Blue Rose (Lemping 2)
Cerpenpixabay.com |
Yang belum baca sebelumnya, baca dulu Blue Rose
Bayangan di cermin mengcopy-paste gerakan apapun yang
sedang kulakukan. Menyisir rambut coklat panjangku, memoles tipis make up
wajahku, dan tentu saja tersenyum manis pada diriku sendiri. Aku rasa untuk
wisuda saja tidak perlu repot-repot ke salon, jadi ya walau temen-temen
mengajakku ke salon, aku pilih memoles sedikit make up saja, senatural
mungkin. Lagian banyak yang bilang aku lebih cantik tanpa make up.
Lihat bayangan di kaca itu, dia putih bersih, mancung, senyum
yang manis, dan kornea mata yang biru. Bukankah suatu yang cukup untuk
berterimakasih pada Tuhan? Dikeluargaku hanya aku yang bermata biru. Aku sempat
curiga apakah aku ini anak pungut? Tapi Mama menjelaskan, katanya dari kakek
buyutnya pernah ada yang bermata biru. Bentuk wajah dan senyumku juga mirip
Mama. Mungkin aku termasuk gen yang terselip-selip yang berhasil muncul ke
permukaan. Entahlah.
Tentang mata biru. Aku jadi ingat mawar biru. Ingatan tiga
tahun yang lalu pun menghias di kepalaku. Aku bagai terseret ke masa itu.
Kenangan yang tak akan pernah terlupa dari hidupku.
Jam 2 dini hari udara semakin dingin dan carrier di
pundakku berpengaruh membuatku sulit mengatur nafas. Sedangkan jalan makin
terjal, aku berfikir mungkin sebaiknya turun dan kembali ke bawah. Dari pada
aku tidak kuat menahan, kemungkinan terburuk adalah pingsan.
“Rose, kamu masih kuat kan?” Tanya Bang Haris, nadanya
menyiratkan kekhawatiran yang mendalam.
“Masih Bang,” jawabku dengan nafas tersengal. Sebenarnya aku
bohong, tubuhku serasa mau ambruk. Aku seorang yang tidak pernah olah raga
tiba-tiba diajak mendaki.
“Sedikit lagi, Rose. Kamu harus kuat.” Bang Fandi menimpali.
“Iyah, Rose kuat Bang.” Masih dengan nafas tak beraturan.
“Lepas carrier kamu, Rose,” Bang Fandi memerintah.
Aku menurut, kulepaskan carrier 55 liter yang
menancap di pundakku. Ajaib sekali, beban hidupku serasa berkurang 50 persen. Semangat
hidupku serasa bertambah kembali. Selagi aku meregangkan otot-ototku ternyata
Bang Fandi mengaitkan carrierku di dadanya. Jadi dia membawa dua carrier
di pundak dan dada.
“Ayo, lanjutkan perjalanan, semangat!” Teriak Bang Fandi seraya
meninjukan kepal tanggannya ke udara.
“Bang Fandi bawa dua carrier?” Ujarku memelototkan
dua bola mata biruku.
“Iya, Rose. Abang gak tega lihat mukamu pucet kayak tadi,” terang
Bang Fandi disertai senyuman, sejuk sekali mengalir ke hatiku.
“Eh, tapi kan carrier Bang Fandi udah besar, masa’
harus bawa dua sih, aku satu aja gak kuat. Kasihin bang Haris aja Bang.”
“Iya Fan, siniin biar aku aja yang bawa,” tawar Bang Haris.
“Udah gapapa, pendaki professional mah udah biasa gini,”
ucap Bang Fandi menyombongkan diri seraya cekikikan. “Ntar gantian, sekarang
aku dulu deh Har, Ayo jalan!”
Ada rasa gak enak hati pada Bang Fandi. Dia harus bawa dua carrier
sekaligus. Sedangkan aku tidak membawa apa-apa. Tapi harus bagaimana lagi, aku
emang gak kuat kalau harus memikul carrier lagi.
Kami bertiga berjalan beriringan. Bang Haris pertama,
kemudian aku dan terakhir Bang Fandi. Mereka tergolong nekat sih ngajak seorang
Blue Rose mendaki. Iya sih, aku pengen mendaki, tapi gak mendadak juga kali,
jadinya kan belum ada persiapan fisik.
Aku baru tahu, ternyata mendaki itu seperti ini. Terasa
dingin banget ketika berhenti, tapi saat berjalan alias mendaki, tidak terlalu
terasa dingin. Justru peluh yang malu-malu muncul, karena malu dengan dinginnya
hawa gunung.
“Break dulu!” Teriak Bang Fandi, “kalian denger sayup-sayup
ada yang minta tolong gak sih?” Tanya Bang Fandi.
“Enggak Fan,” jawab Bang Haris.
“Eh, iya deh kayaknya barusan ada suara minta tolong,”
ujarku dengan mimik antara penasaran dan takut.
“Ya kan Rose…” ucap Bang Fandi.
“Oh iya, aku juga denger.” Bang Haris menimpali.
“Ayo cari sumber suaranya!” Ucap Bang Fandi. Tiba-tiba bulu
kudukku merinding. Mudah-mudahan suara itu pemiliknya manusia.
To be Continued...
Inet Bean
3 Mei 2016
#LanjutanCerbung
#OneDayOnePost
13 komentar
Tulis komentarWah...ada horornya...wuduuh...serem iki...
Reply65 liter? Hebat... Carrier isinya apa aja tuh?
ReplyHati2, mistis di Gunung... Hiii
aku pengin nyusul ke gunung...
Replycerita horor di gunung ya
Replyternyata, manusia setengah salmon, *eh
ReplySeru juga kalau ada horornya. Hihiii
ReplySuara apa niih penasaran net
ReplyDitunggu kelanjutannya net 😀😀
Carrier itu apa ya??
ReplyBlue rose lgi naik gunung.. Teringat ninja hatori.. He..
Duh jangan mengulas ttg pendakian itu membuatku makin pengen...
ReplyPara pendaki yang kuat, ayunda. hehe
ReplyIngat mata biru jadi ingat tetanggaku. matanya berwarna Biru keabuan. tp bukan karena keturunan. gara2 ibunya minum obat untuk menggugurkan kandungan. lah kok jadi tersesat begini ceritanya.
ReplyGo..go..Blue Rose, yang rajin mendakinya yaaa..
Kak Rose...
Replykeren.. mendaki gunung lewati lembah.. sungai mengalir indah ke samudra..:D
Reply-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.