Kamis, 07 April 2016

Masa Lalu (Aruna, Cerita tiada akhir)

Masa Lalu (Aruna, Cerita tiada akhir)

ilustrasi by google image

Musik mampu menghantarkanku pada rasa yang magis. Menjadi ekspresi tersendiri akan apa yang sedang kurasakan. Mungkin bagi kebanyakan orang pun begitu. Seperti apa yang telah terjadi pada Ray, dia adalah sahabatku yang paling menyebalkan sekaligus menyenangkan. Kini musim galau telah bermukim di dunianya, sedari pagi hingga sore, dia mendengarkan lagu masa lalu milik Zizan. Aku pun mendadak ketularan galau, gegara dipaksanya ikut mendengar lagu itu.

Enam bulan yang lalu Ray ditinggal kekasihnya. Dia begitu terpukul saat itu. Dan lagi-lagi aku yang menjadi sasaran menanggung derai air mata Ray yang tak terelakkan. Kekasihnya yang begitu ia cintai, pergi meninggalkannya, bukan hanya dia yang ditinggalkan tetapi dunia ini. Ya, kekasih Ray meninggal dunia. Sejak itu secara misterius aku tidak lagi dapat membaca pikirannya.

Namaku Aruna, Si pembenci akhir cerita. Aku mempunyai kemampuan yang jarang atau bahkan tidak dimiliki oleh orang lain. Kemampuanku itu kadang membuatku tersenyum, tertawa, sampai pada rasa sedih. Aku bisa membaca pikiran orang lain. Termasuk orang tuaku sendiri. Tapi kadang ada orang-orang tertentu  yang tidak dapat kubobol pemikirannya. Sejauh ini hanya ada dua orang. Yaitu Raka, entah aku harus menyebutnya siapaku, yang pasti aku menyukainya. Dan yang ke dua Ray, sahabatku. Dan baru-baru ini saja pemikirannya seperti dikunci olehnya.

Ray, aku kelimpungan menghadapinya. Jika dulu aku gampang mengetahui apa yang dia mau hanya dengan membaca pikirannya, tapi sekarang sudah tidak bisa. Sialnya dia membuatku pusing dengan apa yang dicurhatkannya. Dia terus menerus menceritakan kisah-kasih bersama mendiang kekasihnya. Dan pada sesi tertentu dia terbawa suasana hingga menangis.

Entah, aku tidak bisa mengikuti jalan pikirannya sekarang. Dia menyiksa dirinya sendiri. Aku gak habis pikir. Kenapa dia masih saja membicarakan kekasihnya yang sudah meninggal. Toh, sesering apa pun berbuat demikian tidak akan mampu membangkitkan kekasihnya. Buat apa mencintai seseorang yang sudah mati. Seharusnya rasa cinta Ray juga terkubur ketika jasad kekasihnya di kebumikan.

“Ar…, gue keinget senyum manisnya,” ucap Ray. Ekspresinya asli gak banget.
“Iye tau, terus apa yang harus gue lakukan? Haruskah menghidupkan kekasih lo?” Aku menjawab sekenanya.
“Gak gitu juga kali, ah lo nyebelin banget sih. Sahabat lagi galau tuh dihibur napa?” protesnya, masih dengan mata berembun.
“Yaudah, lo mau ikutin saran gue kan?”
“Iya, gimana?”

“Ganti Ray lagunya, lo gak bosen apa dari pagi sampe sore dengerin tuh lagu mulu’, nih liat ampe kuping gue overdosis sama tuh lagu.”
“Lagu ini kan sebagai ekspresi perasaan gue Ar.”
“Nah, kan udah ketemu penyebabnya. Lo galau karena lo buat sendiri. Hanya diri lo sendiri yang bisa nyembuhin Ray. Coba ganti lagunya Opick yang judulnya Takdir, biar lo bangun dari tidur melek lo. Atau dengerin lagu Bondan yang tetap semangat , biar lo semangat.”
“Gak ah Ar, gue lagi meresapi nih lagu, sesuai banget dengan perasaan gue saat ini.”
“Tuh kan. Lo tuh pengen sembuh dari galau tapi membuat diri lo galau. Udeh ah, pening gue seharian denger tuh lagu. Gue mau pulang,” ucapku sembari gegas pulang. Diikuti langkah mata Ray yang mulutnya menganga.
***

Jika hari ini kamis bukankah bagaimana pun juga besok pasti datang jum’at? Tidak mungkin setelah kamis lalu rabu. Begitulah waktu yang tak akan mundur sedetik pun. Sedetik menjadi suatu yang amat jauh dijangkau. Karena waktu begitu cepat melaju. Jadi buat apa masih menyesali masa lalu. Waktu terus melaju. Tapi perasaan  masih tertinggal. Sungguh menyedihkan.

Walau begitu, Raka bukanlah masa laluku. Karena cerita kita belum usai. Dan tak akan kubiarkan berakhir. Raka, kau di mana? Lihatlah, aku tetap berusaha memunculkan dirimu di cerita ini. Cerita yang tiada berakhir.

NB: Cerita sebelumnya klik DI SINI 

Khikmah Al-Maula
7 April 2016

#OneDayOnePost


Masa Lalu (Aruna, Cerita tiada akhir)
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.

7 komentar

Tulis komentar
avatar
7 April 2016 pukul 22.09

hm.. penasaran, apa iya?

Reply
avatar
7 April 2016 pukul 23.28

bisa baca pikiran kayak edward cullen,,kerenn net^^

ditunggu kelanjutannya...

Reply
avatar
7 April 2016 pukul 23.40

Jangan baca pikiranku Aruna.. karena aku sering memikirkan hal gila. Wkkkwk

Reply
avatar
7 April 2016 pukul 23.40

Jangan baca pikiranku Aruna.. karena aku sering memikirkan hal gila. Wkkkwk

Reply
avatar
8 April 2016 pukul 00.17

Kompor Gas!
Kata pakde Indro.
Keren ceritanya.

Reply
avatar
8 April 2016 pukul 00.28

masa lalu... biarlah masa lalu...
#eh! hihi...

Reply
avatar
8 April 2016 pukul 03.08

andai saja Aruna mampu menterjemahkan script-script yang ada di pikiran Ray, mungkin Aruna akan menemukan sesuatu yang membuatnya tercengang... o_O

Reply

-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.