Jenis Pendekatan Rasa Ketika Hujan (Part 1)
Filosofi
Pagi ini Pekalongan di guyur hujan, tepatnya subuh ini. Tapi tidak mematahkan semangat Inet dalam menuliskan Teori ini (hasil perenunganku hehe). Ada tiga jenis pendekatan rasa ketika hujan turun.
Kamu tau? Ketika rinai turun maka perlombaan baru saja dimulai. Opsi pertama ini bebas. Siapa pun bisa memunculkannya. Termasuk kamu. Aku akan sedikit menjelaskan tentang ini.
Sebelumnya kamu harus menjawab pertanyaan ini. Apa yang kamu rasakan saat hujan?
Silahkan jawab cukup dalam hati. Rasa rindu? Galau? Kecewa? Sedih? Jengkel? Dingin? Hangat? Bahagia? Cinta? Atau lainnya yang masih sepadan.
Jika jawaban kamu sama dengan salah satu yang kusebutkan. Maka itu merupakan kategori opsi pertama, Yaitu Pendekatan Perlombaan. Orang-orang berlomba memunculkan perasaan saat rintik mulai terjatuh.
Ada dua metode dalam memunculkan rasa. Pertama, metode realisme. Dengan metode ini, seseorang melihat hujan dengan empiris. Maka rasa yang mungkin keluar adalah negatif.
Misalnya. Ketika kamu mau berangkat sekolah, kerja atau pun keperluan lainnya. Sedangkan awan juga sudah bersiap untuk turun. Kamu memikirkan bahwa sebentar lagi akan hujan. Dan seketika itu juga hujan mulai turun.
Metode ini berpatokan bahwa jika mendung. Maka akan turun hujan dan menyebabkan aktifitas tidak berjalan maksimal. Rasa itu demikian kuatnya. Hingga saat hujan reaksi yang timbul sebal, kecewa, menyalahkan, atau pun galau.
Orang seperti ini dalam hubungan percintaan tidak mudah move on. Cinta mereka bukan menetap dalam artian setia. Tapi kenangan pahit yang masih di simpan. (Kasihan ya?)
Kedua, metode idealisme. Kalau metode ini melihat hujan dengan rasionalis. Maka rasa yang keluar adalah positif. Metode ini berpandangan bahwa ada sesuatu di balik hujan. Mencerna esensi hujan dengan dalam.
Umpamanya ketika hujan turun dan saat itu kamu mau berangkat untuk keperluan sesuatu. Kamu menganggap bahwa hujan adalah sama seperti panas. Bukan alasan untuk berprasangka ke arah kemalasan. Justru sebaliknya. Hujan adalah berkah. Dan ketika harimu di awali berkah. Artinya akan membuahkan keberkahan pula.
Metode ini berdasar; hujan adalah anugrah langit. Perasaan itu telah mengakar dalam hati. Jadi ketika rinai mulai turun dengan lembut. Pengguna metode ini juga akan merasakan sensasi kelembutan itu.
Orang seperti ini dalam hubungan percintaan mudah move on. Mereka bahkan berterimakasih pada sesuatu yang seharusnya memang di move on kan.
Jadi kamu boleh mencoba ke dua metode ini. Tapi masih ada dua pendekatan rasa lagi. Karena ini baru opsi yang pertama.
Silahkan merenungkan sembari menunggu opsi selanjutnya. (Selamat mencoba ya)
***
Refleksi.
Ketika satu didalamnya ada dua. Bisa juga dua di dalamnya hanya satu.
"Apasih Net? Kamu gaje banget...."
"Hahaha..., emang iya.
Hujan hujan datang lagi...
Hujan hujan malam ini....
Ho wo wooo...."
"Fales Net..., udah jomblo, bahasnya hujan, lagunya melow, dangdut lagi. Ya ampun..."
"Kamu siapa sih? Komentar mulu'. Terserah aku dong...."
Oke dari pada pembaca mulai eneg dengan kelakuan si Inet. Maka aku sudahi saja. Sudah cukup, cukup sudah, cukup sampai di sini saja, daripada batin tersiksa, lebih baik kupergi saja...
"Wooiii udah... malah nyanyi...."
"Haha, emangnya yang bisa nyanyi cuma kamu? Aku juga bisa keles."
"Jiah alay lu."
Oke pembaca yang budiman dan budigirl. Inet akhiri tulisan kali ini. Masih ada dua pendekatan loh. Ingatkan Inet kalo lupa. Ingat, ingat, ping!!!
#OneDayOnePost
31 komentar
Tulis komentarWah aku baru tahu, metode mengartikan hujan. Kereeen. *jadi rindu hujan. Hehe.
ReplyOiya kalau tulisannya rata kiri kanan, makin cucok kayanya.
Aku pecinta hujan
ReplyAku pecinta hujan
Replyhujan..
Replyselalu ga ada habisnya ^_^
aku suka hujan
Hehe, oke mba...
Replyntar aku rata kanan kiri :)
Aku juga, pecinta sesama hehe
ReplyIya, banyak perasaan yang muncul, hehe
ReplyAku suka hujan.. tapi gak suka petir..hehehe
ReplySuara inet bagus kok..cocok banget jadi penulis. #ehh.. :D peace..
Owalah ada to metode seperti itu. Baru tahu aku Inet... makasih lhoh infonya. Btw, aku penyuka hujan.
Replysemangat nulisnya mbak ^^
ReplyWahh.. anak Filsafat ini Mbak
ReplyBesok Metode-metode tentang cuaca panas yah Mbak :)
Keren mbk inet..
ReplyAku suka hujan hihii
Aku.. Selalu bahagia, saat hujan turun.. Dudududuuu seperti lagu hehehe
ReplyMantap kaaa
Aku.. Selalu bahagia, saat hujan turun.. Dudududuuu seperti lagu hehehe
ReplyMantap kaaa
Wow. Ternyata ada to teori pendekatan hujan.
ReplyWow. Ternyata ada to teori pendekatan hujan.
ReplyWihh...
ReplyMakasih mba Sasmitha :D
Haha... masama mba April..
ReplyAku juga penyuka hujan :)
Yuhuu semangat... :)
ReplyAku bukan anaknya Filsafat mas, tapi suka Filsafat, hehe
ReplyAkan ku pertimbangkan :)
Mba Mifta juga keren... hehe
ReplyWah merdu sekali suaranya...
ReplyMantap deh, hehe
Sepertinya sih emang ada mba, hehe
ReplyWah, perenungannya dalam banget sampai tenggelam dalam genangan hujan. :P
ReplyAku metode kedua aja deh, idealisme. :D
Mantapp Mbak, hujan-hujanan yok :D
ReplyOke, selamat sudah menemukan metodenya :D
ReplyAyok mba Elvy :D
Replywahh,,kece banget mba,,apalagi untuk seseorang yang suka banget sama hujan kayak diriku ini, Nice^^
ReplyMakasih, mba Aira juga kece karena suka hujan. Kalo suka hujan berarti suka aku :D
ReplyHujan :)
ReplyKapan-kapan hujan-hujanan bareng yuk mbk inet.
serius nih aku ngajaknya. :D
yuk mba Mella...
Replyaku mau aku mau :D
-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.