Selasa, 31 Januari 2017

Jomblonesia

Jomblonesia

http://beritafox.blogspot.co.id/2014/04/tipe-jomblo-di-dunia-nyata.html
Bayangkan! Dalam dua hari ini, ada tiga orang yang menghina-dinaku atas nama status jombloku. Jangan-jangan mereka berkonspirasi agar aku menuliskan sesuatu tentang jomblo? Atau alam mengingatkan statusku yang jomblo agar tidak terlalu sering menonton film romance? Yang paling masuk akal adalah karena aku merasa tersindir. Sedikit.

Yang paling aneh, coba renungkan, yang aneh aku atau Emakku. Liburan ini saking bosennya Emak lihat aku tiap hari di rumah. Akhirnya dia bilang, “Kamu liburan nggak keluar? Misalnya sama pacar?”

“Enggak punya pacar,” jawabku.

“Ya cari lah”

“Cari di mana?”

“Di pesbuk, cari pacar sekarang mah gampang, kalo dulu susah.”

Di sini aku merasa waktu seketika berhenti. Beku. Nih Emak, anaknya duduk manis di rumah, malah disuruh pergi, ntar giliran mau pergi diprotes. Kadang menjadi anak itu sesulit ini. Mencoba patuh dan durhaka akan menjadi seperti berjalan di atas lapisan es di laut ketika musim semi akan tiba. Harus hati-hati melangkah, salah sedikit akan tenggelam.

Oke kembali ke jomblo. Secara harfiah, jomblo itu ya single, jadi gak usah merasa lebih keren deh dengan menyebut diri single. Pada hakikatnya sama aja, enggak punya pasangan.  Tapi kalau ngomongi soal jomblo, jadi ingat di suatu hari....

“Net kamu tuh dari lahir udah jomblo terus sekarang pun kok masih jomblo-jomblo aja sih?”

“Lihat sekeliling kita? Sejauh mata memandang sekolahan ini, sejenis dengan kita. Gimana bisa terjadi reaksi tarik menarik kalau semuanya bermuatan positif? Nih kalau diumpamakan batu baterai, jadi blunder, enggak bisa nyala kalau buat nyalain lampu.”

“Net, aku itu ngomongin jomblo, bukan batu baterai. Ingat, kita ini berada di jurusan IPS. Undang-undang di jurusan IPS, dilarang membuat ujaran yang bermuatan IPA!”

“Okey okey... maaf, terkadang otak Einsteinku keluar dengan begitu aja, masih liar, maklum lah, belum dijinakkan.”

“Sekali lagi kamu ngomong mengeluarkan ujaran bermuatan IPA....”

“Stop. Jadi begini, aku akan menjelaskan tentang jomblonesia dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Bahwasanya kemerdekaan ialah hak segala jomblo. Melihat ketimpangan sosial yang terjadi di sekolah kita ini, tidak memungkinkan untuk dilakukannya mobilitas sosial yang menjurus kepada interaksi asmara. Melihat rakyat sekolah kita yang homogen. Lihatlah, kita terbentur oleh tembok yang melebihi tembok Berlin di China...”

“Jepang, Net!”

“China!”

“Jepang!”

“China!”

Okay, cukup flashbacknya. Pada akhirnya mereka asik berantem dan obrolan itu melupakan tujuan awalnya, yaitu jomblo. Obrolan itu mirip dengan dua hari ini yang menimpaku. Persamaannya kalo mereka bertengkar ngotot tembok Berlin ada di China atau Jepang, padahal kan mudah, Tembok Berlin ya ada di Berlin, iya kan? Dan kalo obrolan dua hari tentang jomblo, kita sama-sama jomblo dan sama-sama saling hina.

(Sebenernya persamaannya di mana Net?)

Sebenernya sih, aku juga ragu apa yang aku katakan. Piss.... ☺

Inet Bean
31 Januari 2017
Jomblonesia
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.

-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.