Senin, 21 Maret 2016

30 Menit yang Tidak Biasa

30 Menit yang Tidak Biasa


Bicara tentang pengalaman yang paling berkesan tentu banyak tersimpan di memoar otak pengalaman-pengalaman berkesan. Selama 19 tahun mengembara di muka bumi ini bagiku semuanya berkesan. Bahkan saat kecil pipis dicelana, jatuh dari sepeda dan ditertawakan, dibonceng Ayah naik sepeda ketika senja. Semua itu berkesan.

Bagiku terlalu banyak hal yang berkesan dihidup ini. Bahkan aku ingin menjadikan tiap detik berkesan. Waktu bagaikan pedang. Tergantung bagaimana pemakainya menyikapi benda tajam itu. Bisa menjadi penjaga, namun tidak menutup kemungkinan akan menjadi bumerang.

Terlepas dari beribu-ribu pengalaman yang tersimpan dalam semestaku. Maka akan kukisahkan pengalaman berkesanku yang baru kemarin terjadi, tepatnya hari jum’at 18 Maret 2016. Yang betapa waktu tidak bisa kompromi dengan ego. Melangkah atau mundur. Mencoba atau mengabaikan. Berjuang atau pecundang.

***
Jam setengah dua tepat aku baru meluncur ke tempat acara. Sebagai ketua panitia aku merasa tidak teralu bertanggung jawab. Padahal acara mulai jam satu. Lagian tadi aku pulang dari prepare jam setengah satu. Jadi pulang untuk sekedar rehat sejenak, sholat dan makan.

Di tempat acara ternyata sudah mulai ramai tamu undangan. Aku memarkir sepeda motor kemudian masuk ke gedung. Wah, senangnya semua sudah rapi. Ketika sedang senyam-senyum, ketua panitia dari pihak IPNU menghampiriku. Dari raut mukanya menunjukkan kepanikan tiada tara.

“Net, kamu jadi moderatornya ya?” Ucap Mas Yan mengejutkan.

“Apaah???” Teriakku seperti gaya di sinetron-sinetron.

“Duh Net, sekarang bukan waktunya lebay. Serius ini,” ujarnya kemudian.

“Lah kan tadi udah ada pengganti moderatornya mas? Kok jadi aku sih, gak mau ah,” jawabku sembari memikirkan siapa kira-kira yang bisa menggantikan menjadi moderator.

“Orangnya tiba-tiba gak bisa bilangnya, ayolah,” mohonnya. Air muka Mas Yan dibikin semelas mungkin.

“Wah, gimana ya?” ucapku menggantung.

Coba bayangkan. Aku baru saja makan. Masih kenyang-kenyangnya. Datang ke acara, baru masuk udah di sodori untuk jadi moderator. Seakan makanan itu mau kumuntahkan saking terkejutnya aku.

Tahu moderatornya gak bisa aja udah membuatku kaget. Lah ini ditambah aku disuruh jadi moderator. Mending kalau moderator dalam presentasi di kelas. Ini bukan di kelas lagi, tapi di masyarakat. Mana pembicaranya Kyai dan organisator yang berpengalaman lagi.

Di lain sisi sebagai ketua panitia dari pihak IPPNU aku merasa belum memberikan kontribusi yang maksimal dalam acara ini. Karena emang kegiatanku yang begitu kompleks. Dan kapan lagi aku di beri kesempatan jadi moderator dialog interaktif dalam waktu setengah jam sebelum acara dimulai.

Batinku pun bergejolak. Antara mau dan tidak mau. Jika menuruti ego, aku pastilah tidak mau, aku belum siap. Andai saja setidaknya malamnya dikasih tahu. Mungkin besar kemungkinan aku terima tawaran itu.

“Net, oke ya, kamu jadi moderatornya.” Ucap Mas Yan membuyarkan lamunanku.

“Eh, aduh…. Iya deh, eh maksudnya gak aja deh,” jawabku belepotan.

“Please Net, ayolah, kesempatan ini tidak datang dua kali loh.”

“Kalo gitu Mas Yan aja deh.”

“Loh, akutuh memberi keempatan untuk yang lebih muda Net. Jadi jangan sia-siakan kesempatan ini,” ujarnya meyakinkanku.

“Iya deh Mas,” jawabku pasrah.

Walaupun sepertinya aku pasrah. Padahal batinku riuh banget. Bagai ada pawai drumband. Sudah menyetujui tapi masih setengah-setengah antara mau membatalkan atau lanjut. Tapi dalam hati kecilku aku ingin mencobanya.

