Rabu, 20 April 2016

Asa Lukisan Impian

Asa Lukisan Impian

ilustrasi by google image
Ketika kau punya impian, di situ terbuka seribu pintu menuju impian itu. Tulisan di MMT itu terpampang di depan gedung bergengsi di kota ini. Kini aku dapat berkata iya dengan tegas pada tulisan itu. Aku ingin mengumandangkan kepada alam semesta sejarah dari tulisan yang kini gagah menyambut para penikmat seni. Selamat datang di pameran lukisan Mahawira Candrakumara.

Lukisan-lukisan mantap menyambut tiap-tiap mata yang lapar akan seni. Tentang keindahan, misteri, impian, tangis dan tawa, apapun itu kupastikan mereka bisa mendapatkan semua itu hanya dengan menatap lukisan-lukisan itu, karena mereka bernyawa. Bukan hanya kanvas yang dikolaborasikan dengan warna-warna.

“Candra, kau Candra kan?” Seseorang memanggilku dan memastikan bahwa yang dipanggilnya memang aku, Candra.
“Iya, saya Candra. Ada yang bisa saya bantu?” Ujarku sedikit berbasa-basi.
“Wah, ternyata kau ini segagah lukisan-lukisanmu.” Puji lelaki berpenampilan aneh itu, dia memakai celana pendek dipadukan dengan kemeja, serta topi koboi menghias dikepalanya.
“Terimakasih, bagaimana kesan setelah melihat lukisan-lukisan itu?”

“Lukisanmu itu seumpama cinta seorang gadis pada pria. Si gadis tidak sanggup mendeskripsikan kenapa dia mencintai pria itu.”
“Aku bukanlah penyair, hanya pelukis. Bisa pakai bahasa yang sederhana saja?”
“Haha, ternyata kau juga lucu. Lukisanmu itu memang bernyawa. Dan aku tidak tahu bagaimana menjelaskan wujud nyawa. Bahkan mereka mampu menarik manusia-manusia mancanegara. Kau benar-benar hebat.”
“Ah, itu terlalu berlebihan, kemampuan saya belum seberapa….”

“Ah, aku tahu. Mereka yang hebat selalu merendah. Tapi kau berhak sombong sekarang. Ohya, lukisan dibelakangmu itu, boleh kubeli?”
“Lukisan ini tidak dijual, maaf.”
“Kenapa? Aku sangat menyukai lukisan itu. Pintu ditengah kegelapan, siluet-siluet keindahan pintu yang terbuka itu… membuatku ingin memilikinya… dan lagi tulisan yang ada di bawahnya. Sangat membuatku jatuh hati. Lukisan itu judulnya apa?”
“Asa Lukisan Impian…” jawabku disertai senyuman.

“Berapa harganya? Kudengar lukisanmu pernah tembus 100 juta? Aku berani membeli lukisan itu 150 juta, bagaimana?”
Aku sempat kaget dengan tawaran itu, mungkin dia seorang konglomerat yang uangnya ratusan miliyar. Hingga uang segitu baginya tidak berarti apa-apa. Tapi bagaimanapun lukisan itu sangat berarti bagiku.

“Sekali lagi maaf, lukisan itu tidak dijual….” Tegasku.
“Bagaimana jika 200 juta?” Tawarnya.
“Terima kasih atas apresiasinya, tapi lukisan itu tidak dijual.”
“Kenapa?”
“Ada cerita dibalik lukisan itu….yang membuatnya sangat berarti bagiku.”
“Ceritakan, jika aku tidak boleh membelinya.”

***
Pagi ketika liburan sekolah. Waktu itu aku kelas 4 SD. Berhubung desaku ini benar-benar permai dan sejuk. Masih banyak pepohonan yang menyebarkan udara segar. Burung-burung berkicau layaknya alunan orkestra professional. Aku menghampiri bapak yang tengah duduk di teras rumah. Ditemani kopi hitam yang masih mengepulkan aroma khasnya.

“Pak, gambarku bagus gak?” Tanyaku seraya menunjukkan buku gambar berukuran B5.
“Wah, bagus Dra… rupanya kamu mewarisi bakat melukis Bapak.” Sinar mata Bapak, benar-benar membuatku bahagia dan merasa diapresiasi.
Tiba-tiba ibu nyeletuk, “Halah, bakat melukis itu gak bikin kaya Dra, tuh Bapakmu aja gini-gini aja dari dulu…, cari bakat selain itu.”

“Loh, Melukis itu bisa juga bikin kaya Buk. Lah kalo Bapak ini gak pernah diberi kesempatan untuk mengasah kemampuan dan berkarya. Ibumu itu nyuruh Bapak berenti melukis Dra…. Tapi kalau kamu suka melukis, ya asah bakatmu itu, Bapak yakin kamu ini bisa menjadi orang hebat. ”
“Tapi Pak, kata Ibu….”
“Udah, kalau kata Bapak lebih baik, ya ikuti saja kata-kata Bapak. Impian itu bagaikan lumpur Dra…bukan tanah.”
“Kok gitu Pak?”

“Tanah itu mudah dipijaki. Sedangkan LUMPUR itu sulit kita pijaki. Kalau tidak sabar dan berhati-hati dalam melewati lumpur, kita bisa terjatuh. Lebih parah lagi kalau ada cidera. Nah, impian juga tidak gampang kita taklukkan, harus telaten dan sabar.”

“Oh gitu, jadi sulit banget ya Pak untuk mewujudkan impian?”
“Memang sulit. Tapi  ketika kamu punya impian, di situ terbuka seribu pintu menuju impian itu.”
“Maksudnya Pak?”
“Kalau kamu benar-benar ingin mewujudkan impian kamu, maka akan banyak jalan Dra, Insya Allah, Gusti Allah memudahkan… , kamu jangan lupa berdo’a juga....”

***
Menceritakan kisah itu, aku jadi RINDU pada Bapak. Sosok beliau lah yang kini membuatku dapat merengkuh impian yang telah kupahat dalam relung hati, impian yang telah kuterbangkan hingga bernaung pada satu BINTANG di angkasa.

Kini setelah 15 tahun silam, bocah 4 tahun itu telah menjelma menjadi bintang dari para pelukis-pelukis. Dengan keinginan kuat akan impian, usaha yang maksimal, tak lupa pula berdo’a kepada-Nya, Sang Penguasa alam semesta. Maka kita akan diarahkan pada impian kita. Karena itulah KUNCI membuka pintu impian.

Khikmah Al-Maula
20 April 2016

#OneDayOnePost
Asa Lukisan Impian
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.

5 komentar

Tulis komentar
avatar
20 April 2016 pukul 13.11

jangan berhenti untuk membuat mimpi mu menjadi kenyataan, becauze wish coming true, always believe it in your mind *titip rindu buat ayah. salam..

Reply
avatar
20 April 2016 pukul 20.44

Jawaban tantangan dg ide yg cemerlang ,,,

Reply
avatar
20 April 2016 pukul 23.26

Hebat... Bisa paham ttg lukisan... Sy g sama sekali... He..

Reply

-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.