Rabu, 20 April 2016

Persepsi Cinta

Persepsi Cinta


 
ilustrasi by google image
Lihatlah dua burung merpati berwarna putih tengah berduaan. Mereka bersebelahan tanpa malu-malu. Ada pula dua burung merpati lainnya tengah terbang berkejaran menuju langit biru. Hari ini secara ajaib mereka berkumpul di taman bersama bunga-bunga musim semi.

Barangkali sekarang sedang musim kawin. Atau mereka sengaja menyindirku dengan kesendirianku duduk di bangku putih taman ini. Dua mawar merah darah memandangku sinis, aku tak tahu apa yang tengah mereka bisikkan. Tapi angin membawa alunan pesannya. Katanya aku seperti perenung yang kerap duduk di sini.

Di sebelahku persis, pohon apel menaungiku dalam keteduhan. Pohon apel satu-satunya di taman ini, tak ada apel yang menghiasi. Aku jadi ragu, masih pantaskah pohon apel disebut pohon apel ketika tidak pernah berbuah apel. Sepertinya pohon apel itu mandul, atau jangan-jangan karena kesendirian yang membuatnya memutuskan untuk tak berbuah.

Tiap inci dari taman ini tak luput dari pengamatanku. Tidak ada makhluk yang bernama manusia. Hanya para merpati yang sedang berduaan, bersenda gurau. Tawanya membuatku penasaran apa yang tengah mewarna di hatinya. Sedang aku hanya bisa menebak-nebak. Mungkinkah mereka bicara tentang cinta, pengorbanan, atau awan-awan masa lalu yang pernah mereka lampaui

Aku masih duduk sendiri, mengingat asa dan cinta yang pernah ditawarkan oleh sang filsuf. Hingga kini tak kumengerti perasaan macam apa yang sang filsuf tawarkan kepadaku. Hati yang membawaku pada kesepian . Untuk kesepian yang sebenarnya adalah tujuan kebersamaan.

Awan-awan itu membentuk mega mendung. Sekarang aku tak mengerti haruskah kubilang itu suatu tipuan mata? Jikalau fatamorgana belaka. Kenapa beberapa detik yang kesekian rinai terjatuh pelan di pipiku. Aku mencoba bertanya kepada hujan, dia tak menjawab. Sementara hujan semakin membasahi bunga-bunga musim semi.

Mendung itu perlahan menggelanyut di otakku. Tetes-tetesnya kini keluar melalui sudut mata. Namun tetesan itu lebur bersama hujan. Mereka tak pernah tahu aku juga punya hujan, karena hujanku telah menyatu dengan hujan alam semesta. 

Khikmah Al-Maula
20 April 2016

#OneDayOnePost

Persepsi Cinta
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.

5 komentar

Tulis komentar

-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.