Perang pun tak terelakkan. Antara ego dan nurani.
“Jangan Net, kalo kamu malah malu-maluin gimana?” Bisik Peri Merah sambil mengibas-ngibaskan rambut merahnya.
“Net, ini adalah kesempatan yang langka. Jangan sia-siakan,” bisik Peri Putih dengan mengepakkan sayap indahnya.

Setelah mengalami pergulatan batin yang hebat. Tangan yang mendadak keringat dingin. Dan ada acara kebelet pipis pula. Akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti nuraniku. Ya, aku mau menjadi moderator.

Tibalah. MC memanggil namaku untuk ke singgasana dalam rangka menjadi moderator. Aku berjalan dengan anggun dan memesona menurut diriku sendiri. Ketiga pembicara juga ke singgasana.

Lalu hening. Seolah ribuan mata mengarah ke padaku. Dan ajaib sekali ketika duduk di singgasana. Rasa grogi, gemetar dan keringat dingin, semua menguap. Di situ aku merasa hangat menjuluri setiap aliran darahku. Begitu nyaman dan batinku tidak seriuh tadi.

Mataku menyapu seluruh tamu undangan. Kemudian mengucap Bismillah, salam dan ucapan syukur dalam bahasa Arab, kemudian bla bla bla. Sampai akhir acara kuucapkan Wallahul muwafiq illa aqwamit thariq, lalu salam. Di susul dengan tepuk tangan yang ah membuat hatiku berdesir.

Sebelum mengakhiri aku sempat membuat closing statement, “ Berorganisasilah, karena kita tidak dapat menemukan pengetahuan organisasi selain dengan ikut andil di dalamnya.”

***
Ya, itulah pengalaman berkesan yang tidak akan kulupakan dalam hidupku. Disuruh jadi moderator 30 menit sebelum acara Dialog Interaktif dimulai. Mungkin bagi yang sudah terbiasa jadi moderator akan menganggap ini pengalaman biasa saja. Tapi bagiku ini adalah pengalaman yang sangat berkesan.

Mungkin jika menolak tawaran itu aku akan sangat menyesal. Kesempatan yang memang jarang didapatkan. Kalau kesempatan jadi moderator mungkin sudah biasa. Tapi bagiku 30 menit itu yang tidak biasa.

Tawaran 30 menit sebelum acara. Membuatku mengerti apa arti sebuah kesempatan, tanggung jawab, dan hati nurani.

PS: Mohon maaf, belum ada fotonya soalnya aku belum sempat minta fotonya.

PS: IPNU= Ikatan Pelajar Nahdhlatul Ulama’
IPPNU= Ikatan Pelajar Putri Nahdhlatul Ulama’

Khikmah Al-Maula
21 Maret 2016

Belajar, Berjuang, Bertaqwa!


#OneDayOnePost
30 Menit yang Tidak Biasa
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.

18 komentar

Tulis komentar
avatar
21 Maret 2016 pukul 07.17

Hayyo ketahuan yg dulunya suka pipis di celana. Hehh

Reply
avatar
21 Maret 2016 pukul 07.29

Benar-benar kesempatan langka Net 👍.
Mungkin ini salah satu contoh yang dibilang Pak Jaya Setia Budi dalam salah satu bukunya 'The Power Of Kepepet'

Reply
avatar
21 Maret 2016 pukul 07.30

Benar-benar kesempatan langka Net 👍.
Mungkin ini salah satu contoh yang dibilang Pak Jaya Setia Budi dalam salah satu bukunya 'The Power Of Kepepet'

Reply
avatar
21 Maret 2016 pukul 07.37 Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
avatar
21 Maret 2016 pukul 07.38

Aku banget, net.AKU suka jd mc dadakan suka jd moderator dadakan. Syngnya aku kalo d suruh Nggk prnh nolak walau dadakan, saat kaki mnggeletar, tangan berkringat pasti di atas panggung atau di depan peserta Yg hdr mndapat keajaiban

Reply
avatar
21 Maret 2016 pukul 10.36

seru juga itu nett....gak demam panggung kan

Reply
avatar
21 Maret 2016 pukul 12.22

Menjadikan setiap detik berkesan...
I like that statement.. Lnjutkan

Reply
avatar
21 Maret 2016 pukul 14.25

Aku juga ingin jadi moderator kehidupan ayunda.haha

Reply
avatar
21 Maret 2016 pukul 22.57

inet kereen jadi moderator dadakan^^
aku malah belum pernah tuh dapat kesempatan langka kek gitu, hehe

Reply
avatar
22 Maret 2016 pukul 07.54

Keren net..luar biasa pnglmannyaa

Reply
avatar
22 Maret 2016 pukul 07.58

Keren net..luar biasa pnglmannyaa

Reply
avatar
23 Maret 2016 pukul 11.03

Makasih semua, makasih atas judge kerennya, hehehe.... ^^

Reply

-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.