Rabu, 04 Januari 2017

Terlambat

Terlambat

https://id.aliexpress.com/popular/digital-photography-art.html
Oleh: Inet Bean

Bayangan di cermin bergeming, tidak menunjukkan untuk segera bergegas. Sementara tik-tok arloji lebih terdengar seperti gesekan pedang yang siap menghunusku. Mataku beradu dengan bayangan itu, berbisik, ‘pengecut, pengecut, pengecut’.

Selalu seperti ini, kakiku terpaku pada bumi, mengakar dalam tanah tandus. Sudah berlalu tiga ratus detik tanpa gerakan apapun. Anginpun enggan menyelinap melalui kisi-kisi jendela kamarku. Baju yang kubeli seminggu yang lalu ini tidak ada gunanya, jaket yang kucuci dengan satu liter pewangi tidak berfungsi. Bahkan aku tak kuasa meraih ponsel yang sedari tadi berbunyi.

Tidak bisa seperti ini, atau kejadian itu akan terulang kembali. Saat hujan basahi bumi, aku menduga bahwa alam tak merestui pertemuan kita. Kau menunggu di bawah kanopi taman, menadah hujan dengan tangan indahmu. Aku hanya memandangmu dikejauhan, berharap kau melihat kearahku, jika itu terjadi aku akan menghampirimu, mengungkapkan perasaanku padamu. Lalu kita duduk di bawah kanopi taman berirama hujan.

Namun kau tak pernah melihat ke arahku, kau sibuk bermain air, memandang ke langit, dan tersenyum. Dan bodohnya aku menyalahkanmu karena itu, aku menyalahkanmu karena tidak memandang kearahku, sedangkan aku berada pada tempat yang tak mungkin dijangkau mata teduhmu. Aku egois dengan menyalahkanmu atas kesalahanku. Aku berharap kau menghampiriku, tanpa memedulikan kau di sana sedang menungguku.

Tidak lama seseorang menghampirimu, membawa payung sebiru langit menjelang malam. Tenang dan meneduhkan. Ah bukankah dia sahabatmu? Tapi bagaimana mungkin dia  tiba-tiba menghampirimu? Mungkinkah kau menghubunginya? Apakah satu jam terlalu lama bagimu untuk tetap menantiku? Egoiskah diriku?

Dia menyerahkan payungnya padamu, dia menyuruhmu memegang payungnya. Lalu kalian berjalan berdua di bawah payung. Hatiku basah sekaligus panas. Kalian terlihat berbincang dan tiba-tiba sahabatmu itu berlari di bawah rintikan hujan. Kau meneriakinya, mengejarnya dengan payung yang hampir terbang karena kau berlari.

Hatiku kembali basah dan panas mengingatnya. Tidak akan kubiarkan lagi itu terjadi. Terlambat yang kubuat sendiri. Kupendam keraguan yang menyusup dalam hatiku.  Apapun itu, hujan, panas, badai, aku akan tetap menemuimu.

Baru berlangsung enam ratus detik, aku harus bergegas. Membiarkan bayangan itu beranjak, atau aku akan kembali menelan pil pahit. Tidak, itu tidak boleh terjadi. Baiklah aku tidak akan menunda lagi, tidak akan. Aku datang, aku mencintaimu.

Poselku kembali berbunyi, menyanyikan lagu Terlambat, Adera. Sementara aku bergegas menemuimu.

Andai saja waktu itu tak ku tunda
tuk ungkapkan isi hati kepadanya
mungkin dia jadi milikku, bahagiakan hariku
oh tetapi kenyataan tak begitu

Di saat ku mencoba merajut kata
dan berharap semua jadi sempurna
tiba-tiba ada yang lain yang mencuri hatinya
hilang sudah kesempatanku dengannya

Terlambat sudah semua kali ini
yang ku inginkan tak lagi sendiri
bila esok mentari sudah berganti
kesempatan itu terbuka kembali
akan ku coba lagi

Cukup sudah kesalahan kali ini
jangan sampai semua terulang kembali
keraguan dalam hatiku harus ku buang jauh
bila ingin mendapatkan yang terbaik

Terlambat sudah semua kali ini
yang ku inginkan tak lagi sendiri
bila esok mentari sudah berganti
kesempatan itu terbuka kembali
akan ku coba lagi

Pengalaman pahit yang ku jadikan pelajaran
dalam hidup yang tak akan terlupakan (terlupakan)
oh jangan menunda sesuatu untuk dikerjakan
jangan tunda jangan tunda


4 Januari 2017
Terlambat
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.

2 komentar

Tulis komentar
avatar
4 Januari 2017 pukul 09.23

Sukaaa, keren.
sipp mission complate

Reply
avatar
4 Januari 2017 pukul 11.07

Jadi laper eh baperr wkwkwk

Reply

-Terima kasih telah berkunjung di blog ini. Silahkan tinggalkan kritik, saran untuk perkembangan.