimewa. Hanya lelaki yang rapi dan wangi. Yang aku tunggu darinya adalah  dia membacakan kitab kuning yang tidak berharokat, atau sebut saja arab gundul.

Setengah gila aku mencari-cari syarah kitab itu di internet, tetapi hasilnya nihil. Lelaki yang kini duduk tepat di hadapanku adalah satu-satunya harapanku, maksudku kami. Dia adalah senior di pesantren temanku, merangkap seniorku di kampus.

Kini dia mulai membaca kitab tanpa harokat yang berkertas kuning itu. Perkalimah, dengan kehati-hatian yang penuh, memadu-padankan dengan kaidah nahwu shorof, mentasrifkan kalimah demi kalimah.

Aku mengharokati sesuai dengan apa yang dibacakannya, saat dia agak kesulitan membaca, aku mengamatinya, pura-pura ikut merasakan kesulitannya. Dia bergumam tentang La nahi, mabni, masdar, sandaran per kalimah. Dan aku hanya memandangnya dengan pandangan berusaha mengerti apa yang digumamkannya.

Sedikit terbersit rasa kagum terhadapnya, bagiku orang yang pintar bukan hanya mereka yang pandai berhitung atau hafal rumus fisika dan kimia. Lelaki di hadapanku ini, aku mengakui kecerdasannya dalam ranah nahwu shorof. Meskipun dia selalu bersikap merendah.

Senja digeser oleh peraduan bulan. Terdengar lamat-lamat adzan maghrib. Kami pun bergegas ke mushola kampus. Di sana belum ada yang adzan. Sekali lagi aku dibuat terkagum hingga meleleh mendengan suara adzannya. Merdu, jernih, dan menyentuh. Rasanya ingin menangis.

Setelah dia adzan karena tidak ada yang adzan, dia melanjutkan dengan bersholawat. Masih dengan suara yang merdu, jernih, dan menyentuh. Beberapa menit kemudian, dia menjadi imam. Bacaannya begitu tartil dan jernih. Aku ingin menangis.

Ah Tuhan, jika Kau mau berbaik hati padaku. Aku ingin satu lelaki yang seperti dia. Halus perangainya, cerdas otaknya, dan merdu suaranya. Wajahnya yang teduh seolah menyempurnakan sosoknya.

Aku ingin berjumpa lagi, untuk sekadar bercakap-cakap. Tapi bagaimana caranya?

Jadi, kuserahkan segalanya pada-Mu, yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

7 Maret 2017
Lelaki Kitab Kuning
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.

-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.