Kamis, 10 Maret 2016

Aku Bukan Tuhan, Bukan Pula Hantu

Aku Bukan Tuhan, Bukan Pula Hantu

gambar ilustrasi: mbah google

Dulu sampai sekarang. Aku meneliti dan menghayati tiap peradaban. Mulai dari Adam hingga Muhammad. Dari dinosaurus menjadi ayam. Dari kegelapan sampai pencerahan. Selalu saja terserak hal-hal menggemaskan bagiku.

Aku pernah dianggap Tuhan. Itu membuatku malu. Tapi bagaimana mungkin aku menyalahkan mereka yang memang tidak tau. Bagiku mereka tetaplah makhluk yang butuh naungan.

Maka setiap kali aku diagungkan. Aku hanya bisa miris akan kegiatan itu. Malu yang tak tertahankan pada-Nya. Tapi aku tau, Dia lebih tau dari setiap inci rahasia semesta.

Aku tidak merasa lelah, bahkan aku melakukan tugasku dengan suka cita. Berharap suatu saat nanti Dia akan mengklarifikasi siapa aku.

Detik setia merambat pada menit, untuk kemudian bertemu dengan jam, hari, pekan, dan sebutan kelompok masa lalu lainnya. Sampai aku dipertemukan dengan makhluk cantik-Nya. Kami saling bertukar kabar. Bagaimana kondisi di belahan bumi lain.

Aku bahagia. Setelah pertemuan itu. Aku tak lagi dianggap Tuhan, Dewa atau sejenisnya. Setidaknya aku tak malu lagi pada-Nya.

Tapi setelah itu ternyata aku kembali mendapat tekanan batin. Betapa tidak. Pertemuan-pertemuan selanjutnya dengan si cantik itu dianggap sebagai pembawa sial. Setelah diangungkan, aku dilecehkan. Benar-benar membuatku gemas.

Suatu hari aku mendapat bocoran langit. Bahwa akan terlahir makhluknya yang aku tak dapat menyaingi terangnya. Aku hanyalah setitik dari luas hatinya. Esensinya adalah awal dari semesta.

Semesta menyambut kedatangannya dengan suka cita. Maka keberkahan menyeruak di tiap-tiap sisi alam. Sejak itu aku senantiasa terhibur dengan teladan-teladannya. Takjub akan kelembutan perangainya.

Sejak itu pula, aku punya idola. Lebih bersemangat dalam menjalankan tugasku. Senantiasa memanjatkan keselamatan padanya. Jika saja bisa, aku ingin menjadi pengawalnya. Mengabdi dan menemaninya, dalam suka maupun duka. Bahkan akan kukorbankan diriku untuk keselamatan sang yang dipercaya.

Aku menari dengan berputar seperti para sufi. Tanpa lelah dan tiada rasa sebal. Justru merasa semakin dekat dan menyatu dengan-Nya. Tak terasa, entah yang keberapa. Pertemuanku dengan makhluk cantik itu datang lagi. Yang berakibat di belahan bumi tertentu gelap gulita.

Aku takut penduduk bumi kembali menganggap itu suatu kesusahan.
Tepat seminggu setelahnya. Ibrahim, putra sang yang dipercaya meninggal. Aku begitu sedih, merasakan kesedihan Muhammad.

Desas-desus menyebar. Bahwa pertemuan ku dengan sang cantik adalah penyebab meninggalnya putra Muhammad. Aku tersedu sedan akan fitnahan yang luar biasa kejam itu.

Ternyata tangisku terdengar oleh-Nya. Hingga Dia berbaik hati mengklarifikasi fitnah keji itu. Lalu Jibril menemui Muhammad, mengabarkan sesungguhnya tentang diriku.

"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo'alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah. "(Bukhari)

Demikian klarifikasi yang membuatku berbunga-bunga. Aku mencintaimu karena mencintai-Nya. Wahai Muhammad.

***
Refleksi Gerhana Matahari.

#OneDayOnePost
Aku Bukan Tuhan, Bukan Pula Hantu
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.

20 komentar

Tulis komentar
avatar
10 Maret 2016 pukul 16.29

wow..."kerennnn.....
aku terkesima sama kata2nya mba inet^^

Reply
avatar
10 Maret 2016 pukul 16.33

Personifikasinya mantab net 👍.
Ditunggu karya selanjutnya 😄

Reply
avatar
10 Maret 2016 pukul 18.05

Permainan kata yg menakjubkan

Reply
avatar
10 Maret 2016 pukul 20.34

baguuuuuussssss banget!! ajarin akuuuuuu ayunda...T_T

Reply
avatar
12 Maret 2016 pukul 02.55

btw, inspirasi dari mana yak ?
pas rukuknya, yang lama mungkinn
kece parah, seriuss

Reply
avatar
12 Maret 2016 pukul 14.58

Inspirasi dari Gerhana Matahari, hehe
makasih, serius

Reply
avatar
12 Maret 2016 pukul 15.00

Oke, makasih mba Deasy :D

Reply
avatar
12 Maret 2016 pukul 15.17

Kita sama2 belajar kakanda :D

Reply
avatar
Anonim
8 April 2016 pukul 07.18

Waaaah . . .
Setelah baca ini baru tau kalau ternyata dinosaurus jadi ayam . . .

Reply

-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.