Jumat, 26 Februari 2016

Menulis dan Membaca; Sabda Zarathustra

Menulis dan Membaca; Sabda Zarathustra

Dari semua yang telah ditulis, aku hanya mencintai apa yang ditulis seseorang dengan darahnya. Menulislah dengan darah dan kau akan dapati bahwa darah itu roh.
Bukan suatu kemungkinan yang mudah memahami darah yang asing; aku membenci orang-orang yang malas yang suka membaca.

Dia yang tidak melakukan apapun kepada pembaca, dialah yang telah mengetahui siapa pembaca. Seabad lagi dipenuhi pembaca- dan roh itu sendiri akan membusuk.
Bahwa semua orang diperbolehkan belajar membaca, pada akhirnnya itu tidak hanya akan merusak tulisan tapi juga pemikiran.

Dulu roh adalah Tuhan, sekarang ia menjadi manusia, dan kini bahkan telah menjadi orang banyak. Dia yang menulis dalam darah dan pepatah tidak ingin dibaca, tapi ingin dihafalkan.

Di pegunungan jarak yang paling pendek adalah garis lurus dari puncak yang satu ke puncak lain, tapi untuk melewati itu, kau harus punya kaki yang panjang. Pepatah adalah puncak-puncak dan mereka yang mendengarnya harus tinggi dan besar.
Hawanya murni dan langka, bahaya ada di dekatnya dan roh penuh dengan kelicikan yang penuh kesukaan: segalanya bersesuaian satu sama lain.

Aku menginginkan setan-setan di sekitarku, sebab aku berani. Keberanian yang mengusir semua hantu , menciptakan setan untuk dirinya sendiri - sebab keberanian itu ingin tertawa. 

Aku tidak lagi merasa sama dengan dirimu; sebab awan yang kulihat ada di bawahku, awan hitam dan berat dan kutertawakan - masih merupakan awan geledek bagimu.
Kalian memandang ke atas ketika kalian merindukan pujian; tapi aku justru menunduk ke bawah sebab aku telah ditinggikan.

Siapa di antara kalian yang dapat tertawa dan sekaligus ditinggikan?
Yaitu dia yang memanjat gunung tertinggi, mentertawakan semua tragedi dan realitas yang tragis.
Berani, tak acuh, sinis, menindas - demikian yang di inginkan kebijaksanaan dari diri kita; kebijaksanaan adalah seorang wanita, dan ia hanya mencintai pejuang.

Kalian berkata kepadaku, "Hidup itu sulit untuk dijalani."
Tapi untuk apa kalian berbangga di pagi hari dan menyerah di malam hari?
Hidup itu sulit: tapi tidak usahlah kalian berlagak rapuh seperti itu di hadapanku! Kita semua adalah keledai-keledai beban yang kuat.

Apa persamaan kita dengan kuncup mawar yang gemetar karena dijatuhi setetes embun?
Memang kita mencintai hidup; bukan karena kita ingin hidup, tapi karena kita ingin mencintai.

Cinta selalu mengandung kegilaan, tapi nalar juga selalu ada dalam kegilaan.
Dan bagi diriku yang menghargai hidup ini, tampaknya kupu-kupu, gelembung sabun dan lainnya yang mirip seperti itu di antara kita merekalah yang paling mengenal kesukaan.

Melihat rupa-rupa yang ringan, konyol, cantik, dan lincah ini terbang ke sana ke mari - itulah yang membuat Zarathustra menyanyi dan meluncurkan air mata.

Aku hanya harus percaya pada satu Tuhan yang mengerti bagaimana menari.
Dan ketika aku melihat iblisku, aku mendapati bahwa dia serius, total, dalam, dan khidmat: dia adalah roh berat - olehnya semua benda jatuh.

Bukan dengan amarah, tapi dengan tawa, kita membunuh. Mari, marilah kita binasakan roh berat ini!
Aku telah belajar berjalan dan sejak itu aku telah membiarkan diriku berlari. Aku telah belajar terbang dan sejak itu aku tidak perlu dilemparkan untuk tiba di suatu tempat.

Sekarang aku ringan, dan aku terbang; sekarang melihat diriku sendiri di bawah diriku. Sebab Tuhan sedang menari dalam diriku.
Demikian sabda Zarathustra.



***
Ketika aku membaca Sabda Zarathustra milik Nietzsche, ada teman yang juga ingin membaca buku itu. Lalu dia memintaku menuliskan salah satu sub bab. Dia bilang Nietzsche adalah filsuf favoritnya. Jadi aku rela menuliskan satu sub bab di atas untukknya.

Membuat seseorang senang. Apalagi dengan tulisan. Bahagia adalah keniscayaannya. Barangkali dengan aku share di blog akan menambah kebahagiaan. Bukan hanya bagiku, tapi bagi setiap pembaca yang menghayati cuplikan karya Nietzsche di atas.

Gegara buku itupun aku jadi jatuh cinta pada gaya penulisannya yang bermakna dan penuh penekanan. Namun lembut dan ber-estetika.
Menulis dan Membaca; Sabda Zarathustra
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.

5 komentar

Tulis komentar
avatar
27 Februari 2016 pukul 18.29 Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
avatar
27 Februari 2016 pukul 18.33

Gak jadi mbak udah nemu tombol join this sitenya..hehehe

Reply
avatar
27 Februari 2016 pukul 18.51

Oke, aku join balik mba... hehe

Reply
avatar
29 Februari 2016 pukul 00.19

Buat yang tertarik pingin baca Sabda Zarathustra ini aku kasih direct link softcopy-nya...

https://www.dropbox.com/s/li5g40hv7o55mf8/Sabda%20Zarathustra%20%28Shared_for_education_by_InitialE%29.pdf?dl=1

Untuk versi cetaknya di toko buku udah langka soalnya ini terbitan lama, tapi kalau tetep mau yang versi cetak bisa hubungi aku, tapi agak mahal harganya, hehe

Sabda Zarathustra Rp 100. 000
Senjakala Berhala dan Anti Crist Rp 250. 000

Dagang ahh... Haha...

Reply
avatar
29 Februari 2016 pukul 15.59

Jangan lupa dipotong pajak atas lapaknya
Hahaha...

Reply

-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.