Kamis, 31 Maret 2016

Kisah Penyemangat dan Pengadu

Kisah Penyemangat dan Pengadu


Pernah mendengar kisah si Penyemangat dan si Pengadu? Oke, aku anggap kamu belum tahu kisahnya, jadi akan kuceritakan. Tersebutlah gadis kecil, dia hidup pada abad ke-19, ketika itu ilmu pengetahuan sedang berkembang pesat.

Nama gadis itu Fika AJ. Panggil saja Fika. Tidak usah pakai AJ, ohya dan AJ bukanlah singkatan dari Anak Jalanan. Karena gadis itu adalah anak panti asuhan. Dia gadis yang manis, baik, lucu dan cerdas. Suatu hari dia ditanya oleh Bibi pengasuhnya, "Cita-cita kamu apa Fik?"

"Cita-citaku ingin jadi penulis dongeng yang terkenal Bi," jawab Fika riang.

Fika, gadis kecil yang suka membaca. Dia hanya suka membaca buku-buku cerita, alias dongeng. Sejak pertama dibacakan dongeng pengantar tidur oleh Bibi, Fika jadi ketagihan dengan dunia dongeng. Maka dia mulai mendalami dunia perdongengan dengan berburu buku-buku bekas jika ada penyumbang buku ke Panti Asuhan. Tentunya buku yang tak jauh-jauh dari dongeng.

Suatu malam tubuh Fika tiba-tiba panas. Dia terlihat begitu lesu dan lemah. Bibi Vinny, pengasuh Fika tampak khawatir, dia setia mengompres badan gadis kecil itu dengan sabar. Walau tak ada perubahan yang berarti pada kondisi Fika.

Satu minggu kemudian. Suhu badan Fika sudah kembali normal. Namun dia masih terlihat lesu dan lemah. Tak bergairah. Kadang seharian dia habiskan hanya untuk tidur. Dia tidak lagi berburu buku-buku dongeng. Bahkan buku dongeng yang ia punya sebelum sakit tergeletak begitu saja. Belum selesai ia baca.

Bibi Vinny semakin khawatir melihat gadis kecil yang dulunya penuh semangat, kini tertunduk lesu saja. Bermuram durja di jembatan. Memandang hijau pepohonan. Tanpa seuntai senyum sebagai hiasan.

Pada pagi yang menjelang siang, Bibi Vinny menghampiri Fika yang sedang duduk termangu di pinggir jembatan. Lalu bertanya, "Mau mendengar dongeng Fika?" 
Fika menggeleng pelan tanpa bersuara.

"Ayolah dengarkan, Bibi mau berbagi dongeng yang baru Bibi baca, biasanya kamu antusias sekali kan?" bujuk Bibi Vinny seraya duduk di sebelah gadis kecil yang pucat pasi.
Kini gadis kecil membuka mulutnya, "Iya Bi."

Bibi Vinny mulai bercerita, Pada zaman pertengahan hiduplah Penyemangat dan Pengadu. Sang Penyemangat, tentu saja bertugas sebagai penyemangat. Dan ketika si Pengadu mengutarakan isi hatinya kepada si Penyemangat, terjadilah suatu tragedi.

"Dasar lemah! Begitu saja sudah patah semangat. Picik kau!" Bentak si Penyemangat sambil berkacak pinggang. Tidak sedikit pun iba dengan keadaan lawan bicaranya. Yang dibentak hanya terbatuk-batuk sambil tertunduk lesu.

"Terserah, aku memang lemah," jawab si Pengadu. Dia kini terbatuk-batuk lagi. Terduduk lesu tak bertenaga.

"Ya, kau memang lemah. Begitu saja sudah menyerah, kau makhluk lemah Pengadu. Dari dulu kau memang lemah. Dan sampai kapanpun akan lemah!" Si Penyemangat kembali memaki-maki si Pengadu. Masih dengan suara yang lantang.

