Jumat, 13 Mei 2016

Blue Rose ( Lemping 7)

Blue Rose ( Lemping 7)


“Kau tahu Rose? Ayah sangat menyayangimu, kau adalah anak gadis Ayah. Tapi mungkin sudah saatnya kau tau rahasia ini, walau begitu, jangan pernah berubah pada Ayah. Ayah mohon kepadamu…” suara berat Ayah tertahan.

“Ada apa Yah? Katakan saja.”

“Ayah bukan Ayah kandung kamu, Rose,” Ayah tak kuasa memandangku, dia menyembunyikan wajah sedihnya.

Begitu mendengar kalimat itu aku seperti orang ling-lung, tenagaku berhasil meluruh secara sempurna. Dunia seakan terbalik. Bagai baru terbangun dari mimpi indah. Atau mungkin ini adalah mimpi burukku.

“Rose…”
“Rose…”

Aku menunduk, nafasku tersengal. Kudengar Mama dan Ayah memanggilku pelan. Tak kuhiraukan mereka. Aku belum bisa menguasai diriku yang bagai granat siap meledak. Apakah aku harus bertanya lalu siapa Ayah kandungku? Kenapa baru dikasih tahu sekarang? Atau kenapa aku bisa di sini? Aku harus bagaimana?

“Lalu siapa orang tua kandungku?” Hanya kalimat itu yang keluar dari mulutku.

“Ayah emang bukan Ayah kandung kamu, tapi Mama adalah Mama kandungmu Sayang…”  Aku didekap Mama.

“Ayah memberi tahu ini karena mungkin Ayah tidak bisa menjadi wali pernikahanmu, tapi Ayah tetaplah Ayahmu Rose, Ayah sangat menyayangimu.”

“Rose tidak paham dengan semua ini, bagaimana dengan Bang Haris dan Juna? Rose tidak sanggup mendengar apa-apa lagi. Rose pamit ke kamar, Yah, Ma…” tanpa menunggu persetujuan, aku melenggang dengan segera ke kamar. Mungkin saat ini yang kubutuhkan menyendiri.

Hampir bersamaan dengan aku ke kamar, Bang Haris menghampiri Ayah dan Mama. Terdengar keributan kecil sebelum hening, entah mereka meributkan apa. Tak jelas kudengar.

“Rose, buka pintunya Rose, Bang Haris mau bicara…” Bang Haris setengah berteriak di depan pintu kamarku, serta menggedor pintu.

Aku sengaja tidak merespon. Hatiku sedang kacau. Lebih baik kuredamkan dulu api dihatiku. Maafkan Rose Bang. Bukannya Rose tidak mau bicara sama Abang. Tapi Rose hanya butuh sendiri saat ini.

***
Terhitung 31 jam 20 menit sejak aku masuk kamar. Selama itu bukannya tidak ada yang menyuruhku keluar. Dari mulai Mama, Ayah, Bang Haris dan Juna berusaha membujukku keluar untuk makan. Mungkin aku terlalalu egois hingga mereka sama sekali tak kurespon. Aku hanya diam di pembaringanku. Rasa lapar terkalahkan oleh rasa sesak di hati ini.

“Rose, ini Bang Fandi…. Buka pintunya Rose….” Aku yakin, pasti Bang Haris yang memberi tahu Bang Fandi tentang masalah ini. Resek banget sih, nambahin hatiku dongkol.

Aku tetap diam tak merespon. Lalu Bang Fandi mulai menggedor pintu, “Rose, Abang hitung tiga kali, kalau kamu tidak mau buka juga, Abang dobrak pintu ini!”

“Satu…. Dua…. Ti….”

Segera kubuka pintu dengan wajah tertunduk. Mama menghambur memelukku, erat sekali tanpa kubalas pelukannya. Pundakku terasa basah diguyur kesedihan Mama. Tak terasa aku juga menumpahkan butiran hangat di pundaknya.

“Ma, siapa Ayah kandung Rose?” bisikku pelan.

“Mama akan ceritakan semuanya, tapi kamu harus makan dulu…,” sahut Mama dengan sesenggukan.
Tatapan mataku dan Bang Fandi bertemu. Terlihat sorot matanya seakan ikut sedih melihat keadaanku, kita hanya beradu hati, hingga merasakan tanpa adanya perkataan. Lalu seketika kutundukkan kembali wajahku.

To be Continue…

13 Mei 2016
Inet Bean

#LanjutanCerbung
#OneDayOnePost
Blue Rose ( Lemping 7)
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.

2 komentar

Tulis komentar

-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.