Senin, 04 April 2016

Aku Mau Jadi Koruptor

Aku Mau Jadi Koruptor


Sudah ke sana-ke mari aku mencari kerjaan. Tapi tak kunjung menemukan. aku seorang sarjana pendidikan yang gak punya kerjaan alias nganggur. Alhasil setiap hari  hanya bengong saja sambil sesekali ikut meramaikan permainan para pengangguran. Kartu remi, tanpa uang tentunya.

Suatu hari saat aku sedang main kartu remi tetiba temanku menghampiriku. Dia juga tak jauh beda nasibnya denganku. Betapa kejam negeri ini pada seorang pemuda sepertiku.

“Ayo ikut aku San…” ucap Opick yang tiba-tiba sudah dibelakangku sambil setengah menyeret lenganku.
“Eh, mau kemana?” tanyaku penasaran.
“Ayolah ikut saja,” ujarnya.

Terpaksa aku mengikutinya. Kita berjalan melewati pasar. Kemudian masuk ke gedung tua. Sebenarnya aku mau diapakan si Opick pake masuk ke gedung tua yang bangunannya benar-benar sudah rusak di sana-sini.

***

“Hai semua, kenalkan, ini Bang Sandi, dia seorang sarjana pendidikan yang akan mengajar kalian,” Opik bicara dengan tenangnya, sementara aku masih kebingungan. Yang kulihat para anak jalanan, mereka kucel dan terlihat sangar. Usianya bervariatif kuperkirakan, mungkin kebanyakan usia SMP dan SMA. Jumlahnya lumayan banyak.

“Eh, maksudnya apa ini Pick?” aku berbisik.
“Udah, ikutin saja,” jawabnya berbisik pula.

“Bang Sandi akan menjelaskan apa itu pendidikan pada kalian,” ujar Opick.
“Emang pendidikan itu apa Bang?” salah satu dari mereka nyeletuk.
“Iya, apa itu pendidikan?” Mereka bersahut-sahutan bertanya.
“Oke, Jadi pendidikan itu adalah Suatu proses yang amat fundamentalis bagi keberlangsungan hidup,” Kulihat mereka terbengong.

Opick berbisik lagi, “Heh, pake bahasa yang mudah mereka pahami.”
“Oke anak-anak, jadi pendidikan itu amat sangat penting bagi kita semua,” jelas Opick.
“Memangnya mencopet butuh pendidikan?” Anak yang paling kecil bertanya.
Terang saja aku kaget dengan pertanyaannya, “Heh Pick, dia copet?” bisikku.
“Iya mereka copet,” jawabnya. Aku antara kaget tidak kaget sebenarnya.
.
“Oke, Jadi mencopetpun ada ilmunya, mencopet orang yang tidak berpendidikan akan sedikit hasilnya dibandingkan dengan mencopet orang yang berpendidikan,” terangku dengan gaya aneh, aku di situ pun rasanya menjadi kikuk.
“Ya, seperti para koruptor,” ucap Opick dengan polos.
“eh, ko’ jadi koruptor sih Pick?”tanyaku sambil menyikut tangannya.

“Wah hebat dong koruptor,” Anak berbaju hitam yang kulitnya tak kalah hitam menanggapi.
“Iya kalau gitu aku mau berpendidikan biar jadi koruptor, Hidup koruptor!!” Anak kecil yang tadi bertanya tentang pendidikan menimpali.
“Hidup koruptor!!!” Kontan semua yang ada di gedung ber-korr.

Aku hanya bisa salah tingkah dengan hati miris sekaligus tergelitik.
***
Sementara di tempat lain.

“Bagaimana Operasi Tangkap Tangannya Pak? Apakah mereka memang sudah terbukti melakukan suap?” tanya seorang wartawati cantik.
“Ya, kami sudah menangkap ada tiga oknum, bukti-bukti sudah kami kantongi. Tinggal pendalaman kasus saja,” jawabku dengan intonasi suara berwibawa.

“Bagaimana dengan kabar tentang uang USD 8000 Pak?” ujar wartawan lain.
“Kami menyitanya, namun masih dalam proses penyelidikan apakah itu adalah uang suap atau bukan.”

“Pasal apa yang akan dijeratkan Pak”
“Pasal 11 Undang-undang Nomor 31 Tahun1999 sebagaimana diubah dengan UU nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor) juncto Pasal 64 Ayat (1) KUHP, Oke saya permisi dulu semua,” ucapku sambil melenggang pergi meninggalkan wartawan yang masih saja mengejarku.
***

Cerita pertama sebenarnya terinspirasi dari Film Alangkah Lucunya Negeri Ini. Dan film itu benar-benar membuatku tertabok dengan jalan ceritanya. Sederhana namun begitu mampu membuat hati miris dengan apa yang terjadi pada negeri ini. Bahkan di akhir ceritanya membuatku terharu.

Karena tantangan ODOP minggu ini tentang membahas berita yang lagi booming, maka hal itu aku sandingkan dengan berita yang emang lagi anget. Sehangat kotoran burung yang jatuh mengenai kepala, haha iti sih pengalamanku waktu kecil. Jadi waktu itu aku sedang bermain kejar-kejaran, eh ada anget-anget menimpa rambutku, dan ternyata itulah pokoknya.

Oke kembali ke topik. Tentang pendidikan. Adakah yang salah pada pendidikan di Indonesia? Hingga mereka yang berpendidikan justru berbuat nista. Mencuri uang rakyat. Dengan kedudukan yang telah dicapainya berkat rakyat?

Mereka berpenampilan necis dengan gaya hidup hedonis. Jam tangan ratusan juta, mobil milyaran. Padahal satu bulan gajinya hanya sekitar kurang lebih 36 juta? Lalu ternyata itu adalah uang rakyat. Kemudian ketika di jalan dicopet. Nah barangkali itu yang namanya dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Anak-anak yang hidupnya di jalanan. Hanya sebatang kara. Sejatinya mereka adalah tanggung jawab Negara. Namun kenyatannya uang mereka justru habis sebelum sampai pada mereka. Hingga anak-anak itu tak punya pilihan selain mencari uang sendiri. Dengan cara baik sampai pada yang tidak baik.

Jadi, semua ini salah siapa?

Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
(Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia)

Khikmah Al-Maula
4 April 2016


#OneDayOnePost 
Aku Mau Jadi Koruptor
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.

13 komentar

Tulis komentar
avatar
4 April 2016 pukul 08.00

potret negeri tercinta kiya, memilukan

Reply
avatar
4 April 2016 pukul 08.00

potret negeri tercinta kiya, memilukan

Reply
avatar
4 April 2016 pukul 10.35

Penjahat berdasi lebih kejam ayunda

Reply
avatar
4 April 2016 pukul 17.15

Kamu jenius banget, Net.

Berarti anak jalanan itu mengambil haknya, ya.

Reply
avatar
4 April 2016 pukul 20.05

"Mencuri uang rakyat. Dengan kedudukan yang telah dicapainya berkat rakyat?
Nah barangkali itu yang namanya dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat."

Hiks, Jleb banget statementmu yg ini net.
Keren tulisannya 👍

Reply
avatar
5 April 2016 pukul 00.27

Akhir-akhir ini aku lebih sering mendengarkan lagu bang Iwan Fals, pas dengan tema artikel ini yang memerangi koruptor :)

Tran Ran

Reply
avatar
5 April 2016 pukul 07.40

Wah, terimakasih sudah ikut miris, hihi...

Reply

-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.