Senin, 09 Mei 2016

Blue Rose (Lemping 6)

Blue Rose (Lemping 6)


Baca juga Blue Rose

Aku melihatnya, dia mengenakan kemeja biru tua dan celana hitam. Lengannya di lipat hingga siku. Tampak keren sekali di mataku. Garis wajahnya benar-benar tegas menyiratkan kelaki-lakian. Aduh, aku berpikiran apa sih. Tapi dia benar-benar ada di depanku. Dadaku bagai sedang naik mobil butut yang lewat jalan berlubang-lubang. Riuh sekali.

“Iya, ini Bang Fandi. Kamu kenapa sih? Kok seperti terpana gitu….” Ucap Bang Fandi menyadarkanku dari dunia absurd yang baru saja menarikku ke dalamnya.

“Apa? Terpana? Bukan gitu, katanya Bang Fandi gak bisa datang?” jawabku dengan kosa-kata tidak tertata. Seakan baru diselamatkan dari tenggelam. Gelagapan.

“Sorry Rose, itu cuma keisengan Abang…” Bang Haris menyahut dengan cengar-cengir.

“Ih, nyebelin banget sih kamu Bang…” aku memasang muka cemberut.

“Kan biar surprise, Fandi minta tolong Abang, katanya gimana caranya ngasih kamu kejutan, dan ternyata ide Abang berhasil….” Bang Haris menjelaskan, masih dengan muka cengengesannya.

“Iya, Sorry ya Rose….” Timpal Bang Fandi.

“Dasar, ternyata kalian sekongkol…. Oke, tunggu pembalasanku,” rutukku, sayangnya tidak disertai bunyi petir yang menggelegar. Justru tawa mereka berdua dan keluargaku yang menggelegar.

Tetiba Bang Fandi menyembulkan tangan kanannya yang sedari tadi diumpetin dibelakang punggungnya. Dan, hei dia membawa sesuatu yang lumayan tidak biasa. Biasanya orang kalau ngasih hadiah wisudawan itu kan sekuntum  bunga yang di susun dengan rapi tuh. Nah, ini dia malah menyodorkan bunga mawar biru bersama potnya. Mukaku antara seneng, aneh, dan heran. Silahkan ekspresikan sendiri di depan cermin.

Tangan Bang Fandi memegang pot mawar biru yang ditengadahkan di depan wajahku, pot itu kecil, mungkin seukuran apabila dua tangan menengadah berdoa.

“Ini untuk kamu Rose, aku tau raut wajahmu aneh gitu. Mungkin kamu berharap aku memberimu sekuntum mawar biru, dan tentu saja tanpa pot. Tapi aku ingin beda, ini adalah mawar biru yang kutanam sendiri, kusiram setiap hari dengan cinta, kupupuk dengan rindu, dan kurawat dengan kasih sayang.”

Aku speechles mendengar penjelasan Bang Fandi, mulut ini ternganga. Mungkin aku sudah terpukau, terpana atau apalah istilahnya. Duh, romantis banget sih.

“Dan aku harap kamu bisa meneruskan merawat mawar biru ini, Rose….” Lanjut Bang Fandi.

Seketika aku berusaha menahan melting yang sedang kurasakan, “Eh, iya Bang. Makasih, pasti aku rawat dengan cinta juga.”

Semuanya pun ketawa lagi, ada yang salah kah dengan jawabanku? Atau aku sangat terlihat salah tingkah.

Kita semua keluar dari Balairung untuk makan bersama. Dan ketika keluar dari pintu, aku terperangah. Ada MMT yang sudah terpajang berukuran sekitar lima kali empat meter, bertuliskan “Selamat atas diwisudanya Blue Rose” dan dibawahnya ada tulisan “Will You Marry Me, Rose?”

Aku memandang Bang Fandi, dia tampak salah tingkah, tapi berujung pada senyuman dan tatapan “Gimana jawabannya Rose?” Lalu aku mengangguk pelan.

***

“Kak, dipanggil Mama sama Ayah, katanya disuruh ke ruang keluarga sekarang,” Juna setengah berteriak dari balik pintu kamarku.

“Ada apa Jun?”

“Gak tau, penting katanya…, cepet gih sana.”

Aku segera ke ruang keluarga. Benar saja, di sana sudah duduk takjim Ayah dan Mama. Aku duduk di sebelah Ayah, tapi kenapa raut wajah mereka seperti ada sesuatu yang serius.

“Rose, tidak terasa kini kamu sudah menjadi gadis yang cerdas dan cantik, baru kemarin sepertinya Ayah menggendongmu melihat bunga-bunga di pagi hari ketika weekend….” Ucap ayah seraya tersenyum kepadaku.

“Ya, putri kecil Mama sudah menjadi gadis yang amat cantik….” Mama menyahut dengan tersenyum pula.

“Itu berkat kalian Ayah, Mama. Oh ya, sebenarnya ada apa aku dipanggil ke sini?” Tanyaku, karena sudah sangat penasaran mereka mau membicarakan apa.

“Tadi siang kamu dilamar seorang Pria, itu artinya kamu sudah akan menikah Rose, mungkin ini waktunya memberi tahu kamu,” Ayah berbicara dengan akhir menggantung.

“Memberi tahu apa Yah?”

“Ayah sangat menyayangimu Rose, tapi mungkin Ayah tidak bisa menikahkanmu….” Ujar Ayah, yang membuat keningku berkerut.

“Maksud Ayah?”

To be Continued….

Inet Bean
8 Mei 2016

#LanjutanCerbung

#OneDayOnePost
Blue Rose (Lemping 6)
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.

8 komentar

Tulis komentar
avatar
9 Mei 2016 pukul 06.53

Wah...kenapa tuh si ayah gak bisa menikahkan?!!!

Reply
avatar
9 Mei 2016 pukul 09.17

Tenang... Tenang... Semua pertanyaan akan segera terjawab...

*huftt, PENASARANNN....

Reply
avatar
9 Mei 2016 pukul 10.18

Apakah Rose bukan anak kandung Ayah??

Reply
avatar
9 Mei 2016 pukul 11.08

So sweet, romantis banget,

Reply
avatar
9 Mei 2016 pukul 11.52

romantisnya..
tapi kenapa ayah tidak bisa menikahkannya?

Reply
avatar
9 Mei 2016 pukul 14.05

Waaah kok tidak bisa menikahkan

Reply
avatar
9 Mei 2016 pukul 16.47

Siapa yg dtg melamar...?
Huft.. Penasaran

Reply
avatar
Na
9 Mei 2016 pukul 21.13

Ini baru namanya Setelah dapat Ijazah langsung Ijab-sah.
Ayah pasti bercanda tuh

Reply

-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.