Gadis Berpayung Merah (Ending)
Cerpensumber: chubby2aja.wordpress.com |
Dear: Lelaki penyuka hujan-hujanan
Aku kira kamu sudah tau namaku. Lucu sekali. Karena namaku adalah Gadis. Bukankah ini suatu kebetulan yang menggelikan?
By. Gadis Berpayung Merah.
Apa? Jadi namanya Gadis. Tapi dia lucu juga. Menyebutku dengan lelaki penyuka hujan-hujanan. Memang sih sejak melihatnya aku jadi suka hujan-hujanan untuk menghampirinya. Walau hujannya tidak deras. Hanya rinai lembut saja.
Setelah perkenalan singkat lewat surat. Kami jadi sering bertukar surat. Saat bertemu tak ada kata yang keluar. Hanya saling bertukar senyum kemudian dia memberi surat kepadaku atau sebaliknya.
Itu pun hanya ketika senja tertutupi awan abu saja kami bertemu. Melalui surat-surat itu aku jadi tau kenapa dia suka di situ ketika senja yang mendung. Kenapa baju itu menjadi favoritnya. Kenapa payung merah dipilihnya. Selebihnya aku yang lebih banyak bercerita tentangku.
Pernah aku bertanya alamat rumahnya. Namun dia tidak menjawab. Lalu aku kembali bertanya. Dia hanya bilang bahwa rumahnya dekat dari taman itu. Aku bertanya lagi, tapi dia malah mengalihkan ke pembahasan lain dalam suratnya.
Dua bulan berlalu. Entah kenapa aku penasaran di mana rumahnya. Kuikuti langkahnya saat pulang. Tentunya dengan jarak yang lumayan jauh agar dia tidak curiga. Aku berhasil melihatnya masuk ke rumah yang sangat besar. Rumah itu kemungkinan bergaya mediterania. Aku jadi curiga, jangan-jangan dia adalah putri dari negri dongeng yang nyasar di Indonesia.
Bulan ke tiga. Musim penghujan mulai beranjak pergi. Dan aku juga takut Gadis Berpayung Merah pergi. Di akhir bulan ke tiga kuungkapkan keinginanku, mendengarnya berbicara. Sebab aku memang belum pernah mendengarnnya bicara barang satu kata saja.
Tapi setelah itu dia tidak lagi muncul di taman. Entah karena permintaanku itu atau memang karena kini senja sudah jingga dan keemasan kembali. Setiap pulang kerja aku selalu menyempatkan menunggunya di taman. Berharap dia datang dan membalas suratku.
Mungkinkah Gadis marah atas permintaanku. Berlebihankah keinginanku. Tiga minggu sejak kuberikan surat itu. Akhirnya senja berbaik hati memberiku mendung dan rinai lembut. Aku bergegas ke taman. Namun tidak kujumpai Gadis Berpayung Merah.
Aku kecewa. Entah kecewa pada siapa. Mungkin diriku sendirilah yang patut disalahkan. Sekarang bagaimana cara agar aku bisa menemui Gadis dan minta maaf padanya. Hei, bukankah tempo hari aku pernah mengikutinya dan melihatnya masuk ke rumah besar bergaya mediterania. Ya, sekarang juga aku harus ke sana.
***
Ternyata rumah ini benar-benar bagaikan istana. Aku dipersilahkan masuk dengan mudahnya oleh wanita yang kuperkirakan berumur setengah abad setelah menyebutkan namaku Frian. Kini aku sedang duduk di ruang tamu bersamanya.
"Nak Frian, sejak berkenalan denganmu, Gadis bisa tersenyum lepas kembali," ucap Bibi itu menggantung. Lalu meneruskan, "Saya ucapkan terimakasih atas itu."
"Maaf, memangnya ada apa dengan Gadis sebelumnya Bu?" Ujarku dengan hati-hati.
"Sudah saya duga. Gadis tidak cerita ya kalau dia bisu karena kecelakaan dua tahun yang lalu."
