Minggu, 05 Maret 2017

Sesaat Setelah Senja

Sesaat Setelah Senja

http://tipsfotografi.net/tips-fotografi-memotret-bulan.html

Sesaat setelah senja, atas dukungan semesta mata kita bertemu. Lalu untuk beberapa waktu kita tertegun, seolah kau adalah bayanganku dan aku adalah bayanganmu. Sebuah perjumpaan yang melenakan.

Kita selalu berpikir pertemuan itu adalah paradoks. Di satu sisi itu terlalu mudah bagimu dan di sisi lain sulit untukku terjemahkan. Sementara itu semesta tidak peduli dengan kebingungan-kebingungan yang ditimbulkannya.

Nikmati saja, katamu. Ketika pelangi tidak sengaja muncul di tengah gersang padang pasir, tetap harus dinikmati keindahannya. Keindahan yang langka. Meskipun sebelum pelangi menghilang, dahaga telah mencekik tenggorokan.

Lalu aku mengeryitkan dahi. Sebelum pelangi menghias, akanku tampung butiran-butiran air sebelum terjatuh ke pasir, hingga tak lenyap begitu saja. Dan seharusnya aku bisa menikmati warna-warni itu dengan mereguk kesegarannya.

Pada kesimpulannya kita adalah paradoks. Pada perdebatan-perdebatan yang kau luncurkan dan pada asumsi-asumsi yang kulontarkan. Dan semesta semakin tidak tahu malu.

Sesaat setelah senja, harus kuakhiri perdebatan dalam hatiku. Tidak terlena dengan keramahan semesta atau kebengisannya. Keduanya menjadi benalu. Aku telah terbiasa membuang keduanya, membakarnya, melarungkannya ke samudera maha luas.

Dan kini aku berdiri di atas kakiku sendiri. Dengan segenap mimpi-mimpi yang belum sempat melompat dalam ranah realis. Janji itu ada dan selalu terngiang sesaat sebelum mataku terpejam dan ketika dinginnya fajar kedua membuka kelopak mataku.

Kau dengan persepsimu, dan aku dengan sebenarnya diriku. Seharusnya kau tahu itu, dan tak perlu tawar-menawar dengan diriku. Hanya diriku yang mengetahui apa yang menjadi impianku. Tidak ada yang boleh mengusik mimpiku, tidak juga kau.

Karena walau sudah kugenggam mentari dan kuikuti cahaya rembulan, namun tetap ku hanyalah manusia biasa yang bisa terluka.

Sesaat setelah senja, telah kupendam segala hal yang membuat dingin dapat menelusup pada celah-celah hati. Menatap mentari dengan sejuta mimpi, dengan hati sebening embun, dan menapaki jalan menuju dunia yang lebih baik.

Sesaat setelah senja, Bulan bersinar anggun.

5 Maret 2017

Inet Bean
Sesaat Setelah Senja
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.

-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.