Kamis, 25 Februari 2016

Rasa Sepi dan Waktu bagi Ibu

Rasa Sepi dan Waktu bagi Ibu


Seorang ibu juga butuh waktu anaknya. Dapat kusimpulkan begitu, dari apa yang terjadi  antara aku dan ibuku. Waktu untuk sekedar mengobrol. Dari obrolan penting sampai obrolan ringan saja. Entah tentang impian, cita-cita, pendidikan, politik, sampai ekonomi.

Akhir-akhir ini aku memang sibuk. Jam setengah tujuh berangkat kuliah, pulang jam dua lebih, dan itupun tidak langsung pulang. Kadang aku keperpus atau kalau tidak ke graha mahasiswa (kantor organisasi intra kampus).

Hari ini pun aku pulang jam setengah lima. Istirahat sebentar lalu mandi dan tidak lama kemudian maghrib. Setelah itu kegiatanku di kamar. Entah mengevaluasi mata kuliah besok, berselancar di sosial media, membaca atau pun menulis.

Ketika aku baru saja mau membaca novel. Ibu memanggilku untuk ke ruang keluarga. Segera aku menghadap ibu.
"Kamu sibuk Nduk?" Tanya ibu.
"Gak Bu, ada apa?" Jawabku sembari duduk di sampingnya.
"Gapapa, kalau gak sibuk ya temani Ibu duduk di sini."
"Iya Bu...."

"Ibu ini sudah tua. Di umur yang sekarang ini Ibu hanya ingin mendekatkan diri kepada Gusti Allah. Mendoakan Bapakmu agar diampuni segala kekhilafannya." Mata ibu selalu berkaca-kaca jika membahas tentang bapak. Aku hanya bisa mendengarkannya kala ibu sedang teringat bapak.
Ibu melanjutkan penuturannya, "kadang ibu merasa kesepian. Tapi ibu gak mau melayani seorang suami lagi. Ibu ingin fokus kepadamu dan ibadah Ibu."
Wajahku tertunduk, aku tau maksud ibu. Aku terlalu larut dengan duniaku. Hingga jarang bersua dengannya. Padahal keluarga ini tinggal aku dan dia.

"Ohya, tadi pamanmu bilang ada yang mau bersama Ibu." Tutur Ibu yang membuatku mengernyitkan dahi.
"Maksudnya menikah Bu?" Sergahku.
"Iya...."
"Kalau Ibu nikah lagi aku mau tinggal di sini sendiri, dan silahkan Ibu ikut suami Ibu." Terangku pada Ibu, dengan senyum meledek.
"Terus makannya gimana?" Tanya ibu dengan senyum meledek juga.
"Ya masak dong," aku tak mau kalah.
"Uangnya?" Cecar Ibu.
"Minta Ibu, hehe...."

Kita tertawa bersama. Sebenarnya pembahasan tentang menikah lagi hanya pancingan gurauan dari ibu. Mungkin wanita yang kini umurnya setengah abad lebih itu hanya mengetes anaknya saja bagaimana rekasinya.

Aku tidak melarang andaikan Ibu mau menikah lagi. Tapi bagiku Ayahku adalah Bapak. Tidak ada yang bisa menggantikannya. Prinsipku andaikan Ibu menikah lagi. Aku tidak mau tinggal bersama suami Ibu.

Tapi Ibu hanyalah seorang ibu yang merindukan buah hatinya. Menginginkan bersua bersama anaknya. Mendamba bersenda gurau dengan putrinya. Dan berharap aku bisa meluangkan waktu untuk kita berdua.

Luangkan waktu untuk menghapus kesepian Ibu. Karena kita tidak tau apakah esok nyawa kita masih bersatu dengan badan atau tidak.
Tentu kita tau. Di telapak kaki, anggota tubuh yang paling bawah seorang Ibu. Ada Surga di sana.
Rasa Sepi dan Waktu bagi Ibu
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.

5 komentar

Tulis komentar
avatar
26 Februari 2016 pukul 06.37

Bagus bisa menginspirasi hehe

Reply
avatar
26 Februari 2016 pukul 07.08

Makasih Jannah...
Alhamdulillah, hehe

Reply
avatar
26 Februari 2016 pukul 13.15

Ya bner, ada kalanya seorang ibu juga ingin mendengar kisah anaknya.

Reply
avatar
26 Februari 2016 pukul 13.19

Ya bner, ada kalanya seorang ibu juga ingin mendengar kisah anaknya.

Reply
avatar
26 Februari 2016 pukul 14.17

Dan bertukar pikiran juga mba April...

Reply

-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.