Selasa, 12 September 2017

Bukan untukku, begitu pula bukan untuk Mereka

Bukan untukku, begitu pula bukan untuk Mereka

http://lifestyle.liputan6.com/read/2428669/unik-danau-danau-alami-ini-berbentuk-menyerupai-hati

Seperti daun yang pasrah dilarung air, menuju sungai, danau, laut, samudra, entah terbawa ke mana, aku tidak peduli, bahkan ke empang tempat engkong nongkrong di pagi hari pun, aku tidak peduli. Nyatanya hidup tak selalu berbau wangi, kadang-kadang bau busuk akan datang dengan atau tanpa ijin.

Aku berpikir, hidupku seharusnya memang lebih menyenangkan sekarang, aku selalu ingin hidup sepeti danau yang tenang, dalam, dan jernih. Setidaknya di mataku sendiri, begitulah diriku.

Tapi bukan soal perjalanan hidupku yang akan kubicarakan, melainkan tentang perasaanku yang seperti badut di acara ulang tahun ponakanku, atau di acara sunatan adik temanmu jika pernah kau lihat.

Lucu bukan? Badut-badut itu berusaha melucu dengan kesadaran penuh. Ah, bukankah itu adalah kerjaanya? Meski dari rumah dilepas dengan makian istri karena utang dan uang. Badut-badut tetap melucu, tidak peduli pada hati terdalamnya yang tengah berkecamuk.

Seperti itulah perasaanku. Perasaanku yang lucu. Lucu karena berusaha agar terlihat lucu. Jika tak kau pahami, marilah kita pahami bersama di paragraf selanjutnya, tapi aku tidak janji kau akan mendapatkan jawabannya. Karena aku lucu.

Ketika aku melihatnya sepintas, kurasa tidak ada yang spesial dari dia, seperti aku melihat wanita pada umumnya. Tapi suatu keadaan membuatku lebih dekat dengannya, dia tidak seperti wanita pada umumnya, tidak mainstream, lebih mendekati aneh sih.

“Aku sebal,” katanya.

“Kenapa?” kutanya.

“Gapapa, hehe.” Jawabnya, tapi sedetik kemudian cerita aja apa yang membuatnya sebal. Dan akhirnya meluncur pula kalimat ini pada ucapannnya, “Aku sebal, tapi ketiduran tadi.”

“Aneh, haha.”

“Ngantuk soalnya.”

Ah itulah, dia sukanya jadi manusia seutuhnya, walau sedang sebal sekalipun. Biasanya mah wanita kalau lagi sebal uring-uringan gak jelas. Ah, aku kan jadi suka, hehehe.

Iya, kurasa aku menyukainya, tapi untuk beberapa sebab, aku tidak ingin dia menyukaiku, dan aku juga tidak ingin siapapun disukainya. Egois? Ah itu kan urusanku, kalau dia mau suka aku atau orang lain, itu urusannya.

Sebab aku menginginkan hal itu? Besok atau lusa saja kutuliskan alasannya, sebab kopiku hampir dingin, tidak mungkin kubiarkan kopi mendingin, aku harus menyelamatannya agar tetap hangat di tubuhku

12 September 2017, ditulis Inet Bean saat sedang sebal.
Bukan untukku, begitu pula bukan untuk Mereka
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.

2 komentar

Tulis komentar
avatar
13 September 2017 pukul 05.06

Sebalnya jangan lama-lama ya, Inet :)
Meski sebal tapi tetap nulis. Siip :)

Reply

-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.