Rabu, 20 September 2017

Tidak Perlu Berbagi Kesedihan

Tidak Perlu Berbagi Kesedihan

http://www.farizykun.net

“Kau baik-baik saja?” tanyaku.

“Iya, bahkan aku tidak pernah merasa sebaik ini, meskipun di sini aku sebagai mentor, tapi justru aku yang belajar banyak dari mereka.” katanya dengan menyunggingkan senyum.

“Tapi kau terlihat pucat.”

“Aku hanya sedikit kelelahan.”

Masih kuingat percakapanku denganmu ketika kita sama-sama menjadi mentor pesantren ramadan di sekolah menengah atas. Waktu itu matahari memang terik, di tambah berpuasa, jadi kukira itu menjadi alasan yang tepat untuk menganggapmu hanya kelelahan semata.

Sampai pada penutupan pesantren ramadan kau masih sehat-sehat saja, atau kau yang memang pintar menyembunyikannya dariku, dari kami, dari siswa-siswa.

Dan setelah lebaran, kabar itu begitu mengejutkanku, bagaimana mungkin? Kenapa tiba-tiba sekali? Kenapa tidak ada kabar apapun sebelumnya?

Tiba-tiba saja ada kabar bahwa kau meninggal dunia. Tapi kenapa? Ketika kulihat terakhir kali tidak ada tanda-tanda kau sakit parah atau sedang menjalani pengobatan dengan tubuh kurus, tubuhmu biasa saja.

Pagi-pagi aku dan teman-teman berangkat ke rumahmu, mengantarkanmu ke peristirahan terakhir. Terlihat teman-teman lain yang sudah berkumpul di sana dengan mata sembab, satu-dua terlihat masih menangis, yang lain menenangkan.

Ah, bahkan ternyata tetanggamu pun, tidak tahu perihal penyakitmu, seorang tetanggamu menceritakannya kepadaku tanpa kuminta. Baru setelah kau pergi, kita tahu sesungguhnya apa yang sedang kau rasakan beberapa waktu belakangan.

Aku belajar banyak hal darimu, kau paling rajin mengerjakan tugas kelompok, tidak sepertiku yang hanya kadang-kadang, kau murah senyum, suka berbagi kebaikan, dan tidak suka membagi kesedihan.

Bagaimana bisa kau menyembunyikan penyakitmu? Bukankah seharusnya kau butuh setidaknya dukungan moril? Bahkan kau hanya bilang pergi untuk berlibur yang sesungguhnya untuk kemoterapi. Kau terlalu kuat, aku belajar itu untukmu, tidak perlu berbagi kesedihan, tapi jadilah lilin yang menerangi, meski sakit dan akan lenyap pada waktunya.

Kini genap sebulan kau pergi, semoga kau ditempatkan di surga-Nya. Aamiin.

20 September 2017, ditulis Inet Bean setelah melihat puisi yang ditujukan seorang teman padanya.
Tidak Perlu Berbagi Kesedihan
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.

4 komentar

Tulis komentar
avatar
20 September 2017 pukul 16.50

widihh keren, langsung terinspirasi gitu ya...
Nukan punya kang Gilang kan??

Reply
avatar
20 September 2017 pukul 18.03

Keren yak. Semudah itu menemukam ide hihi

Reply
avatar
23 September 2017 pukul 11.15

Eh bukan atuh, itu emang cerita temen aku Bang Ian....

Reply
avatar
23 September 2017 pukul 11.17

Kadang-kadang emang mudah Put, hehe
nulisnya yang kadang males, #eh

Reply

-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.