Sabtu, 14 Januari 2017

Ngumpet dari Pak Ustadz

Ngumpet dari Pak Ustadz

Oleh: Inet Bean

Ada yang bilang aku pendiam, di sisi lain ada juga yang bilang aku paling gak bisa diam. Jadi aku bingung, aku ini makhluk introvert atau ekstrovert atau mungkin kolaborasi diantara keduanya. Dulu di kelas, aku bisa dianggap pendiam, tapi pintar. Walaupun begitu, gak bisa juga dibilang cupu.

Suatu kisah di mana aku nakal banget, bukan teman yang aku kerjain, tapi guru, ah bukan, lebih parah lagi, Pak Ustadz. Aku akan ceritakan sisi nakalku, walaupun tidak sedikit sisi baikku yang patut diceritakan. Misalnya aku pernah belain temen cewek yang digangguin kakak-kakak senior cowok, dan itu waktu SD. Buruk, karena dibalik keberanianku, sebenarnya aku cukup cengeng.

Yang akan aku ceritakan adalah waktu aku sekolah di Taman Baca Al-Quran, aku sudah di wisuda sejak kelas lima SD, setelah diwisuda aku masih melanjutkan sekolah di TPQ, jadi namanya adalah Jilid Gharib.

Sore itu aku dan teman-teman menunggu Pak Ustadz Ghoni di kelas. Tidak bisanya, Pak Ustadz Ghoni terlambat masuk, sementara itu aku dan dua temanku asik ngobrol, begitu juga yang lainnya asik bergerombol sambil ngobrol ngalor ngidul.

Diantara dua temanku, akulah yang paling kecil, baik dari segi umur maupun postur. Aku kelas lima, sedangkan dua temanku kelas enam. Di TPQ emang enggak seseragam di SD.
“Eh, aku punya ide!” seru Nurul. Aduh, aku selalu sangsi dengan idenya, pasti gila. Terakhir kami pernah di cari ibunya temanku gegara ngebully teman yang super pendiem. Untung saja waktu itu hujan, jadi kami bertiga bisa ngumpet pake payung.

“Apaan, Rul?” Ifa, temanku yang satu menimpali. Walaupun aku paling kecil, tapi aku gak manggil mereka pakai panggilan “Kak”, karena emang dari kecil aku manggil mereka dengan nama aja.

Nurul melirikku, aku menopang dagu dengan kedua tanganku di meja sembari ku tarik alis ke atas, tanda ingin mendengar ide Nurul.

“Gimana kalau nanti Pak Ghoni datang, kita satu kelas ngumpet?”

“Ngumpet di sana?” Tunjukku ke arah belakang kelas yang disekat dua papan tulis. Di belakangnya ada meja dan kursi yang tidak terpakai.

“Iya!”

“Kalau Pak Ghoni marah gimana?” tanya Ifa.

“Pak Ghoni kan gak pemarah,” ucapku.

“Teman-teman... ayo sini ngumpul....” seru Nurul. Satu kelas, yang berjumlah 25 anak berkumpul, hanya ada satu cowok diantara kami, jadi ceweklah yang menguasai kelas.

“Ada apa?” Eka membuka suara. Sementara yang lain mengajukan pertanyaan senada.

Aku, Nurul, dan Ifa bergantian saling menjelaskan pemufakatan jahat kita. Sesekali menjawab pertanyaan dari teman yang keberatan. Ajaib, tidak terlalu sulit membujuk mereka, entah kenapa mereka dengan polosnya setuju dengan rencana kita.

Maka kamipun bergegas memosisikan diri ngumpet di belakang dua papan tulis yang dijadikan sekat, ada yang di atas meja, kursi, yang penting tidak terlihat. Dan kelas pun hening tak ada anak.

Tidak lama kemudian salah seorang di antara kami ada yang melihat Pak Ustadz Ghoni sedang menuju kelas. Kami memosisikan diri agar tidak terlihat dan mengunci mulut.

Pak Ghoni masuk kelas, namun hanya satu langkah dibelakang pintu, dia mengernyitkan alis, seraya bilang, “Loh? Tidak ada orang? Yasudahlah, saya pulang saja....” Lalu beliau bergegas pulang.

Kami terpaku untuk beberapa saat. Lalu keluar dari persembunyian. Dan riuhlah suasana kelas.

“Gimana nih kalau Pak Ghoni marah? Kalian sih?”
“Iya, kayaknya tadi Pak Ghoni lihat kita deh”
“Tadi kan juga kita agak cekikikan.”

Lima belas menit kami berunding setelah akhirnya memutuskan untuk bersama-sama ke rumah Pak Ustadz Ghoni dan meminta maaf kepadanya. Rumah Pak Ustadz Ghoni cukup dekat dari TPQ, hanya berjarak kira-kira seratus meter.

Tentu saja aku, Nurul, dan Ifa yang memimpin mengucapkan permohonan maaf, yang menemui kami adalah istri Pak Ustadz Ghoni, kami mengucapkan permohonan maaf, tidak lama kemudian Pak Ustadz Ghoni muncul, kami semua menitikkan air mata.

14 Januari 2017


Ngumpet dari Pak Ustadz
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.

-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.