"Iya, aku memang begitu," si Pengadu hanya pasrah. Entah semangatnya dulu kini menguap ke mana.

"Sudah lemah, pemalas juga kau rupanya. Heh lebih baik mati saja kau. Tak sudi aku menyemangati makhluk pemalas!" Kembali si Penyemangat memaki-maki si Pengadu. Walau ucapannya pedas namun bagai angin lalu saja bagi si Pengadu.

"Ya, aku ingin mati saja dari pada hidupku lemah seperti ini, tak bertenaga sama sekali!" Ucap si Pengadu. Suaranya garang. Lalu dia berlari ke jembatan walau dengan tersengal tapi dia berhasil ke jembatan. Dan si Penyemangat masih saja mengikutinya.

"Kau mau melompat Pengadu?" Tanya si Penyemangat. Kemudian berucap, "Kenapa diam saja? Cepatlah sana kau lompat. Biar dunia ini tau bahwa kau memang makhluk lemah dan pengecut!" 

Si Pengadu diam. Tidak menjawab perkataan si Penyemangat. Dia memikirkan apa yang sudah dikatakan si Penyemangat. 

"Kenapa? Kau takut melompat? Ah dasar kau memang makhluk lemah! Hahaha," Ujar si Penyemangat.

Si pengadu hanya diam saja mendengar celoteh dari si Penyelamat. Kini ada sesuatu yang baru dia sadari.

"Diam kau Penyemangat!" Bentak si Pengadu.
"Kau memang Penyemangat, dan aku merasa disemangati, kau adalah penyemangat saat aku ingin mati. Betapa semangatnya aku ingin mati, sampai-sampai aku yang tadinya lemah jadi bertenaga untuk berlari ke sini."

Si Penyemangat diam.  Lama sekali, kemudian dia terduduk lesu. Memandang ke kejauhan.
"Ya, kau benar pengadu, kenapa aku menyemangatimu untuk mati. Dan hampir saja kau akan mati. Benarkah aku ini penyemangat segala hal? Baik mau pun buruk?"

Tetiba Fika nyeletuk, " Si Pengadu jadi bunuh diri atau tidak Bi?" tanyanya.

"Fika penasaran?" ujar Bibi Vinny dengan senyum mengembang. Jurus dongengnya sepertinya berhasil membangkitkan gadis kecil itu dari keterpurukan.

"Iya Bi, gimana kelanjutannya?" tanya Fika memburu.

"Dilanjut nanti ya? Bibi lapar nih, udah siang. Ayo temenin Bibi makan dulu Fik?" ucap Bibi Vinny sembari bangkit dan berjalan menuju Panti Asuhan bersama Fika.

The End aja ya, hehe. Sorry ya kalau ceritanya absurd. Jangan diambil hati, hanya fiksi belaka kok.

Khikmah Al-Maula
30 Maret 2016

#OneDayOnePost
Kisah Penyemangat dan Pengadu
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.

11 komentar

Tulis komentar
avatar
31 Maret 2016 pukul 19.58

wah ceritanya gantung.. :D apa akan ada kelanjutannya ayunda?

Reply
avatar
31 Maret 2016 pukul 20.13

Aku penasaran, Net. -_-

Terima kasih telah menampar dan menjadikanku tokoh utama di ceritamu. :D

Reply
avatar
31 Maret 2016 pukul 20.41

Iyah nih.. gantung kayak jemuran. :-D

Reply
avatar
31 Maret 2016 pukul 22.22

Gantung seperti kisah cinta. Haha

Reply
avatar
31 Maret 2016 pukul 23.37

akhir cerita,,nggak jadi gantung diri..

Reply
avatar
1 April 2016 pukul 07.04

Kisah cinta bang Gilang haha

Reply
avatar
1 April 2016 pukul 08.22

wow. i like suicide. bunuh diri aja donk. hahh. ok ditunggu lanjutannya

Reply
avatar
1 April 2016 pukul 10.36

Kan udah End bang, hohoho

Reply

-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.