"Gadis bisu?"
"Ya, kukira Nak Frian sudah tau...."
"Belum Bu, boleh saya bertemu dengan Gadis sekarang?"
"Sudah terlambat Nak Frian."
"Sudah terlambat bagaimana Bu?"
"Gadis sudah pergi."
"Pergi? Maksudnya Bu?"
"Sebentar, saya ambilkan surat dari Gadis untuk Nak Frian sebelum dia pergi."
***
Selembut rinai hujan menyentuh wajahmu. Seikhlas senja yang tertutup awan abu. Sebening embun yang menguap di atas dedaun. Cinta begitu saja datang tanpa kuundang. Lalu tiba-tiba kau dan aku menyadari akan kehadirannya. Hingga aku ingin menyebutnya menjadi kita.
Gadis, aku akan menunggumu pulang. Entah masih dengan kebisuanmu atau pun tidak. Kudoakan semoga kau berhasil Gadis Berpayung Merah.
The End.
Khikmah Al-Maula
24 Maret 2016
#OneDayOnePost
25 komentar
Tulis komentarIneeett... di blog ku ada gadis hujan yg lagi dikejar-kejar Gilang tuh... wkwkwkwk..
ReplyYaaahh.....suratnya gadis manaaa...
Replybelom baca..
Jangan ending duluuu :-(
Waaaah... kang frian.. lanjut lagi dong, endingnya ketemuan gitu antara frian dan gadis. Hihihi
ReplyCuma gitu aja ?, Gak kreatif...
ReplyEntar pasti ada season 2 nya kug, hhee ngarep.
Replykeren. penuh dengan simbol. yang paling ingin saya tanyakan, mengapa chapter 2, saat Gadis Berpayung Merah menghampiri, tepat berhenti di hitungan 87 ? *asyik banget bacanya kebetulan sedang hujan di sini :)
Replykeren. penuh dengan simbol. yang paling ingin saya tanyakan, mengapa chapter 2, saat Gadis Berpayung Merah menghampiri, tepat berhenti di hitungan 87 ? *asyik banget bacanya kebetulan sedang hujan di sini :)
ReplyKok udh the End sih net.....
ReplyWoyyy...apa isi suratnya yg diberikan gadiss....??..
Selesai! Baca 3 tulisan, dari pertama hingga ending, sekaligus, biar gak penasaran, hihi...
ReplySemoga Gadis cepat pulang :)
Si Gadis pergi kemana ayundaaa?? Gantung banget sih ayundaaa... lanjutin lagi..
ReplyOke mba, ntar aku juga ikut ngejar gadis hujan deh #eh
ReplySuratnya ntar deh di novelnya, haha
ReplyNantikan seri novelnya saja mba Vinni :D
ReplyYe, kamu dari awal sensi banget sih Gie? Lagi pms ya?
ReplySemoga saja ada versi novelnya hehe
ReplyKarena si Gadis ingin istiqomah di hitungan detik ke 87 bang hihi
ReplyLah emang udah end bang
ReplyHarusnya aku yang nanya isi suratnya apa? Hayoh kasih tau bang...
Wah, antisipasi agar gak penasaran ceritanya... :D
ReplyPergi ke negeri dongeng mba Sasmitha... :D
Replywaduh,,kok cepat banget mbak endingnya :)
ReplyOke Net.. aku jadi makin penasaran kan... halah penuh misteri.
ReplyJadi novel?? Wah boleh juga tuh.
Oke Net.. aku jadi makin penasaran kan... halah penuh misteri.
ReplyJadi novel?? Wah boleh juga tuh.
waduhh,,kok the end?? T_T
ReplyLanjutin dong,,pengen tau kemana si gadis pergii..kasinn sm yg ditinggal,hehe
ending ya
Replysuratnya isinya apa? terus perginya kemana? meninggal atau pergi jauh keluar kota atau keluar negeri?
kerenn...
Reply-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.