Blue Rose (Lemping 3)
Cerpen
Bang Fandi kini yang memimpin. Dia antusias sekali mencari
sumber suara minta tolong. Aku tetap di urutan kedua dan terakhir Bang Haris. Suara
itu semakin jelas terdengar dan kami juga mendaki lebih cepat. Sampai napasku
tersengal mengikuti langkah Bang Fandi. Heran juga kenapa Bang Fandi dengan dua
carrier di depan belakang bisa mendaki secepat itu, hingga aku
kewalahan.
“Lepaskan akarnya Pak!” Perintah Bang Fandi. Aku tidak tahu
Bang Fandi sedang bicara sama siapa. Kami terpaut jarak lima meter, sedangkan
aku tertatih mendaki jalan yang semakin terjal, dibantu Bang Haris. Dan ketika
melongokkan kepalaku pada tanjakan terakhir, aku melihat Bang Fandi tengah
membantu seseorang merangkak ke atas karena hampir saja terjatuh ke jurang.
Bang Haris segera meletakkan carriernya begitu saja dan
membantu Bang Fandi menarik seseorang yang hampir terjatuh ke jurang itu.
Tampak keduanya bersusah payah menarik orang itu, mereka mengerang seraya
menarik tangan orang itu. Beberapa menit kemudian orang itu sudah dapat lepas
dari ancaman terjatuh ke jurang.
Kulihat raut wajah kebapakan, mungkin usianya kurang lebih
setengah abad. Gurat-gurat penuaan pada kulitnya terlihat menunjukkan bahwa dia
sudah berumur.
“Bapak tidak apa-apa kan?” Tanyaku, lalu mengambil air minum
yang ada di carrier Bang Haris untuk diberikan kepadanya.
“Iya gapapa, makasih Nak sudah menolong Bapak,” Sahutnya
seraya melihat aku, Bang Haris dan Bang Fandi, mereka tengah terduduk dengan
napas yang tak beraturan.
Aku mengambil minum lagi dari carrier Bang Fandi untuk
diberikan padanya dan Bang Haris.
“Kalian juga gapapa kan? Ini minum dulu,” tanyaku disertai
menyodorkan air putih di botol.
“Gapapa Rose,” jawab mereka bersamaan, kompak sekali.
Selanjutnya kami semua diam untuk beberapa saat. Berusaha menata
napas yang masih belum beraturan, merasakan desiran angin gunung yang sedingin
es.
Setelah napas kami mulai beraturan dan tenaga pun sudah terkumpul
lagi, kami melanjutkan perjalanan. Dari sedikit perbincangan tadi, aku mengerti
bahwa Bapak itu bernama Parto. Dia juga sama seperti kami, bertujuan untuk
mencapai puncak, namun dia mendaki sendiri, dan tadi dia terpeleset hingga hampir
terjatuh ke jurang. Beruntung ada akar untuk pegangan tangannya sebelum
terjatuh lebih dalam, hingga Bang Fandi datang menolong.
Rombongan bertambah satu orang, yaitu Pak Parto. Setelah
satu jam perjalanan, jalanan sudah mulai tidak terlalu menanjak, dan benar
saja, sebentar lagi kami akan sampai di puncak.
“Yeaaah, akhirnya kita sampai puncak, syukur senantiasa kita
panjatkan kepada-Nya,” teriak Bang Fandi dengan senyum mengembang dan disambut
dengan senyumku, Bang Haris dan Pak Parto.
“Alhamdulillah….” Ucap Pak Parto.
Bulir bening menetes dari sudut-sudut mataku. Aku merasa
terharu bisa sampai puncak, setelah berjuang mati-matian untuk tetap bertahan,
hasilnya aku bisa mencapai puncak. Kupanjatkan puji syukur kepada-Nya, tanpa
kekuatan yang diberikan-Nya, aku tidak akan dapat bertahan dan mencapai puncak.
Sementara itu Bang Haris dan Bang Fandi membuka carrier
mereka dan mendirikan tenda untuk istirahat kami, Pak Parto juga membantu
mereka. Aku berdiri meregangkan otot-ototku, lalu menatap langit, ‘Wow, aku
sangat terkejut’.
Kulihat Bintang begitu banyak. Rasanya seperti dekat sekali
dengan langit. Indah tak terkira. Tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata. Karena
keindahannya memang harus dinikmati secara langsung. Bulan terlihat takzim
menggantung di tengah bintang-bintang. Tak habis-habisnya puji syukur ku
panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hingga pandanganku berkaca-kaca. Air
kerendahan seorang hamba kembali mengalir.
“Rose…, tunggulah apa yang akan terjadi sebentar lagi. Tidak
akan kamu lupakan seumur hidup!” Ujar Bang Haris, senyumnya mengembang.
Aku mengeryitkan kening, “Apa Bang?” Tanyaku.
Bang Haris hanya tersenyum, lalu kuedarkan pandangan
bertanyaku pada Bang Fandi, dia juga hanya tersenyum, lalu melirik Bang Haris. Sial,
mereka mengerjaiku, ada apa sih?
To be Continued…
Inet Bean
4 Mei 2016
#LanjutanCerbung
#OneDayOnePost
13 komentar
Tulis komentarParagraf setelah ucapan alhamdulillah dr pak prapto, terdapat pengulangan kata puncak sampai 3x mba. agak mubazir. Hehehe.
ReplyWah..nambah personel baru nih. Pak Prapto.
Jangan2 tar semua penghuni ODOP2 jd bintang tamu di Blue Rose. Heheh..aku suka ceritanya mba.
Kirain bakal jadi cerita horor saat kemarin ada suara tapi tak ada orangnya. Ternyata Pak Parto...asyiikk...seru ini...
ReplyHarusnya hal yg ditunggu itu sesuai tebakanku, hhii...
ReplyGa sabar nunggu part selanjutnya net... Salam pendaki cantik, eh
Waaah pak parto akhirnya jadi tokoh nih
Replyalhamdulillah. akhirnya aku bisa dipertemukan dengan Inet Blue Rose di gunung. kini kami bisa menikmati keindahan alam raya ciptaan Allah. mimpikah aku?
ReplyHoreee, bisa komen, kapan yaaa, aku bisa mendaki dan menikmati keindahan gunung
ReplyIya nih, pingin naik gunung juga. Tapi g kuat lelahnya.
Reply. Hihi
Jdi pengin naik gunung juga ya ktanya tak bisa dilukiskan dgn kata2 keindahanny.. Hmm..
ReplyPak Parto sdh berumur?? (Emo kaget) he..
wah ada pak parto
Replykeren inet ceritanya
Keren net, konfliknya dapet, ending episodnya juga bagus
ReplyDitunggu kelanjutannya net 😀
Gile lu Ndro!
ReplyMengalir bgt ceritanya.
Biar kutebak apa yang akan ditunjukkan Bang Haris pada Rose. Hemmm tapi apaan ya??
Replymungkin sunrise mbak april? atau taman mawar biru? hahaha ikutan nebak-nebak...
Reply-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.