Kamis, 05 Januari 2017

Menunggu

Menunggu

http://pedulisehat.info/cara-hadirkan-suasana-romantis-saat-hujan/


Oleh: Inet Bean

Di bawah kanopi taman kau duduk sendiri pada sebentuk kursi besi panjang, lalu menyandarkan tas punggungmu. Bunyi notif ponsel membuat refleks tanganmu mengambilnya, beberapa menit kemudian ponsel di tanganmu sudah berubah menjadi buku. Kau memang menyukai buku itu, buku bersampul legam dengan  gambar pohon lampion dan seorang wanita dari kejauhan. Kau pernah bilang perlu beberapa kali membacanya agar kau sempurna mencerna buku itu. Dunia Shopie.

Kau pintar membunuh waktu, selalu kau selipkan buku di antara barang-barang yang kau bawa. Hingga kau seolah memang sedang menyendiri untuk membaca buku. Tak ada tampang menunggu seseorang di wajahmu. Kau pasti sudah terbang ke Dunia Shopie.

Satu jam berlalu, langit biru ditelan awan abu-abu. Bukumu tertutup karena kau kaget akan suara petir. Bersamaan dengan itu, butiran air mulai jatuh, besar-besar. Setelah memasukkan bukumu ke dalam tas, kau menadahkan tanganmu pada air hujan yang jatuh di pinggir kanopi, tersenyum meniru gaya polos anak kecil.

Entah datang dari mana, tiba-tiba seseorang menghampirimu, membawa payung sebiru langit menjelang malam. Tenang dan meneduhkan. Dia menyerahkan payungnya padamu, dia menyuruhmu memegang payungnya. Lalu kalian berjalan berdua di bawah payung. Hatiku basah sekaligus panas. Kalian terlihat berbincang dan tiba-tiba dia berlari di bawah rintikan hujan. Kau meneriakinya, mengejarnya dengan payung yang hampir terbang karena kau berlari.

**
Sesaat setelah aku duduk di kursi taman, ponselku berdering. Kulihat notif sms dari teman yang menanyakan keberadaanku. Setelah membalas pesannya, aku memasukkan kembali ponselku dan beralih ke novel, Dunia Shopie. Novel yang membuatku ingin membacanya berulang kali tanpa rasa bosan.

Aku dikagetkan oleh suara petir yang membuat novel di tanganku tertutup. Kumasukkan novel ke dalam tas, lalu rinai mulai berjatuhan. Satu jam sudah aku menunggu tanpa ada tanda-tanda kehadirannya. Bahkan dia tidak mengirim sms atau menelfonku. Daripada merasa kesal, aku menyentuh rinai hujan yang terjatuh besar-besar di pinggir kanopi. Lumayan, bisa membuatku tersenyum.

Seorang teman yang meng-smsku tadi menghampiriku dengan membawa payung biru tua. Ia menawarkan dengan berperan seolah menjadi ojek payung. Dia menyerahkan payungnya padaku, lalu menyuruhku memegang payungnya. Kita berjalan berdua di bawah payung. Dia mengajakku berlari dan  tiba-tiba dia berlari di bawah rintikan hujan. Aku meneriakinya, mengejarnya dengan payung yang hampir terbang karena berlari.

***
Dia duduk  di kursi besi taman. Beberapa menit kemudian dia melihat notif pesan dariku, lalu membalasnya dan kembali memasukkan ponsel ke dalam tas, menggantinya dengan buku. Dia menunggu seseorang sambil membaca. Ide yang brilian.

Detik, menit, dan jam telah dia lalui dengan membaca buku. Begitu seriusnya dia membaca hingga terkejut saat petir menggelegar. Membuat bukunya tertutup. Dia menyimpan bukunya ke dalam tas. Sejenak memandang sekitar. Lalu dia menadah air hujan dengan tangannya. Seolah tersenyum dengan seseorang tak kasat mata.


Waktunya tiba, dia akan menerima tawaran payung dariku.

5 Januari 2017
Menunggu
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.

1 komentar:

Tulis komentar

-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.