Kamis, 14 April 2016

Tentang Cinta dan Asmara (Aruna dan Raka)

Tentang Cinta dan Asmara (Aruna dan Raka)

by. google image

Ada yang kangen pada Aruna? Baiklah aku anggap beribu-ribu makhluk kangen pada Aruna. Dari manusia hingga makhluk astral. Loh, ini malam jum’at kan? Tenang, aku tidak membahas tentang cerita horor, melainkan romansa cinta antara Aruna dan Raka yang belum diketahui kan? Oke segera baca saja.

“Cinta itu apa sih Ar?” tanya Ray.
“Kenapa tiba-tiba nanya gitu? Kesambet setan cinta ya lo?” Aku balik nanya.
“Emang ada ya? Setan cinta? Inget Ar, ini malem jum’at loh,” Ray sok mengingatkan hari.
“Eh, gak tau juga, hehe….”
“Terus cinta itu apa?”
“Sebenarnya mungkin aku punya jawabannya, mau denger kisah ajaib antara aku dan Raka?”
“Oke, aku siap mendengarkan….”

****
Minggu pagi di taman depan danau. Aku dan Raka duduk dikursi taman berwarna putih tulang. Kursi panjang yang khusus disediakan di taman menghadap ke danau untuk menikmati siluet mentari yang terpancar di permukaan danau. Kita hanya berdiam diri, aku memikirkan apakah di dalam danau itu terdapat kehidupan layaknya di sini. Seperti film putri duyung yang pernah aku tonton.

“Orang yang sedang jatuh cinta itu lucu ya Rak?” ucapku mengawali pembicaraan.
“Lucu gimana Ar?” tanyanya.
“Ray, dia sedang jatuh cinta…”
“Sedang jatuh cinta? Yang lucu itu kamu Ar. Sedang itu keterangan bahwa suatu proses tengah berlangsung, dan jatuh? Haha…” Raka terkekeh.
“Ih, kamu mah. Btw menurut kamu cinta itu apa sih Rak?”
“Kalau kamu ingin tau, aku bisa membawamu ke seseorang yang tau tentang cinta….”
“Iya, aku mau….”

Tangan Raka meraba ke belakang lehernya. Beberapa detik kemudian kalung yang melingkar di lehernya sudah terlepas. Kalung itu berbandul seperti pena, namun tidak terlalu panjang, mungkin sekitar 7 cm. Dia memegang ujung kalung, dibiarkannya pena itu mengarah ke bumi.

“Penganglah bandul kalung ini, lalu pejamkan mata kamu Ar, jangan membuka mata sebelum kuperintahkan.”
Aku mengangguk patuh mengikuti perintahnya. Saat aku memejamkan mataku, aku merasa hawa sejuk tiba-tiba menyeruak secara tiba-tiba. Lalu kembali normal kembali.

“Buka matamu Ar….”
Mata ini perlahan kubuka. Dan betapa terkejutnya aku melihat sekelilingku. Tidak ada danau dan aku tidak lagi duduk di bangku putih tulang. Yang kulihat bangunan klasik namun megah. Tampak kokoh dan berestetika tinggi. Pakaian orang-orangnya pun tampak aneh seperti pakaian Yunani kuno. Atau jangan-jangan sekarang ini aku memang ada di Yunani?

“Kita sekarang ada di Athena Ar, lihat... itu adalah om Plato. Ayo kita temui dia dan bertanya tentang cinta….”
“Apa? Raka kamu serius? Eh pakaianmu kok jadi aneh gitu sih? Haha kamu pake daster putih?” Aku tertawa ngakak di tengah suasana yang ganjil.
“Aruna…, ini bukan daster. Ini tunik, pakaian Yunani klasik,” Wajah Raka benar-benar seperti kepiting rebus yang kelamaan direbus. Merah antara marah dan malu. Dan aku masih saja menertawakannya.
“Ah, itu mah daster kek yang dipake emak-emak Rak, hahaha….” Tawaku masih tidak bisa kuhentikan.

“Tuh, pakaianmu juga berubah,” ujar Raka mengagetkanku.
“Hah, kok aku juga berubah? Tapi gapapa deh, ini tetep pakaian cewe kok, daripada kamu Rak, hahaha….”
“Nih anak, gak takut apa gimana ada di tempat aneh. eh malah ngakak. Ayo cepet, tuh Om Plato udah nunggu….”

Aku dan Raka berjalan menghampiri tokoh filsafat yang kurang lebih 2400 tahun yang lalu. Ramai orang berlalu lalang dengan pakaian yang mirip dengan pakaian yang kini melekat ditubuhku dan Raka. Meskipun aku terkejut, entah kenapa, bersama Raka, aku nyaman-nyaman saja.

“Siang Om Plato,” sapa Raka dengan takzim.
“Siang juga Raka, wah, itu siapa yang kamu culik ke sini?” tanya pria yang keningnya mulai tampak berkerut. Wibawanya jelas sekali kurasakan. Aura seorang ilmuan.
“Owh anak ini, anggap saja sahabatku Om.  Dia katanya pengen tau tentang Cinta, aku membawanya ke sini agar Om jelaskan apa itu cinta….” Penjabaran Raka sungguh menyebalkan. Anak ini? Aku udah SMA woy. Aku menunduk takzim sambil tersenyum manis kepada Om Plato.

“Dalam persahabatan, terselip sebuah kata dan konsep luhur yang sering digunakan, namun sulit sekali untuk dipahami….” Om Plalo mengambil nafas panjang, lalu melanjutkan, “ itu adalah cinta….”
“Loh, anak ini nanyanya tentang cinta Om, bukan persahabatan,” protes Raka. Aku hanya diam mengamati Pria beraura kuat itu.

“Sabar Rak. Gadis disampingmu juga sabar. Namamu siapa Nak?” tanya Om Plato kepadaku.
“Aruna, Om,” jawabku sembari senyum tanggung.
“Nama yang indah. Seindah orangnya. Raka pasti menyimpan rasa padamu….”
Belum juga Om Plato selesai bicara, Raka memotong, “Eh apaan sih Om, lanjut tentang Cinta….”

“Dasar anak muda. Malu-malu, nanti akhirnya galau. Oke, saya lanjutkan. Menurutku ada tiga konsep cinta, yaitu Eros, Philia, dan Agape.”

"Penjelasan ketiganya gimana, Om?" tanyaku.

Bersambung... #peace

NB: Cerita sebelumnya klik DI SINI

Khikmah Al-Maula
14 April 2016

#OneDayOnePost

Tentang Cinta dan Asmara (Aruna dan Raka)
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.

5 komentar

Tulis komentar
avatar
14 April 2016 pukul 21.51

Hmm..imajinasi yang liar. Asyik banget bisa ke Athena ketemu Om Plato.hehe. Keren pisan ini mah. #Mantabs

Reply
avatar
14 April 2016 pukul 21.52

Ditunggu next chapter (Y) #Siip

Reply
avatar
15 April 2016 pukul 15.44

Keren, Net.
Jadi berfilosofi.
*tetiba ingat Dunia shopie*

Reply

-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.