Senin, 21 November 2016

MUNAFIK?

MUNAFIK?

Oleh: Inet Bean

Minggu lalu saya menonton film yang berjudul munafik. Film itu bergenre horor, dengan latar tempat di Malaysia, karena memang berasal dari Malaysia. Tidak seperti film horor dalam negeri yang kerap menonjolkan aura-aura tidak senonoh daripada setannya. Maksud saya, negeri ini film horornya sudah terkontaminasi dengan hal-hal yang menjorok pornografi, erotisme, seksualitas. Oke, walau tidak semua. Tapi banyak.

Film dimulai dari kejadian kecelakaan. Dia adalah seorang ustadz yang dikarunai bisa meruqyah, istrinya meninggal dalam kecelakaan tersebut. Di sisi lain ada seorang perempuan yang hidupnya diganggu oleh setan. Ibu tirinya mengeluhkan keanehannya pada suaminya.

Tapi saya bukannya mau membahas film itu, melainkan letak munafiknya. Walau belum tentu diri saya terhindar dari munafik, setidaknya berusaha untuk menjauhinya.

Dalam film tersebut digambarkan bahwa setan benar-benar sumber kemunafikan bagi manusia. Bagaimana setan memanipulasi, menghasud, menakuti. Mereka melakukannya dengan mengadu manusia. Menghasud manusia yang lemah untuk meruntuhkan keyakinan manusia yang kuat imannya.

Jika dalam dunia nyata wujud-wujud setan terkadang tidak menakutkan, mereka kadang berwujud uang, emas, jabatan, perempuan. Dalam film ini, disuguhkan setan dalam wujud yang setan (barangkali begitulah wujud setan).

Itulah kiranya setan yang berwujud setan. Mereka nyata menakuti manusia dengan kengerian dirinya. Nyata mengatakan akan membawa serta manusia bersamanya, bersanding dengan api-api yang beribu-ribu kali panasnya jika dibandingkan matahari. Yang dalam jarak 149,6 juta km ke bumi saja sudah nyata membuat keluhan-keluhan bertebaran di dinding bbm, fb, twitter dan semakhluk lainnya.

Kalau kata senior saya, Ki dalang Sujiwo Tejo, masyarakat munafik itu lebih hormat pada orang yang gak bilang jancuk dan fuck tapi korupsi, daripada sebaliknya. Jadi munafik itu gimana? Kita tahu, munafik itu orang yang pengucapannya berbeda dengan yang ada di dalam hatinya. Apakah munafik hanya itu saja? di zaman kontemporer ini kita akan menemukan munafik-munafik modern yang terwujud tapi dianggap biasa.

Dulu ketika saya punya pacar (jadi sekarang jomblo?), saya pernah updet status di fb yang menyertakan kata “jancuk”, selang beberapa menit, pacar saya sms, katanya saya ngucap kata saru, saya diceramahi habis-habisan. Padahal bahkan tingkahnya tidak jauh dari kata saru, beda saat pendekatan (bukan curhat ataupun gosip). Makanya saya langsung putuskan saja, babay, ke under world saja kau sanah... heuheuheu.

Oke, saya akan jelaskan asal jancuk yang merujuk pada buku karangan Ki dalang Tejo. Bahwa jancuk itu asli kosakata Surabaya. Artinya Jaran Ngencuk. Dulu pernah dibuatkan seminar di Surabaya, bukan umpatan, cuma salam (jadi saya gak nyaru loh, niat aja kagak). Contoh : jancuk! Nang endi ae kon? (ke mana aja loe?) Muatan emosinya bukan jorok, tapi terkejut ketemu teman. Kalo di bahasa Inggris: where the fuck have you been man? Bukan jorok, tapi surprised.

Tapi jangan digunakan untuk orang tua loh! Ini adalah warning keras. Bisa-bisa kamu akan disihir jadi batu menangis. Gunakanlah untuk waktu dan sikon tertentu, untuk orang yang sebaya dan akrab tahu luar dalammu.

Kata orang, teman yang udah tidak direm lagi kata-katanya saat ngobrol denganmu, itulah sahabat. Ia apa adanya, tidak ada rasa sungkan. Karena itu adalah salah satu barometer hubungan persahabatan.

Jadi munafik itu apa? Ah saya rasa kita sudah tahu munafik itu apa? Yang jadi pertanyaannya adalah bagaimana kita menghindari munafik? Silahkan tanyakan pada rumput yang bergoyang kata Om Ebit G. Ade.
MUNAFIK?
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.

3 komentar

Tulis komentar

-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.