Selasa, 05 April 2016

Aku Benci Akhir Cerita

Aku Benci Akhir Cerita


Kenapa cinta serumit ini. Aku mencintaimu dan kau mencintaiku. Tapi saat kita sama-sama tau kenapa jarak kita justru melebar. Jangan mengandaikan kita sebagai punguk merindukan bulan. Lagi pula sekarang ke bulan bukanlah hal yang mustahil ketika si punguk bekerja keras mengumpulkan uang untuk berlibur ke bulan.

Embun terakhir yang mencapai moksa hingga terbang ke angkasa. Sebagai saksi akan esensinya yang meletup keluar dari bibirmu. Sementara aku hanya bisa diam membisu. Padahal di dalam hati aku menyumpahi diriku. Sudahlah untuk apa menyesali masa lalu. Toh aku tidak punya Doraemon yang dapat mengantarkanku ke masa lalu dengan mesin waktu.

Aku tak kuasa menghitung detik yang lambat berpacu dalam ruang hatiku. Yang kurasakan sudah terlalu lama kita diam membisu. Terkalahkan oleh ego. Tentu semua ini bukan hanya salahku. Karena kau pun kini menghilang tak kujangkau. Dan kuakui pula akan rindu. Ah bolehkah marah pada waktu yang terlalu pelan merangkak. Ingin kudatangakan siput sang Turbo agar sang waktu tertular berambisi mengalahkan jarak yang semakin terasa jauh.

Bukankah cinta seharusnya sederhana? Tapi kenapa cinta kita serumit ini. Aku merindukan saat kita duduk bersama diantara fajar dan pagi. Menatap embun yang badannya kian menipis. Hingga membuat dedaun kering ditinggalkannya. Seperti hatiku yang kini terasa kering karena kau tinggalkan. Benarkah aku sudah kau tinggalkan?

Tapi kita tak memandang cinta dengan sederhana. Aku pernah mencoba membaca pikiranmu, tapi tidak bisa. Tidak semudah membaca pikiran orang lain. Barangkali itu yang membuatku kesal dengan diriku sendiri. Aku terlalu malu untuk mengakuinya bahwa kau memang istimewa bagiku.

“gimana akhir ceritanya?” Ray, sahabatku sejak sekolah menengah mengejutkanku dalam lamunan ini.
“Gue gak tahu,” jawabku tak bersemangat.
“Loh, kok gak tau Ar?”
“Sengaja,  males aja nonton akhirnya?”
“Kenapa? Akhir ceritanya itu…”
“Stop…, gak usah cerita,” ucapku sebelum Ray menceritakan akhir cerita film rekomendasi dia untukku.

“Kenapa sih?” Intonasi Ray kecewa.
“Pokoknya gue gak mau nonton akhir ceritanya, gue benci akhir cerita,”
“Duh, dasar baper!” ejek Ray dengan nada menggoda.
“Bodo’,”

“Gue tau, lo lagi kangen si Raka kan?” Ray kembali menggodaku. Ah iya, aku memang melamunkan Raka.
“Sotoy…” ucapku cuek.
“Ah, gue udah hapal deh mimik wajah Aruna kalo lagi rindu, tuh muka lo merah gitu saat gue sebut nama Raka,”
“Tauk ah!” Aku melenggang kabur sebelum Ray semakin menjadi-jadi membullyku. Lagian dia tahu aja kalau aku sedang menyendiri di tempat ini, tempat antara aku dan Raka pernah duduk bersama.

Sejak kapan aku tidak terlalu penasaran akhir dari suatu cerita. Perasaan aku orangnya gak tahan dengan rasa penasaran. Terlebih pada film atau pun novel. Barangkali benar yang dikatakan Ray, aku sedang baper. Adakah obat baper selain kau tiba-tiba ada di hadapanku?

Raka, karenamu aku benci akhir cerita. Mungkin aku tidak mau kita berakhir seperti ini. Seharusnya ada masa di mana kita bahagia. Tidak terjebak dalam situasi yang aneh seperti ini. Aku akan belajar untuk lebih menyederhanakan cinta. Walau itu akan memakan waktu yang lama. Semoga kelak cerita cinta kita tiada kata akhir

Aku benci akhir cerita. Karena aku berharap ini bukanlah akhir cerita kita. Seperti cerita ini yang tidak akan ada akhirnya. Cerita tiada akhir.

Kalau penasaran cerita sebelumnya baca gih Esensi Embun.

Khikmah Al-Maula
5 April 2016


#OneDayOnePost
Aku Benci Akhir Cerita
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.

13 komentar

Tulis komentar
avatar
5 April 2016 pukul 05.18

Akhir cerita novel selalu buat sedih karena harus berhenti membaca. Jangan sampai merasakan akhir kisah cinta ayunda. Haha

Reply
avatar
5 April 2016 pukul 07.01

biarlah akhir cerita tetap jadi rahasia inet, yg penting bagaimana kamu mempertahankan cinta... ^__^
#ngomong opo aku, hehe...

Reply
avatar
5 April 2016 pukul 07.24

kata om Kasino "gile lu Ndro" ... :)

Reply
avatar
5 April 2016 pukul 09.12

Ineeet...gak semua kisah berending sedih kok...hehe

Reply
avatar
5 April 2016 pukul 11.36

Bisa merasakan... aku bisa... hehe. Keren inet...

Reply
avatar
5 April 2016 pukul 11.37

Bisa merasakan... aku bisa... hehe. Keren inet...

Reply
avatar
5 April 2016 pukul 11.57

Inett... lupain raka. Ama ray aja. Eh. Hehehe

Reply
avatar
6 April 2016 pukul 02.13

Bagus mbak inet.... , namun dengan sebuah akhir kisah maka kita akan belajar tuk membuka kisah baru... #ngomong opo aq iki...hehehe

Reply
avatar
6 April 2016 pukul 10.25

Makasih sudah berkenan mampir semua... ^^

Reply
avatar
7 April 2016 pukul 23.36

Aku menikmati setiap kata-kata yang kau tulis Net. Keren.

Reply

-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.